eclair ÷ 23

3.9K 605 14
                                    

"tzuy."

"jun."

"tzuy."

"jun."

"ngomong lagi, gue──"

"kenapa belum pulang?"

tzuyu ngga jadi keplak renjun. keduanya sama-sama duduk di trotoar depan sekolah nunggu dijemput.

"kalo udah pulang gue ngga bakal duduk di sini," jawab tzuyu jutek.

"oh iya, pinter deh." renjun nyengir.

tzuyu mendecak. renjun menggeser pantatnya, menjauh dari tzuyu. padahal posisi mereka juga ngga dekat-dekat amat.

"kok????" tzuyu melirik renjun penuh tanya.

"lo lagi mikirin apa yang gue pikirin?" seperti biasa, renjun mengalihkan pembicaraan. cowok ini selalu mengalihkan pembicaraan kalau dia malas menjawab.

"mikirin apa?" tzuyu balik nanya.

"mark bohong lagi ya?"





TINNNNNNNN






suara renjun merendah. tzuyu ngga dengar renjun bilang apa. gara-gara mobil pick-up mengkalson ibu-ibu motor yang asal menyebrang.

"ngomong apa sih? jangan jauh-jauh!" teriak tzuyu.

renjun menggeser pantatnya lagi. habis ini celananya sobek dan diomelin mamanya,



"berangkat sekolah ngga usah pake celana sekalian."


wkwkwk ya nga bakal, konyol! థ﹏థ

"dia mana pernah jujur. tuh anak emang bego. temen lo tuh, benerin dong otaknya!" omel tzuyu. renjun kesal, kenapa harus dia yang disemprot?

"gue bukan tukang service, tzuy! suruh aja dia lompat dari gunung bromo nemuin otak pintarnya patrick!" balas renjun.

"lo udah ngga polos lagi, njun. sekarang udah berani ngelawan." bibir bawah tzuyu sedikit manyun.

"lo juga sama aja. gue kira lo kalem yang cuma tau tebar senyum sana-sini."

tzuyu bersiap memukul. renjun menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"wakanda forever."

"apaan sih, bego banget!" tzuyu ketawa, begitu juga renjun.

jarang sekali momen dimana renjun dan tzuyu ngobrol terus ketawa kayak sekarang. biasanya cuma lihat-lihatan yang udah dianggap sebagai cara komunikasi mereka. dari mata ke mata, eaaaaaak.

"gue ngga paham. masalah mark sama arin kenapa kita harus ikutan mikir. terus permasalahannya itu apa? gue ngga paham," terang tzuyu penuh ekspresif.



sama tzuy, gue juga ngga ngerti mereka gue buat kenapa ─sua. bercanda kok jangan tabok aku.



"cantik boleh bego jangan."

"lama-lama gue siram air got lo!"

"iya iya kalem, ce."

tzuyu menghembuskan napas. renjun mengangguk.

"sebenarnya mark cerita sama gue. pagi tadi gue pura-pura ngga tau. kalo dia sengaja nembak naeun tanpa pedekate. kemarin ditolak yeri pas dia mau minta kontaknya. malah mark nembah naeun lewat dm. parah memang." renjun membuka rahasia yang harusnya ngga sembarangan dia bocorin. rahasia memang ngga boleh dibocorin sih ya.

"udah paham gue gimana mark. dia selalu ragu sama hatinya. mark itu ngga jago bohong. mau sampai kapan dia nyembunyiin semuanya, ya bakal ketahuan juga. naeun-nya aja yg bego, langsung terima mark gitu aja."

"sok tau lo, tzuy."

"ihhh diem kek! lagi serius juga!" kata tzuyu kesal. akhirnya ia memukul paha renjun saking kesalnya.

"kalo mark bilang apa-apa kasih tau gue ya."

"siapa lo?"

tzuyu mengambil patahan paving yg kebetulan ada di sana. renjun kabur masuk ke dalam sekolah dan ngumpet di pos satpam.

"lah lahhh, le. ngopo ning kene*?"
*lah lahh ngapain disini

"ada predator betina nomer dua yang kabur, pak."

kalau tzuyu nomer dua, udah taulah siapa yang pertama.




















chaeyoung melepas helm begitu sampai di rumah arin. rumah arin kosong karena binnie berangkat kerja pagi.

"sendirian?" tanya chaeyoung. arin mengangguk sebagai jawaban iya.

"gue boleh ngomong sesuatu ngga?" chaeyoung basa-basi dulu sebelum masuk ke inti pembicaraan.

arin ngga menjawab. arin tau pasti chaeyoung bakal ngomongin chanhee atau mark.

"kenapa jadian sama chanhee? dari kapan? kenapa ngga cerita ke kita? terus ada apa pas lo pulang bareng mark? kenapa lo berdua belum baikan?"

nah kan. arin menatap tajam ke arah chaeyoung. kenapa semua temannya memaksanya untuk bareng maaaaaaaaark terus? kalau memang ngga bisa ngapain harus dipaksa? lagian ini masalah arin, bukan masalah mereka.

"udah belum, chae?"

"maksudnya?" chaeyoung mengernyitkan dahi.

"emangnya kenapa kalo gue jadian sama chanhee? emangnya kenapa kalo gue belum baikan sama mark? apa gue harus bareng sama mark terus?" pertama kalinya arin ngegas.

chaeyoung tercengang, bung!

"bukan gitu, chanhee sama lo kan cuma temen. yaaa temen biasa. jelas kita kaget karena pacar lo bukan mark."

mata arin menatap ke bawah. dadanya mengembang kempis. kedua tangannya ia remas kuat-kuat. iya ragu, apakah ia akan mengatakannya sekarang──apa yang dikataan mina──yang belum arin dapatkan kebenarannya.

"terus, kenapa selama ini lo nyembunyiin dari gue kalo lo pernah suka sama mark?"

"ya ... gue ngga enak sama lo, rin. gue ngga tau kalo cowok yang sering lo omongin itu mark."

jantung chaeyoung berdegub kencang. padahal selama ini ia berhasil menyembunyikan kenyataan kalau ia pernah menyukai mark. kenapa arin bisa tau? padahal chaeyoung sudah memperingatkan kawan-kawannya untuk merahasiakannya dari arin. dan chaeyoung tau kalau mereka ngga akan ngebocorin segampang ini. kalau renjun, chaeyoung percaya. tapi menururt perasaan chaeyoung, bukan renjun yang mengatakannya.

"lo kok bisa tau?"

"dengan lo nyembunyiin perasaan lo itu, gue baik-baik aja? ngga enak tau, chae!" arin meninggikan suara. "justru gue ngga enak sama lo. gue cerita cowok yang gue suka selama ini ke lo, dan ternyata lo juga suka sama cowoknya. gue juga mikirin perasaan lo, chae!"

"udahlah, lagian itu udah berlalu. waktu itu gue suka cuma sebentar kok." chaeyoung berusaha menenangkan arin.

"tetep aja gue ngga enak, chae."

"rin──"

"kalian jangan nyuruh-nyuruh gue buat baikan atau jadian sama mark. gue udah males, capek. yang ngejalanin gue, bukan lo semua!" tangis arin pecah. air matanya mengalir perlahan-laha.

chaeyoung turun dari motor lalu memeluk arin. ia menghapus air mata arin dengan ujung lengan jaketnya.

"belakangan ini lo lagi emosi, rin. ngga apa kok, lo boleh nangis sepuasnya sekarang. jangan segan-segan cerita ke kita." chaeyoung menepuk-nepuk punggung arin.

"gue ngga tau, chae harus gimana sama chanhee. jujur aja gue merasa tenang tiap kali chanhee ada buat gue. tapi gue ngga bisa balas perasaan chanhee."

"hmmm, arin udah gede ya?"

chaeyoung memeluk arin sambil menggoyangkan badan arin ke kanan dan ke kiri. chaeyoung tersenyum karena gemas dengan arin. ternyata arin bukan cewek yang polos-polos amat. cewek yang ngga bakal nangis soal cinta. arin bisa jatuh juga karena cinta.



cielahhh apaan sih, gue ngetik apa wkwkwk.





eclair ─ mark lee × arin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang