khitbah

3.1K 144 0
                                    

Terkadang apa yang ditakdirkan tidaklah sesuai dengan harapan kita. Allah tahu apa yang kita butuhkan bahkan lebih tau. Tergantung bagaimana kita menyikapinya dan mensyukurinya. Bahkan musibah yang kita hadapi memberikan jalan yang terbaik pada hidup kita.

Perkara jodoh bukanlah sesuatu yang hanya menyatukan dua insan dan dua keluarga menjadi satu tapi menjadikan dua insan itu menggapai tujuan menyempurnakan ibadah dari separuh agamanya yang belum sempurna. Maka mencari jodoh tidaklah mudah seperti membeli barang yang apabila tidak sesuai dengan yang kita harapkan bisa ditukar dengan yang lain.

Hari ini keluarga fahris akan kerumah fiyah untuk melamarnya. Fahris mondar-mandir di kamarnya.
Farhan mengetuk pintu kamar adiknya
"Kamu sudah siap ris"

"Insyaallah mas"

"Ayo berangkat, mas tunggu dibawah ya"

"Baik mas, sebentar lagi fahris turun"

Fahris mengancingkan lengan bajunya dan memakai jam tangan. Lalu ia meraih ponselnya yang tergeletak di ranjang tidurnya

Pada anak tangga terakhir fahris mendongakkan kepalanya.
"Mas farhan mana ma" tanya mamanya yang sedang sibuk menggendong dzihan

"Mas kamu lagi manasin mesin mobil, kamu sudah siap ris. Ayo kita berangkat"

"Iya ma"

"Kami pergi dulu ya, apa kamu mau ikut" pamit khumairah pada menantunya sembari mendudukkan dzihan disofa depan tv

"Nggak usah ma, dzihan kan mau belajar. Saya mau menemaninya belajar."

"Baiklah, mama pergi dulu ya sayang"

Mereka melaju kerumah azam

***
Azam sedang sibuk memakan stik kentang buatan istrinya. Liya sedang sibuk membuat kue brownies.

"Zam, yang hamil itu istri kamu apa kamu sih. Tuh lihat perut kamu nyembul kayak hamil 7 bulan" liya mengomentari azam yang sedang asik dengan camilanya

"Hehehe ya jelas amira lah bunda yang hamil, masak azam. Kan aneh"

"Zam istri kamu nggak ngidam apa apa ya zam. Coba kamu tanya ngidam apa gitu"

"Ehmm ya bun, mira nggak pernah minta apa-apa pada azam. Nanti azam tanya aja ya bun"

"Kamu tu zam, harusnya kamu lebih banyak manjain istri kamu, kamu tahu sendirikan bagaimana beratnya hamil"

"Ya bun, eh cuplik mana kok belum turun"

"Dia lagi bersiap-siap dikamar. Biarkan dia istirahat, baru saja dia pulang kerja kan"

"Ya sudah bun"

Azam kembali memakan stiknya dan terdengar suara pintu diketok. Azam berjalan membuka kunci pintu
"Assalamualaikum" ucap farhan kemudian menjabat tangan azam yang diikuti fahris

"Waalaikumsalam, mari silahkan masuk"
Farhan dan keluarganya duduk diruang tamu, fahris tampak gugup dan berusaha menetralisir rasa gugupnya.
"Sebentar ya saya panggil bunda" azam berlalu memanggil bunda liyah

"Bun, mereka sudah datang"

"Baik, bunda panggil adikmu dulu ya"

Liya naik tangga menuju kamar pitrinya, fiyah yang sibuk menata bros di hijabnya yang berwarna biru mudah senada dengan gamisnya
"Ayo turun sayang, mereka sudah datang"

"Baik bunda" fiyah menggandeng lengan liyah
"Kamu gugup ya, bantu bunda bawa kuenya ya"
"Ya bunda"
Liya keluar keruang tamu dengan membawa nampan yang berisi teh dan fiya membawa nampan berisi dua piring kue brownies dan kue kering ditoples
"Silahkan bu mas" liya mempersilahkan kemudian menyalami khumairah kemudian disusul fiyah

Partner surgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang