Papa yang lahir di Indonesia semestinya disebut Cina Babah yang berarti Cina peranakan karena terlahir di luar negeri Cina. Tetapi uniknya papa menganggap dirinya adalah seorang cina totok karena ia pandai berbahasa mandarin dan dialek Hokcia dari daerah asal engkong di Fujian. Tetapi kutau papa tidak pernah sembahyang sewaktu tahun baru Imlek atau dikala tanggal satu atau tanggal lima belas menurut penanggalan Cina. Ia mau disebut totok karena pola pikirnya sama seperti orang-orang Cina kuno!
Papa memiliki latar belakang pendidikan sekolah Tionghoa sehingga papa dapat membaca, menulis serta berbicara bahasa Mandarin dengan fasih. Papa lahir di Bandung. Ayahnya berasal dari Fujian dan bahasa Indonesianya kurang fasih. Sedang ibunya berasal dari Bandung.
Kata orang, nenekku anak tuan tanah yang kaya di Bandung sampai ia berkenalan dengan kakekku yang pada mulanya gak punya apa-apa sampai kemudian menjadi pengusaha. Nenekku selalu mengenakan kebaya setiap hari dan menyanggul rambutnya. Rambut nenekku panjang sekali, aku kerap melihatnya menyisir rambutnya yang panjang, kemudian mengikatnya dan membuat konde (sanggul) besar di kepalanya.
Emak selalu berjalan dengan anggun dan aku ingat ia selalu mengenakan selop. Bahkan di dalam rumah, emak gak pernah pake sendal jepit. Emak hanya memakai bakiak kayu atau selop. Dan setiap kali ke rumah emak, aku selalu mencoba bakiak kayunya yang terlalu berat dan tinggi untuk anak kecil kurus sepertiku.
Sewaktu kecil, aku pernah terpeleset di lantai yang basah gegara ingin mencoba memakai bakiak yang ada di rumahku, akibatnya kepalaku benjol mencium lantai yang basah. Tetapi aku gak pernah kapok untuk mencobanya lagi sambil tertawa mendengar langkah kakiku yang begitu berisik setiap kali bakiak kayu itu menginjak lantai...Suara bakiak itu nyaring...
Klak..klak...klak dan akupun tertawa setiap kali melangkah. Maklum masih anak-anak; energinya banyak, ada-ada saja ide untuk bermain sendiri.
Aku heran sekali mengapa emak tidak mau pakai sendal jepit. Ketika kutanya emak hanya tertawa...katanya gak biasa dan ia tidak suka.
Emak berkulit putih bersih dan selalu tampak anggun. Emak Ratih, begitu aku memanggilnya selalu santun dan tidak pernah tertawa terbahak-bahak. Emak sangat feminin, lembut dan sikapnya mirip perempuan Jawa kuno yang selalu nrimo. Emak terkenal ramah di lingkungan tempat tinggalnya di bilangan Pademangan. Hampir semua orang yang tinggal dekat rumahnya mengenal emak yang memiliki sebuah warung di sebelah depan rumahnya. Emak selalu berbicara dengan kami dengan bahasa Indonesia dicampur dengan bahasa Sunda dan logat Sundanya kental sekali.
Emak pandai memasak berbagai masakan tradisional khas Sunda. Masakannya enak-enak meskipun memakai berbagai bahan yang murah-meriah tetapi segar. Ia selalu memasak dengan kayu bakar dan menggunakan dandang kuningan untuk memasak nasi. Sedangkan di rumah kami sudah menggunakan kompor minyak tanah yang sumbunya harus kerap diganti ketika semakin pendek. Dan kami juga memiliki dandang kuningan tetapi punya kami di rumah lebih bagus dan kuningannya mengkilat.
Rumah emak belum punya listrik waktu itu. Di rumahnya, emak masih menggunakan lampu tempel yang memakai minyak kelapa. Terkadang emak menggunakan lampu petromaks yang lebih terang untuk menerangi warungnya di waktu malam.
Rumah Emak sederhana sekali, bahkan bagian dapur rumahnya kerap bocor di waktu hujan. Beberapa pohon turi dan tebu ditanam di pinggiran dan belakang rumahnya. Sesekali emak menyuruh orang untuk menebas tebu yang tumbuh di belakang rumahnya ketika aku datang dan aku menggigiti dan menghisap batang tebu itu dengan rakus setelah kulitnya dikelupas.
Emak sering mendongeng cerita jaman dulu ketika zaman perang, ia harus menggendong anak-anaknya yang masih kecil mengungsi ke sana-sini. Hidupnya susah sekali waktu itu, terutama mencari makanan untuk lima orang anaknya. Hal ini selalu diceritakan emak ketika kami gak mau makan karena tidak menyukai makanan yang seharusnya menjadi makan siang atau makan malam kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories from My Childhood
General FictionSebuah otobiografi tentang masa kecilku sampai remaja. Dari waktu ke waktu memori tentang masa kecil terkadang bermunculan...Banyak hal-hal menarik, lucu bahkan terkadang aneh sangat menghibur hati sehingga menurutku layak untuk dibagikan. Cerita in...