eclair ÷ 15

5.3K 707 50
                                    

mark nggak sanggup mendaftarkan akun baru line-nya. dia masih malu setelah beberapa hari lalu mengirim arin chat, ngajak pulang bareng pake neng-abang. mark sendiri nggak tau kenapa dia bisa berbuat demikian. bahkan dia belum pernah—yang memulai chat duluan. kalau arin nge-chat duluan, rasanya ogah-ogahan ngebales.  nggak tau apa yang bisa membuat seorang cowok bernama mark berubah. iya dia udah berhenti deketin cewek-cewek cantik, atau yang benar-benar tipenya. sekarang dia nggak peduli mau deketin cewek yang mana. karena sekarang dirinya telah terusik oleh sosok arin.

belum pernah mark mikirin arin bakal dideketin sama siapa, jadian sama siapa, atau pulang bareng siapa. sebut aja 'siapa' di sini ialah seorang cowok. mark nggak pernah merasa gelisah arin pulang bareng dino, haechan, atau renjun—karena si gingsul nggak pernah bawa motor ke sekolah.

sekarang mark tengah tiduran di atas kasur sambil mendekap gitar akustik kesayangannya. jemarinya asal memetik senar. melamun. dia masih bingung akan keresahan di hatinya. baru kali ini dia merasa tersiksa soal cewek. sebelumnya sama cewek yang lebih cantik dari arin, dia nggak pernah kepikiran sampai pusing begini.

mark beranjak. gitarnya masih dia peluk. matanya memandang layar hp yang mati. tangannya nggak sanggup menyentuh hp. sial, decaknya. mark menunduk. kini jemarinya menarik-narik seprai saking bingungnya. dia nggak mau terima kenyataan. dia nggak mau ini terjadi. rasanya ingin ia buang jauh-jauh kenyataan bahwa,















dia mulai menyukai arin.













"rin, dino ada nggak?"

lagi-lagi cowok yang nggak ingin mark lihat, datang ke kelas. alasan doang nyari-nyari dino, padahal mau modus. mark mengamati chanhee dan arin dari pojok kelas, tempat ia duduk dengan renjun. giginya menggigit-gigit jempol. penasaran kenapa arin mudah sekali menyebarkan senyuman manisnya ke semua orang?

"harusnya gue doang yang boleh liat dia senyum begitu."

"lo bilang apa?" renjun mendengar perkataan mark yang pelan. mark menggelengkan kepala dan mengubah posisi menghadap depan.

dia baru sadar kalau dialah yang membuat arin menjauh. kalau aja pulang dari  study tour dia nggak berkata demikian, mungkin semua ini nggak bakal terjadi. mark tau, arin menangis saat itu. mark tau gadis itu payah dalam berbohong.

arin ogah duduk di sebelahnya, canggung tiap kali ketemu, nggak pernah berani kontak mata lagi, dan parahnya tiap kali berpapasan arin selalu menunduk. ayolah kita 'kan teman sekelas! mark greget sendiri. dia sadar kalau dia bego. iya bego banget malah.

"lo mikirin apaan?" tanya haechan. cowok hitam manis itu membalik kursinya menghadap mark dan renjun. ia menanti mark menjawab sambil mengemut eskrim yang barusan dibeli bareng eunchae.

"mikirin lo," malah renjun yang membalas.

"lo kalo nggak diajak ngomong malah nyaut, giliran diajak ngomong masa bodoh gamau tau siapa yang ngajak ngomong. serah, njun!" geram haechan.

"iya-iya maaf."

haechan merinding. sebenarnya renjun bukan cowok kutub dan cuek bebek. sifat lembut ibarat marshmallow ia tutupi karena bakal pada bilang "imut ihh gemes deh". renjun sedikit membencinya. taulah siapa yang suka bilang gini.

"lo kalo punya masalah sama arin, cerita aja ke gue siapa tau bisa bantu." mark menghiraukan tawaran haechan.

"bentar lagi dia pacaran sama chanhee asal lo tau," tambah haechan.

mark membulatkan mata. "SERIUS LO?!"

"berlapisrius. gue mana pernah bohong sama temen sendiri."

eclair ─ mark lee × arin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang