"Van, kepala lo kenapa?" tanya Galvin terkejut melihat kepala Galvan di perban melingkar.
"Ga perhatian lo Vin." balas datar Galvan.
"Gue perhatian kok makanya gue nanya, coba gue pegang sakit gak?" sodor tangan Galvin menyentuh kening Galvan. Dengan sigap Galvan menepis tangan Galvin dengan keras.
"Apaan sih lo Vin, gila ya?" tanya sinis Galvan sambil melindungi kepalanya.
"Iya." balasnya datar.
Galvan yang tidak ingin melanjutkan pembicaraannya melangkahkan kakinya menuju kamarnya, sigapnya Galvin memegang lengan Galvan dan memeluknya sangat erat.
"Lain kali kalo bawa mobil hati hati ya Van, gue gak mau kehilangan kembaran gue." ucap tulus Galvin kepada Galvan.
"Banci! Homo Galvin!" ucap Galvan cukup keras dan melepaskan pelukannya dari Galvin.
"Elah, jangan pake peluk peluk kenapa! Kalo lo jadi homo gue ga mau saudaraan sama lo Vin" lanjut Galvan menatap sini Galvin.
"Yaudah sorry, gue ke kamar duluan ya Van. Istirahat jangan main laptop aja kerjaanya!" perintah Galvin mendekati wajah Galvan.
cup.
Satu ciuman dari Galvin membuat Galvan merasa jijik dan mengusap usap pipinya sementara Galvin sudah lari menuju kamarnya.
"HOMO!!!" teriak Galvan memekik keras.
••••
Kini Galvan sudah berada di kamarnya, ia memilih untuk memainkan game di ponselnya. Galvan tidak menutup pintu kamarnya karna setelah bermain game ia akan makan malam bersama keluarganya.
"Van." panggil Galvin memasuki kamar Galvan
"Please Vin, no homo in here." peringatan Galvan kepada Galvin membuatnya terkekeh.
"Engga, gue cuma mau liat keadaan lo aja." ucap Galvin mendekati Galvan dan duduk persis di sebelahnya.
"Van, ini apa sih?" tunjuk Galvin sambil melihat handphone yang di pegang Galvan.
"Apaan?" balas Galvan kebingungan.
cup.
Ciuman kedua kali dari Galvin membuatnya terkekeh dan pergi sementara Galvan yang terkejut langsung mengusap pipinya beberapa kali dan mengejar Galvin.
"HOMOOOOOO!!!!" teriak Galvan sangat keras.
"MAMAHHH!! Galvin di kejar sama Galvan!!!" adu Galvin menuruni tangga sambil berteriak.
Sementara Leandra dan Jeremy sudah berada di ruang makan terkejut mendengar teriakan Galvin.
"WOY HOMOOO!!" teriak Galvan mengejar Galvin mengelilingi ruang makan sedangkan Leandra dan Jeremy hanya terkekeh melihat aksi kedua anak kembarnya.
"Heh! Udah udah waktunya makan!" perintah Jeremy membuat langkah Galvan dan Galvin terhenti dan melangkah ke meja makan.
"Galvan jangan lari larian, baru pulang dari rumah sakit kok udah lari larian." balas Leandra sambil menyajikan makanan.
"Ini lo Mah, Galvin cium cium Galvan dari tadi." adu Galvan mengerucutkan wajahnya.
"Ih Kakak Apan kok gitu sih ama Apin, kan ita odalaan." balas Galvin memakai bahasa anak kecil sementara Galvan sudah geram terhadap Galvin karena memanggilnya dengan sebutan Apan.
"Udah udah, sekarang waktunya makan." perintah Jeremy menyudahi pertengkarannya dan mulai menyantap masakan Leandra.
"Apan, Alexa siapa kamu?" tanya Leandra sambil sesekali menyuap makananya. Galvan yang sedang mengunyah makanan tiba tiba tersedak panik dan langsung meneguk air putihnya.
"Pelan pelan makan Kak Apan." ucap Galvin terkekeh sementara Galvan menatap sinis Galvin.
"Jadi Alexa itu siapa kamu Pan?" lanjut Jeremy menanyakan hal yang sama .
"Pacarnya Apan Pah." potong Galvin dengan cepat.
"Apa apaan lo bilang dia pacar gue?!" ucapan sinis Galvan kepada Galvin.
"Bener Alexa pacar kamu Galvan?" tanya Jeremy.
"Bohong Pah, dia cuma adik---"
"Bener Pah, tadi Apan pulang cerita ke Apin kalo pacarnya udah bantuin dia kerumah sakit." potong Galvin menegaskan perkataanya.
"Ohh Alexa pacar kamu toh." balas Leandra.
"Kapan kapan kamu ajak Alexa kesini ya, masa pacar kamu ga pernah di bawa kerumah." lanjut Leandra mengembangkan senyumnya.
"Gak." jawab Galvan ketus.
"Bawa aja Pan, siapa tau nyaman." kekeh Galvin membuat Galvan menatap sinis.
"Mah, Galvin udah selesai, mau ke kamar dulu." lanjut Galvin menyudahi makananya.
"Eh tunggu, Pah Mah Galvin punya sulap, mau liat gak?" tanya Galvin sambil menatap Galvan.
"Silahkan." jawab Jeremy sambil menekuk sikutnya dan dagu yang menumpu.
"Perhatikan! Lihat Galvan! Tatap matanya." perintah Galvin membuat Jeremy dan Leandra menatap serius Galvan sementara kepala Galvan ditahan Galvin untuk memandang lurus kedepan.
"Papah Mamah hitung sampai tiga."
Galvin yang sudah siap siap kabur tinggal menunggu hitungan dari Papah dan Mamahnya dan melanjutkan aksinya.
"Satu."
"Dua."
"Tiga."
cup, cup, cup.
Tiga hantaman bibir Galvin kepada Galvan membuat Jeremy dan Leandra terkekeh geli melihat aksi Galvin yang sangat konyol sedangkan Galvan terkejut dan langsung mengejar Galvin ke lantai dua.
"HOMOOOOOOOOO!!!!" teriak Galvan. Tapi sayang Galvin sudah duluan mengunci kamarnya sementara Galvan hanya bisa manahan amarahnya kepada Galvin.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEXA [NOVEL]
Teen Fiction[SEBAGIAN PART DIHAPUS] Semua perihal keluarga, persahabatan, percintaan hadir disini. Bagaimana bisa terjadi? Apa yang Galvan cari selama ini selalu ada di hadapannya? Dengan tidak sengaja menyakiti seorang perempuan yang sempat dan masih ia cintai...