eclair ÷ 06

5.2K 856 52
                                    

"yahhh kok hujan?" keluh Arin begitu melihat rintikan hujan turun—membasahi lapangan basket.

Arin memandang keluar sembari tangan menyelinap masuk ke dalam jaket. giliran dikasih hujan malah minta panas, dikasih panas malah minta panas. beginilah manusia.

bibir Arin cemberut layaknya paruh bebek. pikirnya bakal pulang cepat dan bermalas-malas di rumah. sayangnya kali ini keadaan gak mendukung sama sekali.

hari ini Arin pulang naik bis karena Chaeyoung sakit. sekarang gadis itu paham, sudah saatnya belajar mengendarai motor. boro-boro. mau belok aja takut. langsung direm dan dituntun.

iya Arin kelewat parah. dia terlalu takut mengendarai motor.

Arin berpamitan dengan Eunchae yang masih di kelas duduk berdua dengan Haechan. mumpung hujan pulangnya agak lama aja mumpung masih ada doi disini. eaaa

Arin berjalan sendirian menuju lobi. sambil menunggu kakaknya menjemput, ia menghabiskan waktu dengan melamun. jarinya memainkan ujung jaket akibat bosan.

udah ngehubungin kak Binnie tapi kak Binnie mager jemput kalau hujan begini. naik mobil bisa, cuma mager aja ngeluarin mobil dan geret pagar sendirian.

mau gak mau Arin nungguin hujannya reda. padahal Arin sendiri tau hujannya gak bakal reda dalam waktu singkat.

Arin mengecek grup berisi sahabat-sahabatnya. gak ada yang nongol satu pun. biasanya ada satu atau dua orang yang suka nyepam. makhluk kurang kerjaan ya begini. siapa lagi kalau bukan Chaeyoung atau Eunchae yang nyepam.

"kapan redanya sih? pengen cepet-cepet pulang terus tidur." Arin bangkit dari sofa. tangannya dijulurkan ke depan, membiarkan tetesan hujan membasahi telapak tangan.

dingin. Arin gak tahan tapi tetap aja dilakuin.

sampai ada suara gerombolan cowok yang lari-lari sambil teriak-teriak heboh. oh Mark, Renjun, dan Dino. minus Haechan karena Haechan lagi pacaran di kelas.

Arin ngeliatin Mark, Renjun, dan Dino saling ciprat-cipratan genangan air. pikir Arin, mereka kapan dewasanya sih?

kayak yang dibilang orang-orang, kalau cewek-cowok sebaya pasti ceweknya lebih dewasa.












"woi udahan napa? gua mau pulang." Renjun naik ke parkiran atas untuk mengambil motor.

Dino mengikuti Renjun dari belakang. ya mereka pulang bareng. tapi Mark malah dadah-dadah dan gak ikut naik ke parkiran.

ngapain? gak bawa motor?

setelah dadah-dadah, Mark berjalan menuju tempat di mana Arin berdiri. ingin rasanya Arin segera pergi dari sana. tapi kaki menahannya untuk pergi.

sampai Mark menyadari ada Arin disitu, Mark meliriknya sedikit lalu memasang muka seolah-olah tak menganggap Arin ada disana.

Arin mendengus kesal. terpampang jelas begini masih gak keliatan? se-enggaknya menyapa atau senyum. lah ini?

ini juga Arin sendiri yang gak mau nyapa duluan. mata Arin curi-curi pandang melirik ke samping. Mark yang berdiri jauh disana tengah mengetik di layar hpnya.

lagi chatting sama dia kah?, batin Arin. tiba-tiba Arin merasa gundah.

apa dia berhenti aja menaruh perasaan pada Mark? sebanarnya gak ada alasan dia harus berhenti. otak memintanya untuk berhenti. namun hati berkata lain.



















untungnya kak Binnie menjemput Arin. kakaknya pasrah membawa mobil karena gak tega ngebiarin adeknya nunggu.

"kenapa berhentinya di seberang sekolah?" Arin ragu mau terobos hujannya atau gak.

hari ini jaket yang dipakai gak ada hoodie—nya. kak binnie juga gak nge—chat.

"akhirnya dijemput juga gua," ujar Mark. laki-laki di samping Arin menjatuhkan payung yang sudah digenggamnya. Mark berlari menerobos hujan menuju ojek yang sudah dipesan.

Arin ingin berteriak—bilang 'payungnya jatuh'— namun suaranya tertahan. Arin memandangi payung itu tanpa henti.

pake gak ya?, pikirnya.

ya, karena kepepet yaudah dipakai aja payungnya Mark. besok harus dikembaliin kan?

kalau masalah itu Arin bingung mau bilang apa pas ngembaliin payung Mark.
















"eh kemaren payung lo jatuh terus gua pake."

hngg masa gitu?

eclair ─ mark lee × arin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang