11. Rasa

7K 450 4
                                    

Perlahan tapi pasti, kamu mulai mengurangi kedekatan ini akibat rasa yang ku miliki. Apakah ini pertanda jika rasaku harus diakhiri agar sikapmu bisa kembali seperti dulu lagi?

●○○○●

Dengan sabar, Rafa menunggu di depan kelas Karen untuk menemui perempuan itu. Bukan tanpa alasan Rafa melakukan hal seperti ini, karena semenjak pernyataan cintanya yang berakhir dengan Karen dirawat di rumah sakit, sejak saat itu Karen selalu menghindar setiap kali mereka bertemu.

Bahkan, ketika mata kuliah yang diajarnya, Karen lebih memilih absen dengan alasan sakit. Hal itu membuat Rafa kelimpungan untuk bisa bertatap muka dengan Karen. Ia ingin meluruskan segalanya, tak ingin berakhir seperti orang yang tak saling mengenal.

Hingga tak lama, Karen keluar bersama seorang perempuan yang Rafa ketahui adalah sahabatnya. Karena, dimana ada Karen, pasti ada perempuan itu.

Wajah Karen menunjukkan keterkejutan yang sudah Rafa duga sebelumnya. Ia yakin jika Karen tak menyangka jika dirinya bisa disini.

"Saras, bisa kita bicara sebentar?" Tanya Rafa dengan nada memohon yang kental.

Karen diam, memandang kosong ke arah Rafa. Ia bingung harus merespon seperti apa disaat  situasi seperti ini.

"Aku mohon," pinta Rafa kembali.

Vera, yang sedari tadi berada di sebelah Karen pamit untuk pulang terlebih dahulu. Agar permasalahan antara Karen dan Rafa bisa terselesaikan.

"Oke," akhirnya hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Karen.

Akhirnya, mereka berdua berjalan menuju taman yang berada di kampus tersebut. Tak ada obrolan yang tercipta, hanya hening yang menyertai mereka. Walau jauh di dalam lubuk hati Rafa, ia ingin sekali membuka pembicaraan bersama Karen. Namun, ia berusaha untuk mengontrol dirinya agar suasana seperti ini tak semakin parah nantinya.

"Aku minta maaf," Rafa memandang Karen yang sama sekali tak memandang balik padanya. Karen berusaha sesibuk mungkin dengan memperhatikan keadaan sekitar, seakan tak pernah ada Rafa di sebelahnya.

"Untuk apa?" Ujar Karen pelan, bahkan sangat pelan. Untung saja Rafa bisa menangkap suara tersebut dengan jelas.

Rafa menghembuskan napas pelan, "semuanya." Rafa terdiam sebentar sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "maaf jika sikapku membuatmu takut."

Sesaat, Rafa bisa melihat Karen memejamkan matanya, seakan berusaha mengumpulkan kekuatan untuk bisa mengeluarkan salah.

"Kamu ga salah, Raf." Ujar Karen, "ini semua salahku, ini semua karena ketakutanku untuk menjalani sebuah hubungan. Aku ngga mau merasakan sakit untuk yang kedua kalinya, hanya itu," lanjutnya.

"It's okay, Ras. Aku tau itu, kamu gak usah khawatir. Tentang perasaanku, anggap angin lalu yang akan pergi setelah melewatimu. Dan aku harap, kita bisa berteman kembali. Bagaimana?"

Karen mengembangkan senyumnya yang membuat Rafa tertular juga, "thanks, Raf!"

Rafa tersenyum kembali melihat wajah suram Karen berubah menjadi sumringah. Inilah yang ia mau, melihat Karen bahagia, bukan menangis karena luka. Untuk perasaannya, biarlah ia abaikan. Asal senyum Karen, bisa kembali lagi dalam hidupnya.

●○○○●

Vidi mendengus kasar, tatkala sang adik malah meninggalkannya diantara rak-rak tinggi disebuah super market. Ia memutuskan untuk berjalan menyusuri rak-rak tersebut menuju pintu keluar.

Namun langkahnya terhenti karena seseorang memanggil namanya. Bahkan tubuhnya membeku saat mengenali suara itu.

"Vidi..."

K H I A N A TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang