0.33 (a)

668 81 19
                                    

Tapi kita manusia.
Kita mencintai karena yang kuat butuh diperbaiki dan dilengkapi.
Kita menanti karena yang ada di depan pasti memiliki harapan.

**


Kyulkyung menyerah.

Sudah belasan kali Kyulkyung mencoba menelepon nomor Hanbin hingga ia berhenti berusaha. Ponsel Hanbin tidak kunjung aktif. Entah ia enggan berurusan dengan Kyulkyung lagi ataukah hanya merasa bersalah dan berpikir jika Kyulkyung akan mengakhiri rumah tangga mereka. Kyulkyung tidak bisa menebak.

Ia membanting kasar tubuhnya di atas kasur. Mengingat ulang perkataan Ayahnya di kantor 4 hari yang lalu,

Dia skarang ada di Korea, Kyu. Terakhir dia kesini, raut mukanya keliatan putus asa. Papa coba ngeyakinin dia klo semuanya akan baik-baik aja. Tapi dia bilang, 'Duri dalam daging itu semakin melukai Kyulkyung, pa.'

Hanbin benar. Sana memang bagaikan duri dalam daging. Mengingat namanya saja sudah melukai hati Kyulkyung sekarang.

Kyulkyung membentangkan tangannya di atas kasur. Kamar ini terasa sangat sepi, dan sendiri.

Tangan kirinya tak sengaja mengenai kemeja Hanbin yang sempat tadi ia ambil dari lemari.

Kyulkyung menarik kemeja itu kemudian menciumnya. Mencium aroma Hanbin disana, mengobati kerinduannya.

Rasanya.. beberapa hari yang lalu, ia adalah seorang yang memiliki segalanya. Sosok Ayah yang begitu ia rindukan kehadirannya, suami yang mencurahkan kasih sayang setiap hari, teman baru, dan dia juga sempat memiliki buah hati.
Tapi saat ini, kenapa ia merasa sebatang kara dan tidak bisa lagi tersenyum. Jangan kan tersenyum, menghentikan cairan yang gemar keluar tiba-tiba dari pelupuk matanya saja Kyulkyung tidak bisa.

Seandainya evisa nya tidak bermasalah, mungkin 3 hari yang ia gunakan untuk uring-uringan ini, sudah bisa ia habiskan dengan merenggut kembali kebahagiaannya.

Ia ingin kembali ke Korea dan bertemu dengan Hanbin lagi..

Mata itu kembali keluarkan cairan bening.

Dalam pejam, Kyulkyung tersenyum nyeri.

Bunyi pintu kamar terbuka memanggil pulang kesadaran Kyulkyung. Tanpa membuka mata, ia sudah bisa menebak siapa yang masuk. Kyulkyung hafal betul parfum... entah merk apa, tapi yang jelas bau tajamnya sudah bisa tercium dari jauh 50meter. Gerry.

"Pink, are you crying again? Haha." Gerry tertawa kecut sambil membantingkan dirinya ikut berbaring di samping Kyulkyung. "Stop it, stupid."

"I cant." jawab pendek Kyulkyung

"Terserah. Tapi, saran gue mending lo siap-siap." Gerry menghadap Kyulkyung yang masih memejamkan matanya

"Kemana? Ada jadwal?"

"Yakali jadwal. Lo liet dulu muke lu udah kek nenek lampir." Gerry berucap ketus, "Mata bengkak udah kek bola pimpong, lingkaran item makin meleber, rambut acak-acakkan, muka gada aura bahagianya. Gue ga segila itu buat ngambil jadwal disaat keadaan lo lagi kek gini."

"Thanks, Ger! Lo emang manusia paling baik yang pernah gue temuin."

"Makasih doang?"

"Lo mau apa? Bilang aja."

"Gue mau lo ke Korea skarang, honey."

"Gabisa. Evisa gue masih bermasalah, Ger."

"Yakin?" Gerry membuka email dan menunjukkannya pada Kyulkyung,
"Kata siapa bermasalah?"

Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang