Author's POV
Viah sedikit mengeram dalam tidurnya. Cukup pegal dengan posisi yang sama dalam waktu lama hingga sepasang iris indah itu akhirnya terbuka.
Rasa pegal semakin terasa kala dia sadar sepenuhnya. Dan sesuatu terasa berat menindihnya. Tangan seseorang melingkar di tubuhnya. Memeluk dirinya hingga tak bisa bergerak selama berjam-jam hasilnya dia pun menjadi pegal-pegal seperti ini.
Dia mendapati Ansel juga tertidur di balik tubuhnya dengan tangan memeluk dirinya. Secepat kilat Viah mengambil ponselnya sambil melepas tangan Ansel dengan hati-hati.
Jam dilihatnya sudah hampir malam. Mereka tertidur begitu pulas setelah sore yang menegangkan mereka lewati.
"Ansel... bangun Sel nanti telat solat magrib. Kita masih mau makan malam dulu kan"
Hanya gumaman tidak jelas yang keluar dari mulut Ansel.
"Ayo dong Ansel. Nanti lanjut tidur lagi"
Ansel tiba-tiba menghentakan tangan Viah hingga Viah kembali berbaring, dan Ansel malah memeluk Viah dengan erat.
"15 menit lagi Mah" gumaman Ansel yang bahkan matanya masih tertutup, membuat Viah terkekeh.
"Ansel ini aku bukan Mama kamu" kata Viah sambil sedikit terkikik.
"Kamu kan Mamanya anak-anak aku" gumam Ansel.
Sontak Viah langsung mencubiti lengan Ansel yang melingkar di pingganya. Hingga tangan itu terlepas. Ternyata Ansel pura-pura tidur.
"Aw... aw... iya iya aku bangun" Ansel mengadu kesakitan tapi cubitan itu berpindah hingga ke pinggangnya."iya Viah ini aku udah bangun. Udah dong sayang sakit"
Ansel menangkap kedua tangan Viah hingga tubuh wanitanya itu jatuh menimpanya.
"Kamu dari tadi udah bangun kan?"
"Enggak, sumpah aku baru bangun pas tadi aku tarik kamu"
"Hmmm dasar tukang modus!!!" Ansel pun kembali tersenyumNamun sepertinya Viah belum sadar akan posisi mereka sekarang. Yang sedang menindih tubuh Ansel.
"Ngapain senyum-senyum?"
"Emangnya salah kalau senyum?"
"Pasti ada sesuatu kalau kamu senyum-senyum"
"Enggak kok tapi kamu nyaman banget yah posisi kita kayak gini? Mana lagi ditempat tidur. Kamu nggak lagi yang aneh-anehkan?"Viah pun melihat sekeliling lalu tersadar dan segera bangkit dari rengkuhan Ansel.
"Ihhh kamu tuh yang aneh-aneh" Kembali Viah memukul lengan Ansel.
"Aw... kamu kok sadis banget sayang. Tadi di cubit sekarang di pukul"
"Siapa suruh mesum!"
"Kan mesumnya sama kamu""Terserahlah... kamu mandi sana. Pake kamar mandi aku aja. Aku mau mandi di kamar Oma"
"Kita mandi bareng aja yuk!"
"ANSEL!!!"
***** *****
"Ansel makan malam dulu yuk" ajak Viah
"Ayo, kamu yang masak kan?"
"Iya dong, di bantu sama bibi Dessie tadi. Dia udah pulang pas sore dari rumah sepupu aku"Ansel meneliti tubuh Viah dari ujung ramput hingga ujung kaki. Dari awal kedatangannya yang memang hanya terfokus untuk menghabisi Valen, dia sampai tidak memperhatikan perubahan Viah.
Hingga ketika Viah berbalik ingin pergi ke ruang makan.
"Ehhh tunggu dulu!" Ansel menarik tangan Viah.
"Awh... apa lagi sih Ansel?"
"Aku baru merhatiin kamu, kamu banyak berubah yah semejak satu tahun ini. Sekarang kamu kayak tambah tinggi deh. Makin langsing makin cantik makin... seksi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanda Tangan Kakak OSIS [COMPLETED]
Teen Fiction{CERITA TELAH DI PERBAHARUI SILAHKAN BACA ULANG !!!} Musim mos kali ini ada yang dapat tugas minta tanda tangan kakak-kakak OSIS? Sama aku juga, sampai-sampai aku bertemu Ansel. Kakak kelas tampan yang ternyata adalah kakak sahabatku. Kakak kelas...