eclair ÷ 20

4.8K 673 132
                                    

"woy ditungguin dari tadi lo berdua!" teriak haechan begitu melihat mark dan renjun sampai di parkiran. semuanya udah ada di sana. bahkan tzuyu yang bilang bakal terakhir nyusul, lebih dulu sampai.

"kenapa lama?" tanya chaeyoung, kedua tangannya dilipat di depan dada.

"tadi mark ketemu—" mulut renjun dibekap rapat-rapat oleh mark.

mark berjalan menuju motornya dan membayar uang parkir. habis diberi uang, bapak tukang parkir menarik motor mark, dan mark me-stater motornya. tzuyu yang diam memperhatikan mark, akhirnya sadar. mark tengah bimbang. tzuyu mengambil helmnya dari motor chaeyoung.

"chae, gue pulang bareng mark aja ya?" kata tzuyu sambil memakai helm dan naik di belakang mark.

"eh, ngapain lo—"

"lo butuh temen curhat kan?" balas tzuyu sepelan mungkin. mark menelan saliva. cowok itu menancap gas dan pergi dari tempat tanpa berpamitan dulu dengan kawan-kawannya.

"gue pulang sama chaeyoung gitu?" renjun nggak bisa terima kenyataan kalau dia harus pulang bareng chaeyoung.


















sepanjang jalan, mark cuma diam. tzuyu menunggu cowok yang memboncengnya itu berbicara. tzuyu mengintip melalui spion, berusaha menangkap ekspresi mark.

"kalo miring-miring gitu, bisa-bisa disenggol mobil pick-up loh."

spontan tzuyu balik ke posisi semula. setelah memperingatkan, mark diam lagi. tzuyu ngga mau nanya duluan. tzuyu lebih suka lawan bicaranya berbicara duluan. karena tzuyu ngga suka disangka kepo dan sok peduli. padahal iya.

"lo, ada masalah ya?" akhirnya tzuyu bertanya setelah beberapa detik memikirkannya.

mark menghela napas panjang. dia ngga menjawab, karena menurutnya memalukan. kemarin dia yakin kalau dia ngga akan melirik—bahkan sampai menyukai arin. dia sangat yakin kalau dia ngga akan sekhawatir dan terlalu memikirkan arin seperti sekarang.

"gue bisa kok jadi temen curhat lo. kalo haechan, dino, atau renjun ngga menyakinkan."

mark terkekeh. "bener juga. gue kalo ngomong sama tiga curut itu ngga bakal ada yang paham. yang ada gue diledekin."

"soal arin, ya?" tzuyu menebak tepat sasaran. mark tersenyum mendengarnya.

"lucu ya. dulu gue sama sekali ngga suka arin dan cuek banget sama dia. bahkan gue mencoba menjauh." mark berbicara sambil tersenyum. "sekarang malah gue jadi suka sama dia, dan giliran dia yang menjauh dan risih sama gue."

tzuyu mengangguk paham. ia menyimpulkan senyuman kecil, berusaha menahan tawa karena geli setelah mendengar pengakuan mark—yang sekian lama ia, chaeyoung, dan eunchae tunggu.

"maaf ya. gue ngga bisa bantu dan kalo gue ngomong gini kedegarannya kayak ngga mau lo sama arin jadian." mark udah deg-degan duluan.

"arin juga punya batasan, mark. arin juga bakal capek suka sama lo selama ini. lo tau kan, betapa diemnya dia meskipun dia suka sama lo? beda sama ciwi-ciwi yang ngejar lo mati-matian sampe bikin lo jijik sendiri?"

mark ingat. arin sering kepergok ngeliatin dia atau suka kabur kalau berpapasan. padahal mark sama sekali ngga melakukan kontak mata ke arin. mark sering memperhatikan punggung arin ketika gadis itu berlari karena malu. terlintas di kepalanya, ini cewek kenapa sih, ngga jelas banget.

"lo ngechat dia, nganterin dia pulang, atau perhatian sama dia. itu semua ngga mudah dipikir positif sama arin. dan gue denger lo ngehapus akun gara-gara malu ngechat arin pake gombalan abang-neng? geli tau ngga."

eclair ─ mark lee × arin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang