prolog

9.7K 261 0
                                    

Afwan apabila tulisan ini masih jauh dari sempurna, ini tulisan pertamaku. Banyak typo tersebar.

Kita tidak pernah bisa memilih seperti apa orang tua kita tapi kita bisa memilih bagaimana karakter dan hidup seperti apa kita.
Namaku adalah alifiyah azkadina, aku berumur 23 th dan telah bekerja sebagai tenaga laboratorium  dirumah sakit bhayangkari surabaya, aku tidak pernah berfikir untuk bekerja dilingkungan kepolisian karna aku tidak menyukai pak polisi yang suka memberikan sanksi kepada orang orang seperti aku yang tidak memiliki SIM.
Pukul 06.00 tepat aku turun dari kamarku untuk berangkat kerja
"Bun, fiyah berangkat dulu ya bun. Takut macet" ujarku dengan meraih tangan wanita yang selalu aku panggil bunda untuk kucium punggung tanganya
"Kamu nggak sarapan dulu"
" nanti saja bun, fiyah buru buru. Assalamualaikum" ucap salamku dengan tangan sibuk memakai helmku
" kamu itu sudah kerja tetep saja nggak bisa bangun pagi" lirih bunda kesal dengan kebiasaanku yang habis sholat subuh tidur lagi
***
Sesampai di rumah sakit ku parkir sepeda matic kesayanganku dan kulepas helm yang ada dikepalaku
"Fi, tumben hari senin gini nggak telat" sapa mas ardi salah seorang perawat di ruang IGD
"Ouh mas brow, iya mas tadi buru2 sampai ngelewatin sarapan loh, dwmi apa coba, demi biar gak telat nanti jena hukuman lagi sama pak franky" ujarku terkekeh
"Duh kamu tu fi, cewek apa cowok sih. Si pinky tu kasihan nggak pernah kamu mandikan. Apa jangan-jangan kamu tidak mandi ya" gerutu mbak nia melihat sepedaku yang dekil dan kotor banget
" mandi lah mbak, coba deh cium wangi tau. Kemarin si pinky dipunjam mas azam ngisi taklim, eh kehujanan dan gak dimandikan lagi sama mas azam"
"Ya elah fi, kalaupun gk dipinjam abangmu paling kamu juga males nyuci, kayak mbak nia nggak tau sifatmu aja" mbak nia mencibirku
Kami bertiga berjalan masuk ke dalam rumah sakit dan berpisah keruangan masing-masing
"Assalamualaikum" ucapku saat membuka ruang lab tempatku bekerja
"Waalaikumsalam" jawab mbak ita kakak senior ku
"Mbak ita, kemarin laporanya sudah selesai tinggal tanda tangan dokter fendy"
"Oh sudah kamu selesaikan fi, trimakasih ya. Aku seneng fi punya partner kayak kamu. Kenapa nggak sekalian kamu minta juga tanda tangan dokter. Ya sudah nanti mbak ita yang minta" jawab mbak ita
Mbak ita itu bagiku adalah kakak senior, guru, sahabat serta saudara. Dia orangnya baik dan lembut.
"Fi, kenapa sih kamu selalu ngehindar dari dokter fendi" tanya mbak ita penasaran
"Hehehe, mbak ita ihh. Pagi pagi ada saja yang ditanya. Ya kan dokter fendi laki-laki mbak, kan nggak makhrom"
"Iya sih, tapi kamu sama perawat cowok baik baik saja"
Aq diam dengan senyum kecut, aku pernah ditembak langsung diruanganya, dilihat dari tampang dan jabatanya memang oke, saat ini aku berusaha menjadi pribadi yang lebih baik karna aku belum siap untuk menjadi ibu yang dapat memberikan contoh bagi anak anakku.
Suara adzan dzuhur menggema diruangan, aku menengok keluar jendela. Mentari mulai sombong dengan puncak tertingginya oleh waktu, cahaya dari spion sepeda yang terjajar diparkiran menyilaukan, ku tutup gorden jendela dan aku mulai berjalan keluar ruangan laboratorium
"Mbak ita, tak tunggu diluar ya"
"Ya by, nanti mbak ita nyusul" sahut mbak ita yang sedang membereskan sesuatu dilokernya
Aku menunggu di depan pintu, ku pasang earphone dan mencoba memutar lagu sambil membalas chat dari temanku, gak sengaja aku mendongakkan kepala dan kulihat dr fendi yang berjalan bersama laki laki dengan kemeja biru memakai kacamata. dr fendi melempar senyum kepadaku dan aku menganggukan kepalaku sebagai sapaan dan tanda hormatku sebagai kepala laboratorium
"Beby, ayo sholat dulu ya" mbak ita membuyarkan lamunanku, beby adalah panggilan kesayangan mbak ita katanya wajahmu imut kayak bayi
"Oh ya mbak"
Seusai sholat aku dan mbak ita makan siang dikantin
"Bi, kamu ada niatan nikah nggak"
"Masih belum ingin mbak, masih kecil" jawabku enteng
"Kecil apanya, apa jangan jangan kamu nggak suka cowok"
Mendengar ucapan mbak ita aku tersedak ketoprak yang aku kunyah
"Mbak ita, nggak lah. Masak aku lesbi"gerutuku dengan nada kesal
"Bukan gitu beb, atau jangan jangan kamu sebenarnya cowok. Kita nggak makhrom dong" mbak ita semakin gencar menggodaku
"Mbak ita ihh, nggak lah mbak. Nunggu oppa oppa korea datang melamarku" jawabku sambil membereskan peralatan makanku

Partner surgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang