"mulai sekarang lo bareng gua aja rin, daripada naik bis," ujar chaeyoung sembari mengendarai motor matic─nya.
arin manggut-manggut menyeruput thai tea yang barusan dibeli. karena chaeyoung udah pindah rumah dan searah dengan rumah arin, nggak segan-segan chaeyoung mengantar─jemput arin.
"tapi nggak apa nih? kayaknya bakal ngerepotin," respon arin.
"santai aja kali. atau mau mark aja yang nganter pulang?" tanya chaeyoung diiringi dengan niat menggoda gadis berkucir kuda itu.
arin memukul bahu chaeyoung cukup keras. lalu ia kembali menyesap thai tea.
ngomong-ngomong soal mark, dengan mata kepalanya sendiri arin melihat pemuda yang ia sukai sekian lama itu tengah menggonceng mina, teman sekelasnya.
bukannya mereka udah nggak ada hubungan apa-apa? bahkan pas kelas sebelas mereka nggak ada interaksi sama sekali. kecuali mina yang memulai.
pikiran-pikiran negatif terus bermunculan. ya terserah aja mark mau punya pacar siapa. toh arin nggak peduli.
pura-pura nggak peduli maksudnya.
"rin," panggil chaeyoung membuyarkan lamunannya
"iya?"
"menurut lo dino orangnya gimana?"
"baik kok. dia nggak aneh-aneh orangnya." arin membayangkan bagaimana dino memperlakukannya dengan baik. perhatian dalam konteks pertemanan, bukan lebih.
"yakin? itu sama lo doang kali," timpal chaeyoung nggak percaya.
"beneran kok. dia sama tzuyu juga begitu," bantah arin.
selama ini chaeyoung terus menjauhi dino. chaeyoung udah tau kalau dino menyimpan perasaan padanha. ia tak mau kalau pertemanan mereka harus rusak hanya karena salah satu dari menyatakan perasaan.
chaeyoung menghindari dino yang suatu saat akan mengutarakan perasaan. bagaimana bila mereka putus? setelahnya akan saling menjauh dan pura-pura tidak saling mengenal?
chaeyoung tidak menginginkan itu.
arin yang selalu menjadi teman curhat dino, sama sekali nggak membicarakan curhatan dino soal chaeyoung. chaeyoung yang selalu mengabaikan dino, chaeyoung selalu menjauh tiap kali didekati, dan chaeyoung selalu berkata kasar padanya. meskipun begitu dino tau chaeyoung sengaja berbuat demikian.
mengingat-ingat hal tersebut, arin jadi teringat mark. selama ini hanya ia yang memiliki perasaan suka, mark tidak. hal ini membuatnya sadar bahwa perasaan yang selama ini arin pendam ialah salah.
setelah bertahun-tahun lamanya, saat duduk dibangku kelas sebelas mark mengajaknya bicara. duduk sebangku tak pernah dibayangkan oleh gadis berkucir kuda ini. semuanya terasa seperti mimpi.
sangat mustahil mark menanggapi gadis yang menyukainya. arin beruntung. tapi semua itu hanya sesaat.
setelah pulang dari bali, hati itulah dimana mark dan arin kembali renggang. coba saja pada hari itu arin tidak berbohong, mungkin semuanya tidak akan seperti ini.
tidak ada salahnya bila dirinya mengutarakan perasaan meskipun ia adalah seorang perempuan. bagaimana tanggapan mark tentang perasaannya, semua itu tidak penting.
memendan perasaan selama ini, hanya menjadi beban saja. membuka hati untuk orang lain bukanlah hal yang mudah.
setiap kali arin melirik laki-laki lain, pasti akan kembali pada orang yang pertama arin suka.
entahlah. mark adalah cinta pertamanya.
"rin? udah sampe loh nggak mau turun?"
arin terlonjak. matanya membulat. baru sadar ia telah sampai di rumah. arin melepas helm sembari turun dari motor chaeyoung.
chaeyoung mengamati wajah arin yang terlihat seperti memikirkan sesuatu.
"mikirin apaan rin?" tanya chaeyoung.
"bukan kok," balas arin tersenyum.
chaeyoung memanyunkan bibir seperti bebek. matanya tak terlepas dari sahabatnya. arin membenarkan poni dengan santai dan tak menyadari chaeyoung tengah mengamatinya.
"lo kaget nggak sekelas sama mark lagi?"
"ha?" arin terkejut dengan pertanyaan chaeyoung.
mau jawab apa?
"nggak tau." arin menggelengkan kepala.
"lah kenapa?"
"nggak tau. antara seneng sama sedih. antara beruntung dan rugi," penjelasan arin berhasil membuat otak chaeyoung berpikir.
"yang pasti dong."
arin malah menggelengkan kepala. ia bingung akan jawabannya. sama sekali tak pernah terpikirkan olehnya kembali sekelas dengan mark. ditambah renjun, dino, dan haechan. dan juga dengan sahabat-sahabatnya─chaeyoung, eunchae, dan tzuyu.
"gua sedih liat lo berdua udah nggak ada interaksi lagi."
"jangan bilang gitu ih, chae."
omongan chaeyoung membuat arin sedih. ia menggoyang-goyangkan lengan chaeyoung pelan. chaeyoung menyunggingkan senyuman paksa.
ya ia tau bagaimana perasaan arin sekarang.
"yaudah gua pulang dulu ya. sering-sering main ke rumah gua ya," pamit chaeyoung sebelum melaju.
➹
arin merebahkan tubuh di atas kasur empuknya. matanya memandang langit-langit tanpa penyinaran lampu. dalam keadaan remang-remang arin bengong.
kakaknya, binnie terus mengingat untuk menyalakan lampu tapi arin mengacuhkannya.
tangannya meraih hp yang sedari tadi bergetar disampingnya. notif bertuliskan nama chanhee terpampang di layar. arin terlalu malas untuk membukanya.
tapi karena merasa nggak enak, terpaksa arin membuka chat dari chanhee.
chanhee
rin
udah pulang?udah kok
arin membalas semaunya. tangannya mengusap ke atas. sampai di ruang obrolan paling bawah, nama mark yang arin cari.
arin membuka terakhir kali kontakan dengan mark. foto mark saat di bali bersama haechan. tiba-tiba arin tertawa. menggemaskan sekali.
"ya sayangnya udah jauh orangnya meskipun tepat di depan mata"
KAMU SEDANG MEMBACA
eclair ─ mark lee × arin ✓
Fanfictionyang satu takut ngeganggu, yang satu takut ditolak #.buku kedua dari 𝐬𝐢𝐥𝐥𝐲 𝐛𝐨𝐲 ©2017, maekchalatte