Bagian hidup yang tak terduga

2.3K 84 5
                                    



Adzan isya' telah selesai berkumandang, diluar gedung hujan sedang turun dengan derasnya, fahris terburu-buru untuk pergi ke masjid, sedangkan dilihatnya istrinya sedang asyik menonton video tutorial memasak makanan pendamping asi sambil mengelus-elus perutnya yang buncit.

"dek, nonton videonya sudahan dulu ya, katanya pengen punya anak yang solih-solihah, jadi kita sebagai ibu dan ayah harus solih-solihah terlebih dahulu, tau sendirikan seorang anak itu suka meniru perilaku orang tuanya" fahris menasehati dengan lembut, ya... metode terampuh ala Rasulullah adalah menasehati dengan lembut, sebagai seorang imam dia adalah penanggung jawab segala sesuatu yang dilakukan oleh istri dan anak-anaknya, maka dia berusaha mencoba untuk menjadi imam dan ayah yang baik yang mampu untuk mendidik istrinya dan anak-anaknya untuk taat kepada Perintah Agama dan menjauhi laranganya.

"hehehe ya, maaf deh mas. Adek lupa kalau adek yang berbuat dosa mas yang nanggung dosanya. Adek khilaf... maaf ya mas. Hihihi" segera ia turun dari ranjang mengambil air wudhuh, sebelum berangkat kemasjid dia menyiapkan sajadah dan mukena untuk istri yang sangat disayanginya lalu buru-buru keluar untuk pergi kemasjid.

Keluar kamar mandi terhampar sajadah berwarna merah hati membuat dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis, ya benar... fahris adalah sosok suami ideal yang diimpikanya, bukan yang romantis dengan hal-hal mewah seperti memberi seikat bungah yang disembunyikan dibalik punggungnya ataupun makan malam di rumah makan mewah dimana terdapat tiga batang lilin dan musik yang hangat akan tetapi perhatian terhadap hal-hal kecil dimana dia merasa dilindungi dan diistimewakan.

Setelah usai sholat fiyah mengambil mushaf kecil yang berwarna pink, dia mundur sedikit dari tempat asalnya dan menyenderkan punggungnya pada pinggiran ranjang tidurnya, perlahan dia melantunkan deretan ayat demi ayat, bayi didalam perutnya semakin aktif bergerak, dia meringis merasakan sedikit nyeri akibat desakan makhluk kecil itu.

"heyy sayang, kamu suka mendengarkan ini, kamu suka surat apa haa... surah yusuf kah, atau arrahman. Hemm... apa kamu suka surah al-luqman" fiyah mengoceh sendiri seakan bayinya bisa bicara dan meminta sesuatu kepadanya, dia terus nyerocos berdialog dengan bayinya sambil tanganya terus membelai perutnya. Bayi dalam perutnya mulai diam

"kamu minta al-luqman ya sayang,,, iya deh bunda akan baca surah al-luqman untuk adek, adek dengarkan baik-baik ya, nanti kalau adek sudah gede dan mata bunda sudah tidak jelas membaca huruf-huruf ini adek mau kan membacakanya untuk bunda"

Fiyah mulai membaca surah al-luqman kepada buah hati didalam perutnya, makhluk keil itu measa tenang, fiyah tetap melanjutkan membaca Al-qur'an sambil menunggu suaminya datang, seperti biasanya setelah sholat isya terkadang fahris menyempatkan waktu untuk bercengkerama dengan pengurus masjid dan tetangga disana.

Tepat pukul setengah delapan fahris pulang dengan sajadah dipundaknya

"Assalamualaikum, adek.. mas pulang"

"Waalaikumsalam... mas" sebelum istrinya berdiri fahris buru-buru berjalan kearahnya sebelum istrinya berdiri

Melihat sikap suaminya yang sedikit aneh dia tersenyum, fahris berjongkok lalu diraihnya tangan fahris dan dicium punggung tanganya

"tumben pulangnya agak cepet"

"iya dek.... Tadi habis ceramah langsung pulang saja, kangen sama adek dan yang didalam sini" fahris mengelus perut istrinya dan mencium perut buncit tersebut

"makhluk kecilq... sehat-sehat terus ya, nanti jadi anak yang cerdas, baik dan solih ya sayang" ujar fahris lembut

"sini dek... mas bantu merapikan mukenahnya" fahris melepas mukena tersebut dan menyimpanya di lemari kecil pojokan kamar tidurnya

Partner surgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang