Chap 30 : Someone Will Love You Let Me Go

2.1K 100 12
                                    

Ansel's POV

4 tahun kemudian

Tanpa sadar 4 tahun telah berlalu. Yah, ini sudah 4 tahun sejak pertemuan terakhir kami di Australia yang malah kami habiskan dengan berlibur bersama.

Setahun lalu aku telah resmi lulus dari universitas yang aku tekuni di negara ini. Ingin sekali rasanya aku langsung mengemasi barang-barangku dan segera terbang ke kotaku, untuk Viah.

Namun demi Viah pula aku rela menghabiskan setahun lagi di negara ini. Aku magang di salah satu perusahaan besar di Amerika. Uangnya bisa aku kumpul untuk biaya pernikahanku dengan Viah tentunya.

Ayah memang mewariskan perusahaannya untukku, tapi agar lebih siap akan lebih baik jika aku cari pengalaman dulu untuk bekerja sendiri. Lagipula Viah mungkin baru akan dinyatakan lulus tahun ini.

Setelah satu tahun berlalu, tibalah hari-hari terakhirku di Amerika. Sebentar lagi aku akan menjemput Viah mungkin di Australia.

Tabunganku juga sudah lumayan banyak. Kuhitung-hitung sudah bisa membeli rumah dan mobil untukku. Dan untuk biaya pernikahan sudah kusisipkan tentunya. Jadi aku tidak perlu lagi meminta bantuan ayah.

Hari ini cukup padat, aku harus mengurus beberapa berkas kepindahanku. Setelah menemui mantan pembimbingku di kampus, aku memutuskan untuk bersantai sebentar di bangku kampus. Rasanya cukup nyaman. Sekalian bisa flashback, karena di tempat inilah aku banyak menghabiskan waktu bersama teman-temanku.

"Hai Ansel!" Seseorang terdengar menyapaku, dan membuatku menoleh.

"Oh hai Taylor!" Yah... dia.

"Sedang apa?" Tanyanya seraya duduk di hadapanku.

"Nothing... hanya bersantai. Aku baru berpamitan dengan mantan pembimbingku, kau?"

"Aku baru saja mengurus beberapa berkas"

"Ohhh begitu yah..."

Sebenarnya cukup canggung berbicara dengannya semenjak kejadian itu. Terlebih lagi kalau kami hanya berdua. Kalau menghadapi gadis ini aku selalu minta di temani Martin. Kalian pasti mengerti...

"Ehh Ansel apa kau akan segera kembali?" Tanyanya lagi.

"Ya sepertinya begitu"

"Kita harus membuat pesta perpisahan!" Kata Taylor dengan antusias.

"Pesta perpisahan?" Tanyaku balik.

"Yah, kau akan meninggalkanku dan Martin disini. Kita harus membuat sesuatu agar kau teringat tentang kami"

"Yah aku sebenarnya tidak keberatan, jika itu tidak merepotkan kalian" kataku.

"Tentu saja tidak. Baiklah sepulang kerja kau harus makan malam dengan kami. Aku akan ajak Martin. Akan ku beritahukan lewat pesan alamat restorannya, aku akan menunggumu disana"

"Baiklah"

"Perfect, pukul 7" ujarnya dengan wajah yang antusias.

"Ya, pukul 7"

Taylor pun beranjak pergi. Kurasa ini bukan ide buruk. Asal bersama Martin aku merasa sedikit aman.

***** *****

Aku baru saja sampai di restoran tempat kami akan makan malam, atau lebih tepatnya merayakan pesta perpisahanku.

Aku tidak menyangka Taylor akan memilih tempat semewah ini hanya untuk pesta perpisahan. Ini lebih cocok untuk diner sepasang kekasih.

Taylor sudah menungguku. Dia sudah duduk disalah satu meja yang telah kami reservasi. Dia melambaikan tangannya, akupun menuju ke sana.

"Hai" sapaku seraya duduk di hadapannya.

Tanda Tangan Kakak OSIS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang