💍20

280 6 2
                                    


GUYS, IM COME BACKKKKKKKKK
RINDU BANGET BISA UP CERITA INI LAGI SETELAH BERTAHUN TAHUN BERBEDU. SEMOGA KALIAN BELUM LUPA SAMA JALAN CERITANYA YAHHH
SELAMAT MEMBACA

*******

"Delon." Panggil Riana ketika laki-laki itu sedang memasukkan beberapa berkas ke dalam tas kerjanya.

"Iya?" Jawab Delon tanpa menghentikan aktifitasnya.

"Kamu bisa antar aku ke rumah Shasa nggak?" Tanya Riana.

Delon tidak langsung menjawab, ia masih sibuk memasukkan beberapa berkas yang perlu ia bawa ke kantor, setelah memastikan semuanya sudah masuk ke dalam tas ia baru mengalihkan pandangannya ke arah Riana.

"Kamu mau apa ke rumah Shasa?" Tanya Delon balik.

"Aku mau tinggal di rumah Shasa dulu beberapa hari sampai aku dapat tempat tinggal yang aman dari Reno. Aku juga nggak mau pulang ke rumah ibu, ibu pasti khawatir sama keadaanku, aku nggak mau buat ibu khawatir." Jelas Riana.

"Kamu nggak aman di rumah Shasa, Na. Reno pasti lagi nyari kamu sekarang dan pasti dia bakal ke rumah Shasa buat nanyain kamu." Delon berjalan ke arah meja makan kemudian duduk di samping Riana.

"Na, aku nggak keberatan kamu tinggal di sini sampai suasananya membaik. Reno nggak tau apartemenku jadi dia nggak akan menemukanmu di sini. Kamu aman sembunyi dari Reno di sini, dan di sini ada aku yang bisa jaga kamu." Tambah Delon yang membuat Riana berubah pikiran untuk tinggal di rumah Shasa. Riana sadar bahwa yang dikatakan Delon benar.

"Tapi... Aku nggak mau membebani kamu" Ucapan Riana menggantung, sebelum ia kembali melanjutkan.

"Kamu nggak usah pikir macam-macam. Aku nggak bakal nyakitin kamu di sini, bahkan aku bakal jagain kamu dan bayi yang dikandungan kamu. Aku nggak merasa dibebani sama sekali, justru aku senang kamu di sini" jelas Delon meyakinkan Riana untuk tetap tinggal bersamanya. Riana terdiam. Pandangannya lurus menatap meja makan yang terbuat dari kaca.

"Yaudah, aku berangkat ke kantor yah. Kalau ada apa-apa langsung telpon aja." Delon kemudian bangkit dari duduknya, tangannya mendarat ke atas kepala Riana dan mengacak-acak pelan rambut perempuan itu. Itu adalah kebiasaan Delon saat mereka masih menjalin hubungan, dan Riana sangat nyaman jika Delon melakukan itu.

Riana menatap punggung Delon yang kini hilang ketika pintu apartemen sudah tertutup rapat. Ia membuang napas berat. Perlajanan hidupnya bertambah rumit, Riana kira semuanya akan baik-baik saja, namun lebih buruk dari yang dirinya takutkan. Ditambah lagi dengan bayi yang ada di dalam kandungannya, sementara ia dan Reno belum resmi menikah. Ia benar-benar dalam keadaan kalang kabut. Haruskah ia kembali ke Reno dan meminta Reno untuk segera menikahinya, ia tidak mungkin melahirkan tanpa seorang suami, namun jika ia kembali ke Reno itu sama saja bahwa ia kembali menjerumuskan dirinya kembali ke permasalahan yang membuat hidupnya akan menderita. Tidak terasa air mata menetes dan jatuh di pipinya. Frustasi, bimbang, emosi, sedih, dan hancur semua bercampur jadi satu. Sesak dihati dan kepala yang terasa penuh membuat Riana tidak tau harus bagaimana. Ia dipaksa memilih dua pilihan yang sama-sama beresiko besar dalam hidupnya, sedikit saja ia salah langkah maka akan berdampak buruk pada hidupnya. Bahkan untuk sekarang, Riana merutuki dirinya dan menyesal karena mempercayai laki-laki sebrengsek Reno, namun nasi sudah menjadi bubur, ia sudah terlanjur melangkah jauh masuk ke dalam permainan laki-laki itu, mundur pun rasanya sudah tidak bisa, sementara maju hanya akan melukai diri sendiri. Namun bagaimanapun itu, itulah resiko yang harus Riana tanggung.

Riana menyeka air matanya, ditariknya napas perlahan dan kemudian dibuang dengan perlahan juga. Ia harus bisa kuat, demi calon anaknya dan mamanya. Masih banyak hal yang bisa menjadi alasan dirinya untuk tetap bangkit, dan pilihan apapun yang akan ia pilih nanti adalah pilihan yang terbaik untuknya.

***

Reno memarkirkan mobil Pajeronya di halaman rumah yang cukup sederhana. Rumahnya tidak terlalu luas, namun memiliki halaman yang asri dengan beberapa tumbuhan dan bunga-bunga yang menyejukkan mata.

"Assalamualaikum." Salam Reno dengan sedikit berteriak.

Tidak ada jawaban.

"Assalamualaikum." Reno mengulang kedua kalinya.

"Waalaikumsalam. Tunggu!" suara wanita paruh baya menjawab salam Reno dari dalam rumah.

Tidak lama kemudian pintu rumah terbuka, terlihatlah mama Riana dengan baju dasternya.

"Eh Reno, masuk nak!" Mama Riana mempersilahkan Reno masuk. "Kok nggak bareng Riana?" Pertanyaan yang Reno tunggu akhirnya keluar dari wanita itu. Dari pertanyaan mama Riana, Reno bisa tau kalau Riana tidak ada di sana.

"Ada di rumah kok, Bu. Aku tadi habis dari kantor terus singgah di sini mau cek keadaan Ibu." Jawab Reno penuh alibi.

Mama Riana mengangguk. "Tunggu, Ibu buatin kopi!"

"Nggak usah, Bu." Langkah wanita itu terhenti ketika dicegat oleh Reno.

"Loh, kenapa?" Tanya mama Riana.

"Aku cuma bentar kok, Bu. Mau pulang istirahat." Reno menyerahkan sebuah kantong kresek berisi makanan yang sengaja ia beli di perjalanan. "Ini ada makan malam buat Mama."

Mama Riana kemudian menerima makanan tersebut. "Terima kasih, nak."

"Yaudah kalau begitu Reno pamit dulu." Ucap Reno sembari berdiri dari posisi duduknya.

"Tolong sampaikan ke Riana yah, Ibu rindu sama dia, kalau ada waktu kosong bolehlah jalan-jalan ke sini."

Reno menangguk. "Pasti Reno sampaikan." Ia kemudian melangkah keluar dari rumah. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati, nak!"

Reno menyalakan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan halaman rumah lama Riana. Kalau bukan di sini? Lantas Riana bersembunyi di mana? Reno bertanya pada dirinya sendiri. Ia sepertinya harus meminta bantuan bawahannya untuk membantunya mencari Riana. Ia mulai resah, ke mana wanita itu pergi membawa bayi yang dikandungnya. Terbesit rasa bersalah di dalam dirinya. Ia sadar apa yang ia lakukan terhadap Riana benar-benar sudah keterlaluan. Setelah membawa Riana pulang, ia akan memperlakukan Riana sebaik mungkin. Ia kemudian meraih benda persegi panjang di dalam saku celananya. Ia mencari kontak seseorang kemudian menekan tombol bergambar telepon di ujung atas layarnya.

"Halo." Ucap Reno dengan suara beratnya. Terdengar suara laki-laki di seberang telepon sana.

"Besok kamu tolong cari informasi di mana Riana sekarang!"

"Tolong minta anak buah kamu untuk bantu cari!"

"Secepatnya!"

Pandangan Reno teralihkan ke sosok perempuan yang berjalan masuk ke dalam KCF. Ia kemudian memelankan laju mobilnya dan mematikan teleponnya padahal lawan bicaranya sedang berbicara di seberang sana. "Ann?"

Reno menatap sosok itu lekat-lekat. Ia masih cukup muda, matanya belum rabun, dan ia yakin kalau yang baru saja ia lihat itu adalah Ann bersama dengan seorang anak kecil. Tidak lama setelah itu ia melihat seorang laki-laki yang mengekor di belakang mereka

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marriage With The Rude BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang