💍10

1.8K 30 1
                                    


Riana terus memberontak, berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Reno, namun nihil ia tidak berhasil melepaskan diri. Reno mendorong tubuh Riana untuk segera masuk ke dalam mobil, sakit tentu tapi perasaan bingungnya lebih besar dari apapun.

Riana menatap Sasha dari dalam mobil, perempuan itu masih saja berdiri di depan pintunya sementara hujan kembali mulai turun dengan perlahan. Ia tampak shok melihat apa yang Reno lakukan kepada sahabatnya. Sasha pikir Reno itu baik, namun ternyata berbeda dari yang dipikirkan.

"Kamu kenapa, sih??" tanya Riana kemudian ketika mobil sudah meninggalkan halaman rumah Sasha.

"Diam kamu, bangsat!!" Reno terdengar murka. Ucapan yang keluar dari bibirnya berhasil melukai hati Riana.

Riana bingung, apa yang telah ia perbuat hingga Reno begitu kasar padanya. Apa yang telah terjadi hingga sosok lembut Reno menjadi buruk. Padahal malam ini Riana hanya berniat untuk menenangkan perasaannya di rumah Sasha mengingat ia terluka akibat kejadian di dapur tadi pagi. Riana memeras otak, ia tidak pernah membuat kesalahan fatal yang bisa membuat Reno murka.

Riana memilih diam. Ia tidak lagi ingin Reno mengeluarkan kata yang akan lebih menyakitinya. Ia menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan setetes air matanya yang mengalir di pipi. Begitu sakit, menusuk pada relung hatinya.

Suasana dalam mobil hening, tidak ada yang berani membuka pembicaraan. Sementara suasana di luar begitu gelap, hanya ada satu dua mobil yang lewat, mengingat malam sudah larut dan jalanan yang dilewati Reno memang jalanan yang cukup sepi pengendara.

Riana bisa melirik tatapan Reno yang begitu tajam ke depan. Rahangnya menegang, tangannya sekali-kali memijat pelipisnya, keringat tampak memenuhi dahinya, semburat amarah di wajahnya belum juga padam, sementara pandangannya terus fokus ke arah jalan. Riana tidak tahu apa lagi yang akan dilakukan Reno kepadanya sesampai di rumah nanti. Tapi yang pasti akan ada lagi sifat aneh Reno yang tidak akan mampu Riana paham.

***

Reno Pov#

Nafasku memburu, tidak bisa lagi tertahan. Ku pegang erat stir mobil dan terus melajukannya. Sementara perempuan di sampingku ini masih tidak bergeming. Tampaknya dia menangis, tapi masa bodoh aku tidak peduli.

Mataku sesekali ingin terpejam, bukan karena mengantuk tapi mungkin pengaruh alkohol yang cukup banyak ku minum di club tadi.

Dua malam terakhir ini aku frustasi, aku emosi dan aku terbakar api cemburu. Kemarin malam aku ke club dengan niat yang sama yaitu melihat wanita itu. Aku juga ingat bahwa hari itu aku mengajak istriku keluar. Namun ada hal yang membuatku mengingkari janji itu. Ketika aku berniat pulang dari club dan segera.pulang untuk menjemput Al, aku melihat wanita yang aku cintai tampak dijemput oleh seorang laki-laki yang begitu mesra padanya. Aku cemburu, ku datangi ia dan laki-laki itu.

**Flashback**

"Siapa lo?" ku dorong pundak laki-laki yang menggandeng Alley.

Laki-laki itu menatapku bingung sekaligus marah. "Seharusnya gue yang nanya, lo siapa?" dia melawan.

"Perempuan ini milik gue!!" tegasku kepada laki-laki itu

Mendengar ucapanku, Alley menatapku dengan penuh amarah. "Jangan asal ngomong kamu!"

Bughttt

Satu pukulan keras mendarat di rahangku. Aku jatuh tersungkur, namun aku berusaha bangkit, menahan rasa sakit yang menjalar di wajahku.

"Dengar yah!! Ann adalah tunangan gue jadi jangan asal ngomong lo!" laki-laki itu kembali menekankan sembari mendorong kasar tubuhku.

"Dia bukan Ann, dia Alley." ujarku tetap dengan pendirianku. Sebab aku yakin bahwa wanita itu memang Alley.

Terjadi percekcokan antara kami hingga security memaksaku untuk keluar dari club tersebut.

Namun aku tidak akan menyerah, malam ini aku kembali ke club sepulang bekerja.

Ketika aku sudah masuk, ku sapukan pandanganku ke sekeliling lautan manusia itu, namun aku tidak mendapatkan batang hidung wanitaku. Setengah jam aku mencari, namun tidak ku dapat. Hingga Vincent mengatakan bahwa hari ini wanitaku sedang melangsungkan pernikahannya. Aku frustasi, emosi, marah, kecewa, cemburu dan semua rasa resah bercampur jadi satu.

Vincent kemudian mengajakku untuk menenangkan pikiran dengan segelas alkohol, hingga tanpa sadar aku meneguk beberapa belas.

Sampailah aku di sini. Di dalam mobil dengan seorang perempuan yang nantinya akan ku jadikan pelampiasan kemurkaanku. Aku tidak sebenarnya mencintainya. Aku menikahinya hanya bertujuan agar aku bisa melupakan Alley dan berusaha mrncintainya, namun tampaknya dia tidak akan pernah melebihi Alley dan tidak akan pernah bisa membuatku jatuh cinta padanya. Dia hanyalah wanita lemah dan tidak akan menjadi Alley yang aku cintai.

Aku tau dia cantik, tapi Alleyku tetap lebih anggun. Aku tau dia putih, tapi Alleyku lebih bersinar. Aku tau dia baik, tapi Alleyku lebih mampu membuatku bahagia.

**Flashback off**

Reno Pov Off#

*****

Reno kembali menarik paksa Riana turun dari mobil, lebih tepatnya menyeret Riana masuk ke dalam rumah. Malam sudah semakin larut sehingga tidak ada siapa-siapa yang menyaksikan hal itu.

Tidak ada perlawanan lagi yang Riana lakukan. Ia hanya mampu pasrah, menangis dan meringis kesakitan menerima perlakuan Reno kepadanya.

Laki-laki itu mendorong paksa tubuh Riana hingga terjatuh ke atas ranjang. Sementara wajah Reno semakin geram, pipinya memerah karena emosi, nafasnya memburu, matanya menusuk bagai elang, dan jemarinya mengepal.

"Salahku apa ke kamu?" Riana memberanikan diri untuk bertanya. Ia tidak ingin menerima perlakuan kasar Reno lagi padanya. Baginya semuanya sudah cukup untuk membuatnya terluka.

Reno menempelkan jari telunjuknya di bibir Riana, memberikan isyarat bahwa perempuan itu tidak perlu mengeluarkan sepatah kata pun. Jemarinya kemudian turun perlahan ke leher jenjang Riana, membuat perempuan itu merinding geli.

Tiba-tiba Reno bangkit, melangkah mendekat ke arah pintu kamar. Melihat hal itu, Riana segera berlari untuk keluar dari kamar. Namun nihil, tangan Reno lebih sigat mengunci pintu itu dan memasukkan ke dalam sakunya. Membuat harapan Riana untuk bebas dari semuanya musnah sudah.

Bukan membuat dirinya keluar dari kamar tersebut, tindakan Riana malah semakin memancing emosi Reno. Ditariknya Riana ke dalam kamar mandi. Dinyalakannya air, hingga membuat seluruh tubuh Riana basah, seperti mandi dalam keadaan lengkap dengan pakaian.

Reno menatap tubuh Riana yang basah, yang menunjukkan dengan jelas lekukan tubuh perempuan itu. Ditambah lagi dengan baju yang Riana kenakan lumayan tipis, hingga mampu memperlihatkan bayangan tubuhnya.

Tangan Reno kembali ia arahkan ke leher jenjang Riana. Di elusnya dengan pelan, sembari mendekatkan bibirnya di telinga perempuan itu.

"Kau mencintaiku kan?"

"Jika kau mencintaiku, kau akan selalu membuatku bahagia."

"Dan bahagiaku, adalah melihatmu menangis!"

"Kau siap memuaskanku malam ini?"

Reno dengan penuh senyum sinisnya.

***

Marriage With The Rude BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang