Berteduh

3.7K 207 3
                                    

Maaf typo bertebaran, cerita ini mungkin tidak sebagus penulis-penulis lainya yang senior. Karna saya masih pemula. Saya sangat mengharapkan komentar dari para readers untuk tulisan saya yang lebih baik.

Pagi yang cerah, fiyah berkunjung ke panti jompo disekitar kompleks perumahan garden raflesia, aku mengajak jalan jalan bu hayati, bu hayati tinggal di panti jompo ini sejak 4 tahun yang silam. Anak satu satunya sering bisnis keluar negeri sehingga bu hayati jarang dikunjungi.

Aku sendiri setiap 2 minggu sekali ke panti jompo ini, karena rumah sakit tempatku bekerja mengadakan progam check up gratis di panti jompo tersebut.

"Bu, pagi ini udaranya sejuk ya" ujarku pada bu hayati yang tengah duduk di kursi roda

" ya nduk, nduk andai ibu punya putra lagi. Aku ingin kamu menjadi menantuku. Jadi ibu tidak perlu berada di panti jompo yang sepi ini" lirih bu hayati

"Hehehe. Bu, walaupun aku bukan putri ibu maupun menantu ibu, fiyah janji bakal sering mengunjungi ibu" jawabku dengan mengelus pundaknya

Awan yang cerah kini berganti mendung, aku cepat cepat mengajak masuk bu hayati ke dalam. Akan tetapi hujan turun terlebih dahulu sehingga aku kuwalahan, aku cepat cepat mendorong kursi roda bu hayati untuk berteduh, tapi aku kesusahan menaikan rodanya keatas jalan tempat gazebo. Bu hayati.

Seseorang laki laki berlari dan langsung menggendong bu hayati, aq yang bingung langsung mengangkat kursi rodanya.

Kami bertiga duduk dan berteduh di gazebo taman panti jompo

"Terimakasih mas sudah membantu kami" ucapku tetap menundukan pandanganku

"Sudah sepantasnya sesama saudara saling membantu bukan"

Kini kami duduk bertiga dengan hening menunggu hujan redah
"Nduk kamu tahu tidak, ibu bahagia sekali air hujan mengenai ibu, ibu teringat masa kecil yang suka hujan" kata bu hayati memecah keheningan, tanganya dingin mengelus tanganku dengan lembut

"Masyaallah ibu, ini tanganya dingin sekali" aku meraih tangan bu hayati dan meniupnya untuk mengahngatkan. Dengan sesekali aku gosok-gosokan.

"Hahaha, terimakasih ya nduk sudah perhatian sama ibu, beruntungya laki laki yang memilikimu"

"Ihh ibu, kok jadi gini sih" ujarku terkekeh.

"Den bagus ada keperluan apa datang kemari, mau berkunjung orang tuanya" tanya bu hayati pada lelaki itu

"Ahh.. Ya, kenalkan nama saya fahris bu, saya mau menemui pak ramdhan"

"Oh... " jawab bu hayati dengan bibir yang bergetar,  melihat tubuh mungil itu menggigil fahris melepas jaketnya dan menyelimuti bu hayati dengan jaket kulitnya, kini tinggal kaos putih yang melekat di tubuhnya.
Fahris mengibaskan rambutnya yang basah

Hujan telah redah, fahris menggendong bu hayati di kursi rodanya

"Biarkan saya yang mendorongnya" ujarku pada sosok fahris itu, kemudian dia mundur dan aku yang mendorongnya. Dia berjalan terlebih dahulu dan aku berjalan mendorong bu hayati sambil bercanda.

"Yati, kamu basah semua" tanya omah lucy salah satu penghuni panti, aku berjalan ke tempat perawat

"Mbak, tolong bu hayati dibantu membersihkan badanya ya biar tidak masuk angin" ujarku pada mbak mery salah satu perawat panti

" baik mbak, terimakasih ya mbak kunjunganya"

"Siippp" jawabku dengan mengacungkan jempol kananku.

Aku berjalan ke arah bu hayati dan melepas jaketnya. Sebuah kartu terjatuh, tidak sengaja aku membaca id card tersebut.
Aku mengedarkan mencari pemilik jaket tapi tak menemukan sosok laki laki itu.
Aq berencana untuk menitipkan kepada mbak mery tiba tiba ada suara yang membuatku menoleh.

"Maaf itu jaket saya"

"Oh ya mas, ini mau saya kembalikan. Terimakasih bantuanya" aku menganggukan kepalaku sopan dan berlalu pulang

***
Fahris duduk diruang tengah panti jompo, seorang laki-laki tua berjalan menghampirinya dengan tongkat ditangan kananya.
Kakek itu berjalan tertatih-tatih

"Burhan, burhan kamu mengunjungi ayahmu nak" kakek itu memeluk fahris tiba-tiba

Fahris tersenyum dan membalas pelukan laki-laki tua itu, fahris menyadari bahwa laki-laki tua itu mengalami pikun diusai yang sudah senja ini.

Dia menepuk-nepuk punggung yang memanggilnya burhan itu.


"Ayah, jaga kesehatan ayah ya, burhan akan mengunjungi ayah sering-sering"  fahris melepas pelukanya

"Hey bu hayati, mey mey. Kenalkan ini anak saya. Burhan, anakku yang tinggal di jerman. Dia mengunjungiku dan dia berjanji akan serinh mengunjungiku" teriak pak toni membanggakan fahris yang dikira anaknya bernama burhan

Fahris tersenyum dan menangkupkan kedua tanganya untuk memberi salam kepada dua wanita yang tengah duduk

Semua orang dipanti jompo tahu bahwa pak toni mengalami pikun sehingga dia lupa anaknya. Dia menganggap setiap laki-laki mudah itu adalah anaknya yang bernama burhan. Semua warga panti mengiyakan dan pak toni akan tersenyum bahagia

Partner surgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang