Hanbin sedang berkutat dengan meja billiard di depannya. Menyodok beberapa bola penuh konsentrasi.
Naas, konsentrasinya membuyar saat ada sesuatu bergetar di kantong celanya. Apalagi klo bukan telpon. Hanbin yakin 1000% itu panggilan dari sang ibu
"Hanbin, dimana nak?" terdengar suara wanita di seberang sana
"Sebentar lagi aku pulang ma" jawabnya malas
"Cepat. Mereka udah jalan kesini"
"Iya ma"
"Hati-hati di jalan sayang. Jangan ngebut"
"Iya ma"
Hanbin menutup telpon dan duduk di salah satu sofa, sekedar merebahkan diri sejenak. Ia terdiam memikirkan sesuatu. Memutar kembali kata-kata yang diucapkan ayahnya kemarin saat makan malam.
#tb
"Hanbin, kamu bakal papa jodohin sama anak rekan papa. Pernikahan kalian udah kita tentuin, masih ragu sih tapi mungkin minggu depan"
Saat mendengar itu, hanbin langsung tersedak. Bukan hanya tersedak. Makanan yang ada dimulutnya hampir ia keluarkan lagi.
Bagaimana bisa ayahnya mengatakan hal serius dengan santai dan berlagak seperti tidak ada yang salah dengan hal ini?
"Perusahaan kita akan bermitra dengan perusahaan keluarga zhou. Dan kayaknya lebih baik kita memiliki hubungan yang lebih dengan mereka" lanjut ayah hanbin.
Sikap dingin membuat hanbin hanya menatap datar ayahnya tak percaya. Bahkan ia tidak berniat menanggapi hal konyol itu.
Dengan cepat, hanbin langsung menyelesaikan makan dan kembali ke kamarnya. Meninggalkan ayah, ibu, dan adiknya di ruang makan.
Ibu hanbin yang hanya diam se-daritadi segera menyelesaikan makan malamnya dan menyusul hanbin ke kamar. Mengajak anak sulungnya untuk bicara empat mata dari hati ke hati.
"Hanbin, kenapa kamu ga nanggepin omongan papa tadi nak?" ucap ibu hanbin yg tengah duduk di kasur anaknya
"Aku ga tertarik sama hal konyol yang papa omongin" ucap hanbin dingin
"Hal konyol?" ibu hanbin tersenyum, "hal konyol itu yang membuat kamu ada disini. Dan hal konyol itu juga yang bikin kamu bisa nikmatin semua fasilitas kamu dari kecil"
Lagi-lagi hanbin tidak menanggapi ucapan orangtuanya.
"Bukan maksud mama ngungkit semuanya ato gimana. Tapi, kamu ingat ga waktu kamu kecil.
Kamu pernah nanya 'Ma, kenapa diluar sana banyak orang susah? Aku punya semuanya, tapi mereka? Baju ama makanan aja ga ada. Kalo aku udah besar, aku mau kayak papa. Bisa sukses. Biar aku bisa bantuin orang-orang yang ga mampu' inget?""Iya inget. Tapi sukses bukan berarti aku harus nikah muda kan?"
Hanbin tidak habis pikir. Memang dari kecil dia tidak hidup susah. Memang dari kecil dia memiliki segalanya, segala yang tidak dimiliki anak lain seusianya. Memang dari kecil dia selalu di selimuti kasih sayang dan kebahagiaan dari keluarganya, walau kadang ayah nya tidak terlalu menunjukkan kasih sayang, tapi hanbin tau ayahnya slalu membangga banggakan hanbin di depan rekan-rekan kerja perusahaannya.
Dan skarang tiba-tiba mereka ingin menjodohkannya dengan seseorang yang tidak dia kenal? Dengan kata kasar mengorbankan masa mudanya? Disaat anak-anak lain sedang berhura hura dan dia harus meniti rumah tangga dengan orang asing?
Apa pernikahan ini adalah bayaran atas apa yang dia terima selama ini?
Sebelum berbicara, ibu hanbin menatap anaknya dalam, "Hanbin, sebenarnya udah lumayan lama perusahaan papa kalah saing terus sama perusahaan tuan lee. Kalo keadaannya kaya gini terus, papa bisa bangkrut. Kamu tau kan, brapa ratus ribu orang yang bakal kehilangan pekerjaannya klo papa bangkrut? ... Karna masalah ini, akhir-akhir ini kondisi papa drop, kata dokter papa banyak beban pikiran. Tapi kamu tau kan gimana hebatnya dia. Dia ga nunjukin itu ke kita... Dia kekeuh sampe akhirnya mama nanya dan minta papa ceritain apa yang lagi dia alamin. akhirnya papa cerita... Semua jalan udah papa coba, tapi hasilnya nihil. Mama juga udah coba bantu, jual sebagian perhiasan mama buat modal tender baru perusahaan kita, tapi..ga ada hasilnya.. :( sayang, ini jalan terakhir kita.."
Hanbin melihat mata ibunya mulai berkaca-kaca, seperti menahan air mata yang siap mengucur kapan saja.
Ibu hanbin mengela napas panjang, sebelum melanjutkan omongannya. Lantas ia mengambil tangan hanbin seraya mengelus pelan
"kamu anak yang baik, dari kecil kamu slalu membanggakan dan ga pernah ngecewain papa sama mama. Hanbin juga udah dewasa skarang, mama percaya sama keputusan yang bakal kamu ambil.."
Setelah mengatakan itu, Ibu hanbin berdiri lalu mencium pucuk kepala anaknya penuh sayang. Tidak lupa sebelum meninggalkan kamar hanbin, ia menyodorkan suatu benda yang daritadi berada di genggamannya.
Sebuah foto.
Hanbin mengambil foto itu.
"Itu calon istrimu. Mamanya temen baik mama. Besok mereka datang, lowongin waktu kamu buat ketemu mereka ya. Minimal ketemu dulu. Klo kamu tetep gamau, gpp. Mama sama papa ga bakal maksain kamu sayang.."
Hanbin hanya mengangguk, tanpa ekspresi. Ia melihat punggung ibunya mulai menghilang dari balik pintu.
Setelah ibunya keluar, hanbin memperhatikan foto yang diberikan ibunya tadi.
"gosah senyum-senyum. tar lagi kita nikah" ucap hanbin pada foto kyulkyung yang sedang dipegangnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bride
Fanfiction(Beberapa part di Private) Apa jadinya jika harus menikah dengan sosok yang tidak dikenal sebelumnya? Oh well. Itu terdengar buruk. Tapi tidak untuk kyulkyung. Ia begitu bersemangat membina rumah tangga dengan putra pertama keluarga kim yang memili...