8. Jatuh

7.3K 488 5
                                    

Jatuh cinta itu memang menyenangkan, namun bagaimana jika jatuh karena cinta? Menyakitkan bukan?

●○○○●

Karen memandang kosong ke arah halaman rumahnya, saat ini ia tengah berada di balkon kamarnya yang memang mengarah langsung ke halaman. Karen duduk dengan posisi tubuh memeluk lututnya, membuatnya berulang kali menenggelamkan kepalanya ke lututnya itu.

Angin mulai berhembus kencang, membuat kegundahan Karen semakin menjadi.

Semua pernyataan Rafa tadi, terus terngiang di kepalanya. Menurutnya, ini semua terlalu cepat jika Rafa mengungkapkan perasaannya.

"Saras..."

"Ya?"

Karen memperhatikan Rafa yang terlihat sedikit gugup, tak lama Rafa menarik napas panjang.

"Aku tau, kalau kalimat yang akan aku ucapkan nanti terlalu cepat bagi kamu. Tapi aku minta tolong, setelah aku mengatakannya jangan menghindar dari aku."

Melihat Karen yang diam, Rafa kembali melanjutkan ucapannya.

"Kebersamaan kita akhir-akhir ini, membuat aku nyaman ketika berada di dekatmu. Dan rasa yang aku miliki saat ini, telah ada sejak lama bahkan sebelum kamu mengenalku, namun aku telah mengenalmu. Dan dengan lancangnya, rasa nyaman itu berubah menjadi lebih. Rasa yang membuatku ingin terus berada di dekatmu, ingin selalu melindungimu, dan yang terpenting, aku ingin kamu menjadi milikku."

"Jadi..." Rafa berhenti sejenak, "bisakah kamu membuka sedikit hatimu untukku?" Tanya Rafa setelah mengungkapkan semua perasaan yang disimpannya.

Mendengar semua ucapan Rafa membuat Karen terpaku, ia kehilangan semua kata-katanya. Ia tak menyangka, jika secepat ini Rafa memiliki perasaan padanya. Bahkan, jauh sebelum ia mengenalnya.

Karen melihat Rafa yang menatapnya penuh harap, kemudian menggeleng berulang kali. Tanpa mengucapkan kata apapun, ia berlari meninggalkan Rafa yang dilanda rasa kecewa.

"Maaf..."

"Ini... ini semua terlalu cepat untukku, Raf. Aku gak mau, akan terjatuh untuk kedua kalinya."

Tak lama, sebulir air mata jatuh di pipi kiri Karen.

Dan kemudian, Karen kembali menenggelamkan kepalanya, kembali menumpah kesedihan yang saat ini dirasakannya.

●○○○●

Suara isakan yang semakin keras, mau tak mau membuat Kavi menerobos pintu kamar kakak perempuannya.

Awalnya, ia akan menuju kamarnya setelah kembali dari dapur untuk menuntaskan rasa hausnya. Namun ketika samar-samar ia mendengar suara tangis yang berasal dari kamar Karen, niat untuk kembali ke kamarnya ia urungkan. Ia membuka sedikit pintu kamar kakaknya, untuk memastikan jika suara isak tangis itu benar-benar berasal dari kamar kakaknya.

Dan benar saja, kakaknya sedang meringkuk di atas kasurnya. Dengan langkah lebar, Kavi menghampiri kakaknya.

"Kak..."

Karen masih diam tak merepon.

"Kak Karen..."

Untuk kedua kalinya, masih tak ada respon.

Dan karena Kavi tak sabar, akhirnya dia langsung mendekat kemudian menyingkap selimut yang menutupi tubuh Karen.

Alangkah terkejutnya saat Kavi menyentuh lengan Karen, kemudian beralih ke dahinya. Panas.

K H I A N A TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang