batu kerikil

1.4K 72 0
                                    

sore sekitar pukul empat lebih fahris keluar dari gedung tempat dia bekerja, sebuah tombol gantungan kunci ditekanya sehingga mobil kecil berwarna putih berbunyi.
"mau pulang dokter" tanya kenzi salah satu teknisi di markas tersebut

"iya ken, mau jemput nyonyaku. tadi nggak jadi nganter periksa ke dokter kandungan. kamu mau barengan"

"tidak perlu pak, saya lebih suka naik bus jadi bisa tidur dijalan"

"wahh hebat kamu, kalau ketiduran beneran gimana dong"

"dulu pernah dok, jadi terpaksa naik bus lagi buat balik kerumah karna kebablas kejauhan"

"wahh kamu ini, makanya cepet nikah gih. kalau ketiduran kan biar ada yang ngebangunin"

"ahh dokter bisa saja, ya sudah dokter saya duluan ya"

"iya iya silahkan"
fahris menstater dan mengendarai mobilnya menuju rumah sakit tempat  fiyah bekerja.

fiyah masih duduk dikursi dan menyenderkan kepalanya pada sandaran kursi. dia sibuk bermain ponselnya menunggu panggilan dari pangeran bermobil putih yang tak lain adalah suaminya

"nggak pulang fi"

"iya. nunggu mas fahris telfon. apa dia lembur ya..." Jawab fiyah seadanya, karna hatinya sedang bergelut menahan emosi karna menunggu suaminya yang tak kunjung datang menjemputnya

"astaghfirullah... mas.. mas, kamu ini gimana sih. niat nganter apa nggak sih. aku juga bisa kedokter sendiri tapi kamunya ngotot, sekarang gak datang-datang. astaghfirullah... jadi kesel kan" gerutunya dalam hati

" fii kok bengong, aku pulang duluan yaa"

"ya mbak, hati-hati dijalan. semoga selamat sampai rumah"

"okeyy...." mbak ita tersenyum sambil mengacungkan jempolnya

***

fahris terburu-buru untuk segera menyusul istrinya, karna jika fiyah sudah ngambek rasanya mataharipun tidak akan berani menampakkan sinarnya dan bagi fahris menghembuskan nafas kecil disampingnya adalah dosa besar ketika istri cantiknya tersebut ngambek.

ditengah perjalanan tiba-tiba hujan begitu derasnya, melihat seorang bapak tua yang sibuk mengemasi jualanya, karna rasa kemanusiaan dan hati nurani fahris bergejolak akhirnya dia berhenti memarkirkan mobilnya dan membantu bapak yang sudah tua tersebut. handphone fahris berbunyi berkali-kali didalam mobil, panggilan tak terjawab sebanyak 20 kali dari istrinya. kemarahan fiyah semakin memuncak akhirnya dia memutuskan naik taksi untuk pergi kerumah sakit.

"hiii... awas saja kalau sampai dirumah, aku bakal cuekin seribu tahun, biar tahu rasa" gerutunya didalam hati 

"pak tolong kerumah sakit internasional surabaya ya pak"

"baik bu"

dengan sigap sopir taksi tersebut memacu mobil dengan cepat menerobos derasnya hujan, tepat didepan lobi fiyah menaruh peyungnya di tempat penyimpan payung, segera dia ke loket pendaftaran dan segera naik ke lantai dua.

hanya ada sepasang suami istri yang sedang mengantri, ya dr. silvi hygieni adalah spesialis kandungan yang terkenal sabar dan profesional, dan dia adalah teman SMa fahris sehingga fiyah tau betul dan nyaman untuk periksa disana.

setelah menunggu bebrapa lama setelah sepasang suami istri yang dilihatnya kini giliran dia

"nyonya alifiyah Azkadina" panggil seorang perawat

"ya..." jawabnya ceria

fiyah memasuki ruang tersebut dan melempar senyum kepada dr jenni, begitulah panggilan dokter yang memiliki kaki jenjang dan kulit putih tersebut.

Partner surgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang