💍17

1.1K 27 2
                                    


****

Riana menatap pantulan dirinya di cermin besar di apartemen Delon. Dengan dress selutut berwarna navy yang baru saja dibelikan oleh Delon tampak sangat cocok dipakainya. Ditambah dengan rambut lurus terurai membuat Riana lebih terkesan anggun, sangat cantik.

Sore itu Delon mengajak Riana untuk makan di salah satu cafe kesukaannya, sekaligus mengajak Riana untuk menghirup udara segar setelah beberapa hari mengurung diri di apartemen. Riana pun menginyakan ajakan Delon meski awalnya sempat ragu. Ia masih takut untuk keluar di lingkungan luar, takut Reno menemukannya. Namun karena cafe yang akan ia datangi dengan Delon jauh dari kantor dan rumah Reno akhirnya ia pun mengiyakan.

"Sudah siap?" tanya Delon yang kini bangkit dari posisi duduknya yang sedari tadi menatap Riana yang terus bergelut dengan pakaiannya. "Diluar sangat mendung, kita harus berangkat sebelum hujan turun."

"Sudah," jawab Riana dengan senyum lembutnya. Sudah cukup lama Delon tidak melihat senyum itu, dan ia rindu.

Delon menghampiri perempuan itu, menggenggam tangannya dan menariknya ikut untuk segera turun menuju ke mobil.

Untuk beberapa hari ini, semenjak Riana tinggal di apartemen Delon. Ia selalu merasa tenang dengan laki-laki itu, selalu merasa aman di dekatnya, dan sekarang ia merasa senang dengan semua perubahan sikap Delon yang kembali seperti dulu, seperti awal Riana dan Delon saling jatuh cinta, ketika Delon sedang susah-susahnya berjuang untuk mendapatkan hati Riana.

Delon melajukan mobilnya meninggalkan apartemen menuju cafe yang tidak tidak terlalu jauh dari apartemennya, cukup 3 menit jika tidak macet.

Mobil Rush milik Delon kemudian diparkir di depan cafe setelah mereka sampai di tempat tujuan.

***

Di sisi lain, Reno melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah sore dan langit tampak sangat mendung, sepertinya akan segera turun hujan, ia harus pulang. Reno kemudian membereskan tumpukan map di atas meja kerjanya dan menyusunnya hingga terlihat rapi, pulpen dan alat tulis lainnya ia taruh ke dalam laci, sementara berkas yang harus selesai besok ia masukkan ke dalam tasnya untuk dilanjutkan di rumah. Setelah merasa semua sudah beres, ia kemudian meraih tasnya dan kunci mobilnya. Ia harus buru-buru karena ia tidak ingin langsung pulang, namun ia ingin mencari Riana.

Baru saja pintu lift terbuka, pandangannya menangkap batang hidung Ann. Perempuan itu sedang duduk di kursi tunggu kantor. Reno kemudian berjalan ke arah Ann.

"Hhmmm," ia berdehem. Ann yang mendengar suara berat Reno lantas mendongak.

"Eh, Ren," ia kemudian berdiri dari posisi duduknya menghadap ke arah Reno.

"Kamu kenapa belum pulang?" tanya Reno.

Ann menoleh ke arah pintu keluar yang terbuat dari kaca, sangat jelas terlihat bahwa di luar sana sedang hujan. Mengerti dengan kode yang diberikan Ann, Reno kemudian menarik tangan perempuan itu ke arah di mana ia memarkir mobilnya.

"Rumah kamu di mana?" tanya Reno setelah mereka sudah berada di dalam mobil.

"Aku tinggal di apartemen. Di Taman Indah." jawab Ann.

Reno kemudian menancap gas dan segera berlalu menuju rumah Ann meski rumahnya dan rumah Ann tidak searah.

Hujan tampak enggan untuk reda. Langit kota semakin gelap seiring bergantinya mentari dengan sang bulan, sementara bintang tidak terlihat karena tertutup awan kelabu. Lampu-lampu kota menyala lebih cepat dari hari-hari biasanya karena langitpun menggelap lebih cepat.

Hening beberapa menit menyelimuti Reno dan Ann, Ann sibuk menatap keluar jendela sementara Reno sibuk menyetir, tidak ada yang berani membuka pembicaraan sebelum Ann yang akhirnya angkat bicara.

"Bisa kau matikan AC mobilmu? Aku kedinginan." Tanya Ann yang lebih terdengar meminta.

Pandangan Reno yang tadinya fokus ke arah jalan kini memindahkan pandangannya untuk mematikan AC mobil, dan kembali fokus menatap ke arah jalan. Tidak berhasil mendapatkan perhatian dari Reno, Ann mencoba berpikir kembali.

"Reno, aku lagi kepengen minum yang hangat. Kita mampir dulu yuk di cafe kesukaanku!" Ann tampaknya tidak kehabisan akal.

Reno diam, tidak langsung menjawab ajakan Ann. Ia tampak berpikir sejenak.

"Aku tidak terima penolakan yah!" Ann dengan senyum sinisnya dan dengan nada memaksanya.

Merasa menyerah dengan tingkah Ann, Reno pun mengangguk pelan. "Di mana cafenya?"

"Di depan sana." jawab Ann sembari menunjuk cafe yang berjarak beberapa meter di depan mereka.

Reno kemudian memelankan laju mobilnya dan mencari parkiran untuk mobil di depan cafe tersebut. Reno dan Ann berlari kecil keluar dari mobil dan masuk ke dalam cafe.

****

"Aku hampir lupa, aku masih ada hadiah buat kamu." ucap Delon kepada Riana ketika mereka sudah berada di cafe.

"Hadiah apa lagi, dress ini udah cukup banget buat aku. Kamu juga udah banyak bantu aku. Aku gak suka yah kamu ngerepotin diri sendiri." cerocos Riana yang malah terlihat gemas dimata Delon.

"Udah ah, jangan bacot!" Delon tertawa geli. Riana memanyunkan bibirnya cemberut. "Kamu pejamkan mata dulu!"

"Kenapa pake tutup mata segala sih?" protes Riana dengan tangan yang kini ia lipat di depan dada.

"Jangan bawel! Udah tutup aja! Aku gak suka yah pemberianku ditolak." Delon kemudian beranjak dari posisi duduknya dan berdiri di belakang Riana.

"Udah tutup matanya?" tanya Delon memastikan yang lantas dijawab anggukan oleh Riana.

Delon meraih sebuah kalung dari dalam sakunya yang kemudian dipasangkan di leher Riana. "Kamu bisa buka mata sekarang!"

Riana membuka matanya perlahan dan melihat kalung yang sudah terpasang indah di lehernya. "Bagus banget." Riana tersenyum bahagia. "Makasih banyak, aku suka."

"Syukur kalau kamu suka." Delon kini kembali di posisi duduknya, ia menatap wajah Riana yang begitu bahagia yang membuatnya juga ikut merasa bahagia.

"Hueekkk." Riana tiba-tiba mual.

"Kamu kenapa?"

"Hueekkk," Riana berlari ke toilet meninggalkan Delon yang tampak panik.

Riana memuntahkan semua isi perutnya. Green tea yang baru saja masuk ke dalam perutnya keluar begitu saja dari mulutnya. Perutnya terasa tidak baik-baik saja, seperti ada yang mengaduk-aduk di dalam sana.

***

Reno menyeruput kopinya, sementara Ann melahap spagetinya. Mereka menikmati makanan masing-masing tanpa berbincang sepatah katapun. Sebelum Ann tiba-tiba mual.

"Kamu kenapa?" tanya Reno.

Ann menggeleng. Ia baru saja memakan udang yang ada di spagetinya, padahal ia alergi udang. Ia tidak tau sejak kapan spageti yang menjadi menu favoritnya ditambah dengan udang. Ann kemudian berlari ke toilet.

Reno duduk dengan resah sendiri menunggu Ann yang tak kunjung kembali. Ia memutuskan untuk menyusul perempuan itu. Takut ada apa-apa yang terjadi.

Reno kini berdiri di depan toilet perempuan, ia bingung harus mengetuk toilet yang mana, di depannya terdapat lima pintu.

"Hueeekkk."

Reno mendengar suara perempuan mual di toilet kedua, ia yakin itu pasti Ann. Ia kemudian mendekat dan bersiap untuk mengetuk.

****

Gimana guys??
Tulis pendapat kalian di komentar yah!!!!!
Reno ngetuk pintu siapa tuhhh.
Apakah ia akan bertemu dengan Riana???
Tunggu kelanjutannya!!!!!!

Marriage With The Rude BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang