💍5

2.2K 54 8
                                    

___5___

Reno mengangkat gelasnya yang berisi wine. Entah sudah berapa banyak wine yang ia habiskan semalam. Namun ia tidak peduli sebab malam ini ia ingin bersenang-senang.

Diliriknya kerumunan gadis yang sedang berdansa di sana. Dentuman musik club seolah ingin menghancurkan kepala siapapun yang ada di sana malam itu.

Reno menarik nafas berat. Kepalanya terasa berat, pandangannya berputar dan berkunang-kunang. Mungkin efek alkohol yang ia minum. Tubuh atletisnya tampak bermandikan keringat, jelas terlihat dari kemejanya yang mulai basah. Namun hal itu sama sekali tidak mengurangi aura ketampanannya yang mampu membuat sebagian wanita berlutut padanya.

"Lo ternyata ada di sini. Gue kira lo nggak akan menginjakkan kaki lagi di tempat yang lo bilang neraka ini." ujar seorang pria yang datang dari arah belakang Reno.

Reno tidak mengindahkan. Dipijitnya pelipisnya sembari meringis pelan. Nafasnya tampak memburu.

"Lo pasti sedang ada masalah? Atau lo cuma pengen cuci mata doang?" tanya pria itu lagi yang kini sudah duduk di samping Reno. Namun Reno malah bangkit dan meninggalkan pria itu yang terus menatap bingung kepadanya.

Dilangkahkan kakinya ke arah dance floor, di mana hampir semua pengunjung club ada di sana. Reno melihan kerumunan orang di sana. Tampak sedang bergoyang mengikuti alunan musik, melikuk-liuk seperti cacing kepanasan. Reno juga bisa melihat para wanita yang hampir semuanya menggunakan pakaian seksi dengan drees atau rok mininya yang tentu saja menarik perhatian pria untuk menyentuh tubuh mereka.

Reno masih terdiam di tempatnya, padahal ia sudah berada di kerumunan para pedansa itu. Entah apa yang menjanggal dipikirannya. Pandangannya masih berputar menatap setiap manusia di sana. Matanya tiba-tiba terhenti ketika mendapati seorang wanita yang sedang bercumbu dengan pria tidak jauh dari posisinya berdiri saat itu. Pandangan Reno terfokus pada mereka berdua, atau lebih tepatnya pada wanitanya saja. Wanita yang memiliki rambut gelombang, kulit putih, dan hidung mancung itu.

"Alley!" desisnya.

"Alley." panggilnya kini setengah berteriak.

Namun tampaknya wanita itu tidak mendengar panggilannya. Suara dentuman musik seolah menelan suaranya.

"Alley." panggilnya lagi. Namun nihil wanita itu tetap tidak mendengar.

Reno melangkahkan kakinya mendekat, namun wanita dan pasangannya itu malah pergi. Reno berusaha menempatkan pandangannya agar tidak lepas dari pasangan itu.

"Heii, tunggu!!" teriaknya lagi masih sambil mengikuti mereka.

"Alley! Alley!" panggilnya lagi dan lagi. Namun banyaknya para manusia di sana membuat Reno kehilangan mereka. Seolah satu kedipan saja wanita itu lepas dari pantauannya.

"Shiitt!" Reno mengacak rambutnya frustasi.

Dengan langkah gusar Reno kembali ke meja di mana ia bisa menikmati minumannya.

"Lo kembali rupanya." tegur pria tadi yang ternyata masih stay di posisinya.

"Vin, gue liat Alley tadi." ucap Reno suara serak.

"Hah, jangan ngayal lo. Mana mungkin Alley ada di sini. Alley itu udah MATI." kata pria yang bernama Vincent itu dengan penuh penekanan pada kata terakhir.

"Tapi serius, gue liat dia di sana." Ujar Reno dengan wajah seriusnya yang menambah aura ketampanannya.

"Kebanyakan minum sih lo." Vincent tertawa. "Lebih baik lo pulang terus bobok sama emak lo. Alleynya gentayangan kali, mungkin belum tenang karena masih cinta sama lo." ledeknya kemudian meneguk winenya.

Marriage With The Rude BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang