7. Rindu

9.3K 582 7
                                    

Ingin ku hapus rindu ini, namun tak bisa dipungkiri jika ia telah melekat di dalam hati.

●○○○●

Vidi menoleh dan  tersenyum kecil ketika melihat Karen tersenyum bahagia di sampingnya, ini adalah momen yang tak akan bisa dilupakannya. Melihat orang yang kita cintai, tertawa bersama.

"Gimana? Bagus kan?"

Karen menoleh, kemudian mengangguk antusias mendengar pertanyaan Vidi. Pasalnya, pemandangan di depannya ini memang sangat indah. Ini adalah kali pertama untuk Karen bisa mengunjungi tempat seperti ini, dan ini semua karena Vidi yang mengajaknya ke tempat seperti ini.

"Mau kesana?" Tawar Vidi sambil menunjuk ke arah bebatuan yang berada tak jauh di tepi pantai.

"Boleh."

Tangan Vidi langsung mengamit tangan Karen untuk digenggamnya, sebuah kehangatan langsung menerpa mereka berdua.

Langkah kaki mereka berdua perlahan menjejaki pasir pantai yang bertebaran di sepanjang tepi, Karen dan Vidi memang melepaskan alas kaki mereka, agar bisa merasakan sensasi pasir pantai.

Vidi membantu Karen untuk menaiki bebatuan yang ternyata cukup tinggi. Kemudian mereka berdua duduk, sambil menikmati pemandangan alam yang begitu menakjubkan.

Perlahan Vidi menoleh, memperhatikan wajah Karen yang diterpa angin laut, membuat anak rambutnya beterbangan. Mata Karen tertutup, seperti menikmati udara dingin yang hinggap di wajahnya. Wajah Karen terlihat begitu cantik di mata Vidi, bahkan sangat-sangat cantik.

"Vid..."

"Ya?"

"Kamu mau berjanji?" Tanya Karen.

"Untuk?"

Karen cemberut karena Vidi justru balik bertanya, "jawab dulu ih! Iya atau enggak?"

"Iya-iya," Vidi terkekeh melihat wajah sebal Karen.

"Jangan pernah rusak kepercayaanku yah."

Vidi terdiam mendengar Karen yang tiba-tiba berbicara seperti ini, tak biasanya Karen mengucapkan kata-kata yang terdengar aneh di telinga Vidi.

"Intinya, jangan pernah berbuat sesuatu yang suatu saat nanti membuatku sakit," lanjut Karen dengan menatap lekat pada Vidi, "tolong beritahu aku jika kamu lelah atas hubungan ini. Supaya, aku bisa menahan rasa sakit yang akan membawaku pada titik terbawah."

"Kamu ngomong apasih, Ren?" Vidi berkata denga gusar mendengar ucapan Karen.

Karen tersenyum, "karena, sekalinya kamu ngerusak kepercayaan yang sudah sepenuhnya aku kasih ke kamu, nggak akan ada kesempatan selanjutnya."

"KAK VIDI, SADAR!!!"

Mata Vidi langsung terbuka mendengar teriakan seseorang. napasnya terengah-engah, peluh bercucuran di dahinya. Peristiwa itu, datang ke mimpinya. Peristiwa dimana ia masih menjadi kekasih Karen, dan ia baru menyadari apa yang dimaksud Karen waktu itu.

Rasa rindu langsung menerpa Vidi, ia begitu merindukan ketika hubungannya dengan Karen baik-baik saja. Seandainya ia tak melakukan hal itu, mungkin hingga saat ini ia akan tetap bersama Karen. Ia tetap akan menjalani kehidupan berwarna bersama perempuan yang dicintainya itu. Tapi takdir memberinya sebuah jalan yang lain, jalan yang membuatnya harus berjuang keras untuk mendapatkan hati sang pujaan hati.

"Kak Vidi nggak apa-apa?"

Vidi menoleh ke arah sang adik yang sekarang menatapnya khawatir. Vidi menampilkan senyumnya, meyakinkan sang adik bahwa ia baik-baik saja.

K H I A N A TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang