eclair ÷ 18

4.4K 671 30
                                    

di depan cermin, arin terus mencocokkan baju dengan dirinya. udah berapa baju yang dia keluarkan. kalau nggak pas, buang gitu aja. setengah jam berlalu dan belum ada baju yang sreg di hatinya. binnie mengintip dari celah pintu yang sempit. ia cekikikan melihat adiknya. nggak nyangka adiknya udah gede.

"kamu ngapain sih, dek? buang sana buang sini daritadi." binnie masuk ke dalam kamar lalu memungut baju arin yang berserakan.

"bagus pake yang mana, kak? pengen pake warna biru tapi aneh nggak sih?" arin menunjukkan baju biru pilihannya.

"hmm bagus sih, pake itu aja." binnie mengangguk tapi nadanya terdengar nggak menyakinkan.

"masa aku pake biru terus?" arin ngedumel. bibirnya manyun bagaikan bebek.

"pake hitam aja atas sampe bawah biar kayak orang ngelayat!" binnie memberikan tumpukan baju yang sudah ia lipat ke arin.

"ih, kakak!" teriak arin. arin meletakkan baju-baji itu di atas kasur.

arin memandang bajunya bergantian. merah jambu, kuning, hijau— aaaargh pusing! arin duduk di pinggir kasur. tangannya masih memegang kaos biru yang ia pilih. bajunya baru dan arin nyaman pakai baju itu. problem di mana beli baju baru dan rasanya pengen pakai terus karena udah nyaman. tapi kalau pakai baju itu lagi, kesannya cuma punya baju itu doang. pusing deh, pusing.

cewek, punya baju banyak tapi merasa nggak punya baju. yang dipakai itu-itu aja, yang lain biar semedi di dalam. kalau mau dibuang atau dikasih ke orang masih mikir-mikir. bajunya masih bagus, sayang kalau nggak dipakai. ujungnya nggak dipakai sampai ada baju baru. hadehhhhhh.

"yang mana nih?!" arin menggigit kuku jempol. mau lihat baju mana pun, matanya akan berhenti di kaos biru tadi.

"arinnnnn~"

damn! chanhee udah nyampai. arin belum dandan dan belum nguncir rambut. akhirnya arin memutuskan pakai kaos biru. ia tidak jadi menguncir rambutnya. cukup disisir, bibir dipoles lip balm, dan pakai lotion. nggak usah ribet-ribet, kayak mau jalan sama mark aja.

"tuh, orangnya." binnie menoleh tepat saat arin sampai di teras.

"maaf ya lama." arin sedikit menunduk sambil memandang chanhee.

"nggak apa santai aja. udah siap?" chanhee bangkit dari kursi sambil menepuk pantatnya.

"berdebu ya, dek?" tanya binnie.

"nggak, kak. udah kebiasaan." chanhee cengengesan.

"hati-hati pantatmu dipegang-pegang sama dia—"

"KAKAK STOP!" secepat kilat, arin menutup mulut kakaknya yang suka ngomong sembarangan. keduanya, chanhee dan arin memerah. seketika gerah dan wajah mereka semerah udang rebus.














mark, renjun, dino, chaeyoung, dan tzuyu tiba di depan sekolah. sepuluh menit mereka berdiam di sana, menanti si couple datang.

"kapan nyampe? gue nggak ikut aja ya?" kata mark gelisah, udah nggak sabar nunggu haechan dan eunchae.

"sabar ngapa!" balas chaeyoung.

"nggak ada arin. males banget gue ikut jalan-jalan unfaedahnya kalian," terang mark ketus. renjun diam mematung dengerin celotehan mark. dia paham perasaan mark. sebenarnya renjun juga nggak mau ikut dan kalau disuruh memilih, dia memilih di rumah ngebo seharian.

"noh, udah dateng."

haechan dan eunchae ketawa-tawa. dunia serasa milik berdua, nggak merasa ditungguin. haechan nyetir motor lambat banget. nggak kayak biasanya yang nyetir ngegas pol. paling lambat 60 km/jam. kalau belok juga ngepot banget bikin jantungan. kalau sama ayang mah, beda yak.

eclair ─ mark lee × arin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang