💍2

3.2K 58 7
                                    






__2__

Aku mengerjap-ngerjap, cahaya lampu yang terang berhasil menerobos pandanganku kala mataku kubuka. Ku pandangi ruang sekeliling, menatapnya inci demi inci.

Ini bukan kamarku.

Aku berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya, memeras otak untuk mengingat kembali detik demi detik yang telah berlalu. Yang jelas teringat adalah kejadian di mana aku bertemu dengan Delon, kala ia nyaris mencumbuiku di pinggir taman dan Reno yang tiba-tiba datang menyelamatkanku dari laki-laki dari masa laluku itu. Dan yang terakhir aku ingat adalah kala aku duduk terkantuk-kantuk di mobil Reno saat perjalanan pulang.

Hingga sekarang aku terbaring di sebuah kamar yang cukup mewah, luas dan dilengkapi dengan perabot-perabot yang jelas bukan barang yang murah. Lemari kaca yang besar, nakas yang di tempatkan tepat di samping ranjang, tv berukuran sedang dan kursi santai di depan tv. Sangat mudah di tebak bahwa kamar ini milik sesorang yang high class.

Aku menyingkap selimut yang membalut tubuhku dan berusaha duduk di tepi ranjang, bersamaan dengan decitan pintu yang menandakan ada orang yang akan masuk.

Ku lihat sosok tegak dengan baju kaos putih yang memperlihatkan otot dan dada bidangnya berjalan ke arahku sembari membawa piring dan segelas air.

Itu Reno. Ternyata kamar itu adalah kamar apartement Reno. Sejak sibuk dengan pekerjaannya, aku sudah jarang ke rumah Reno. Bahkan aku sama sekali tidak pernah berkunjung ke apartementnya tersebut.

"Kamu sudah bangun?! Makan dulu, aku bawakan kamu sarapan pagi." Ujarnya meletakkan piring dan gelas itu di atas nakas.

"Aku kok..." Belum sempat aku menyelesaikan pertanyaanku Reno malah memotong.

"Semalam kamu ketiduran saat perjalanan pulang, terus aku antar kamu ke rumah kamu tapi nggak ada orang jadi aku bawa kamu ke sini. Tadinya sih mau telpon orang tua kamu tapi aku nggak punya nomornya, handphone kamu juga mati." Jawabnya seakan tau isi pikiranku.

Aku kemudian melihat tubuhku, memastikan bahwa tidak ada pakaian yang terlepas.

"Kamu nggak habis ngapa ngapain aku, kan?" Tanyaku dengan tatapan mengintrogasi.

Bibirnya menyungginggakan senyuman. "Jangan pura-pura nggak tau. Semalam kamu menikmatinya kok." Ucapnya yang berhasil membuat mataku membelalak dan menatap tajam ke arahnya.

"Kenapa? Ketagihan ya?" Ia masih dengan senyum jahilnya.

"Reno!!" Jeritku.

Kini jemari telunjuknya bertengger dibibirku. "Jangan berisik! Nanti malam kita lanjut." Ujarnya yang diikuti dengan meledaknya tawa yang sedari tadi ditahannya.

Aku cemberut. Menjengkelkan sekali orang ini.

Seketika aku terdiam. Mengalihkan pikiranku dengan keadaan mama dan papa sekarang. Nggak biasanya mama dan papa tidak di rumah. Mereka juga tidak memberitahukan apa-apa padaku. Aku khawatir. Semoga saja tidak ada sesuatu yang terjadi pada kedua malaikatku itu.

"Ren, aku mau pulang!" Ujarku meminta. aku takut terjadi apa-apa dengan orang tuaku di sana. Terlebih lagi aku tidak bisa menghubungi mereka.

Reno menatapku, seakan mencerna apa yang sedang aku pikirkan. Ia kemudian mengangguk. "Tunggu aku di depan! 2 menit aku akan keluar."

Aku mengangguk mengerti. Kulangkahkan kakiku dengan lunglai menuju pintu keluar kemudian duduk di kursi teras menunggu Reno keluar. Kulirik jam tangan yang senantiasa ku kenakan ke manapun aku pergi, jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Baru ku ingat, aku belum cuci muka, gosok gigi ataupun mandi. Akan ku lakukan jika sudah sampai di rumah nanti. Rasanya tidak enak menumpang di kamar mandi orang apalagi seorang laki-laki yang bukan siapa-siapa. Meski ia sahabatku namun kita sudah sama-sama dewasa, lagipula aku tidak punya baju ganti.

Marriage With The Rude BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang