eclair ÷ 25

3.9K 624 20
                                    

C   H   A   N   H   E   E



semakin berlalunya waktu chanhee jadian dengan arin, ngga ada perubahan apa-apa dari mereka yang cuma teman sekarang berubah menjadi pacar. arin juga ngga berubah, cewek itu masih sama saja seperti sebelumnya. bahkan kecepatan waktu membalas chat chanhee juga sama saja, sama-sama lama. entah apa yang dilakukan arin, chanhee ngga ada niatan bertanya. mungkin lagi asyik sama sohibnya atau lagi ada acara keluarga. chanhee terlalu positif thinking soal pacarnya. sampai dia sadar,

kalau arin masih menyukai mark.

kelas 12-ipa-6 bertanding futsal melawan 12-ipa-4 di final. di pinggir lapangan, arin berdiri di sana. mata kekasihnya terus mengikuti pergerakkan mark. padahal chanhee juga ada di sana, menggiring bola melawan pujaan hati arin yang ngga akan pernah tergantikan.

chanhee pikir, oh kan cuma teman sekelas jadi wajar kalau dia perhatiin teman sendiri. tapi pemikiran chanhee salah. semakin lama ia mengawasi tatapan bola mata arin, tatapan itu berbeda ketika arin menatapnya. tatapan yang ngga pernah chanhee dapatkan.

jujur aja hati kecilnya sedih mengetahui kenyataan kalau arin masih menyukai mark, sedangkan ia sudah menjadi pacarnya.

kemenangan pertandingan futsal dimenangkan kelas 12-ipa-4. semuanya bersorak, lagi-lagi 12-ipa-6 harus menerima kekalahan. mark memeluk kawan-kawannya lalu melambai-lambai kegirangan ke arah arin. arin juga terlihat senang. chanhee semakin merasa kalau dia bukanlah kebahagiaan arin. mau seperti apa pun dia ngga akan pernah menjadi sesuatu yang spesial bagi arin.

naeun yang berdiri bersama teman-teman sekelasnya menatap sinis ke arah mark dan arin. ia meremas botol mineral yang sengaja ia beli untuk mark. namun gadis itu memilih balik ke kelas daripada memberikan minuman itu.

chanhee tau, posisinya ngga bedah jauh dengan naeun. mereka berdua sama-sama menjadi pelarian karena masalah kecil dari pasangan bodoh di lapangan itu.

chanhee tersenyum. keputusannya sudah bulat. ia yakin pilihannya benar dan ia ngga akan menyesal atas keputusannya sendiri. bagaimana pun, hanya ini cara yang terbaik agar dirinya dan orang lain ngga lagi tersakiti.











"sampai rumah gue diomelin emak nih dasternya gue robek mana besar lagi." suara nyaring haechan terdengar sampai toilet.

"udah terima aja nasib jadi kiper!"

"malem ini lo tidur di luar mampus aja, tem."

"yang penting menang, bor."

chanhee bisa mendengar suara pecah mark, arin, tzuyu, chaeyoung, haechan, renjun, dino, dan eunchae. begitu keluar ia mendapati arin dan mark duduk bersebelahan──bersenda gurau di teras kelas.

ya keputusannya sudah bulat.












pulang sekolah, chanhee menunggu arin di depan kelas. selama perjalanan menuju parkiran mereka ngga ngobrol. canggung, iya. mereka sama-sama diam dan memang ngga ada yang harus dibicarakan. tapi chanhee ingin mengatakannya sekarang. chanhee ngga bisa mengulur waktu sampai tiba di rumah arin. seenggaknya bebannya harus berkurang.

chanhee menghirup napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya melalui mulut. arin yang ada di sebelah chanhee merasakan ada sesuatu yang aneh. seperti ... entah.

"kamu kenapa?" tanya arin.

"o-oh ngga kenapa-napa," jawab chanhee bohong.

"bohong kan? bilang aja ngga apa-apa."

chanhee dibuat pusing.

bilang tidak ya, bilang tidak ya.

"anu, rin──"

"ya?" jawab arin cepat. arin exicited menanti apa yang akan dibicarakan chanhee.

"putus."

"hmm?" arin mengernyitkan dahi.

"kita ... putus."

arin ngga ngerti maksud chanhee. suara chanhee ngga menyakinkan. chanhee ragu, terlihat dari raut wajahnya.

"kamu mau kita putus?" arin mengoreksi.

chanhee menggaruk-garuk belakang lehernya. "mmm, ya gitulah."

"ah, o ... oke. maaf ya chan, sebenarnya gue ngga bisa membalas perasaan lo. gue juga ngga bisa nolak lo, lo terlalu baik. gue ngga tega kalau lo kecewa. tapi ujungnya lo kecewa juga kan sama gua?" arin menjelaskannya dengan luwes.

chanhee mengangguk. ia mengerti, bahkan sangat mengerti. meskipun ia cukup sakit hati mendengarnya, tapi beginilah kenyataan. dugaannya benar dan chanhee ngga menyesal sudah mengajak arin putus.

"ngga apa rin, gue juga tau kok. lo emang terpaksa nerima gue. lo masih suka sama mark kan?" chanhee menunjuk-nunjuk arin.

"ih, apa sih!" arin menangkis jari telunjuk chanhee.

chanhee tertawa. keliatan jelas, batinnya.

"lo tuh ngga bisa bohong, rin. mau lo tutupin kayak gimana juga bakal keliatan." arin mendengus. bisa-bisanya habis putus udah bawa-bawa nama mark dengan entengnya.

"kita cocoknya memang temenan, rin. kalo lo butuh temen cerita bisa cerita ke gue. mau minta bantuan buat deketin mark? bisa kok gue."

"banyak gaya! lo sama mark aja ngga akur."

"bukan ngga akur. mark yang ngasih jarak ke gue, jadi susah mau temenan."

"yaudah deh. mau pulang atau main?"

"pulanglah, capek."

"iya ding lupa tadi kelas lo kalah, hahaha."

"ketawa gue sumpelin spion lo!" canda chanhee.

ya buat chanhee memang enak berteman daripada pacaran. dia bisa mengobrol bersama arin seperti biasa tanpa rasa canggung. beban di hati sepenuhnya hilang, cling cling.












chanhee
yer, gue putus wkwkwk

yeri
lah serius? kok gitu?
tapi lo ngga apa apa kan?

chanhee
ngga apa apa gundulmu wkwk
ya ngga sih, sedikit


yeri
yaudah sih ngga usah galau
jadi kasian gue hahaha

chanhee
sesuka itu ya arin sama mark


yeri
bukan cuma arin, mark juga
mereka udah lama dijodoh jodohin sih
habis ini gantian mark yg putusin naeun
kayaknya. tuh anak kan terpaksa nembak
naeun
tabah ya lo berdua


chanhee
biasa ajalah :v








gue ganti uname loh :v

eclair ─ mark lee × arin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang