Aku mempunyai dua orang saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuan. Aku anak nomor tiga dari lima bersaudara. Yang paling tua kakak perempuanku, Dini. Nomor dua kakak lelakiku, Rudy. Nomor empat, adik perempuanku, Cherry. Dan yang paling bungsu adik lelakiku, Boy.
Dini dan aku memiliki profil Tionghoa seperti papaku yang keturunan Cina. Sedangkan saudara-saudaraku yang lain adalah campuran papa dan mamaku yang keturunan Indo-Belanda bahkan Rudy memiliki rambut kemerahan sejak kecilnya persis seperti mama.
Dini adalah anak yang paling cerdas di antara kami. Dari TKK sampai SMA ia selalu mendapat juara umum di sekolahnya. Seabreg prestasi di sekolah dan wajahnya yang cantik berkulit kehitaman membuat dia populer di sekolah dari dulu. Dini adalah seorang anak yang mandiri sejak ia masih kecil bahkan memiliki sifat pemberontak apalagi sejak orang tuaku bercerai.
Di antara saudara-saudaraku ketika aku masih kecil, aku lumayan dekat dengan kakak perempuanku. Ia sering membelaku ketika bertengkar dengan Rudy dan ia kerap membimbingku ketika mengerjakan PR (pekerjaan rumah) dari sekolah.
Aku masih ingat Dini mulai berpacaran dengan seorang lelaki ganteng yang sepuluh tahun lebih tua darinya ketika ia masih di kelas enam SD. Dini adalah yang paling tinggi postur tubuhnya dibanding saudara-saudarinya yang lain waktu itu. Usianya lebih tua dua tahun dariku sedangkan aku lebih tua dua tahun dibandingkan adik perempuanku.
Rudy menuruni sifat papa yang pemberang dan sosial. Temannya juga banyak meskipun tidak sebanyak teman-teman Dini. Dari kecil aku sering bertengkar dengannya, karena ia sangat bossy suka menyuruh-nyuruh. Apabila aku membantah ia marah-marah dan mengamuk! Entah mengapa aku selalu ada perasaan tidak suka dan tidak nyaman apabila berdekatan dengannya sampai dewasa.
Sewaktu masih kecil, adik perempuanku Cherry adalah anak yang paling cengeng diantara kami berlima. Sedikit-sedikit menangis bahkan kami pernah merekamnya ketika ia menangis. Kami mendengarnya menangis selama sepuluh menit dan ia tidak juga berhenti sehingga membuat kami bosan mendengarnya. Kami meninggalkannya menangis tetapi tetap menyalankan mesin tape recorder untuk merekam tangisannya. Ketika kami kembali melihat dia, ia sedang meringkuk dan tertidur.
Iseng-iseng Rudy menyalakan kaset yang merekam suara tangis Cherry. Seluruh kaset berdurasi setengah jam merekam tangisannya yang tiada henti sehingga membuat kami bertiga yang menjadi kakaknya tertawa geli. Dari kecil Cherry terbiasa untuk bergantung kepada orang lain dan berlaku manja. Sampai dewasa kebiasaannya ini tetap terbawa.
Adik lelakiku yang paling kecil Boy, sangat tampan sejak ia masih kecil sampai dewasa dan ia merupakan anak kesayangan papa waktu itu. Cherry anak nomor dua yang paling disayang. Boy sangat dimanja oleh papa dan apapun yang diinginkannya pasti dituruti. Karena itu ketika masih SD, Boy sangat malas belajar.
Aku masih mengingat ulangan (tes) pengetahuan umum Boy ketika ia kelas empat SD. Pertanyaannya mengenai "Empat Sehat Lima Sempurna?"
Adikku menjawab: "Sop kacang jogo (kacang merah), ikan asin, sayur asem, ayam goreng dan titik-titik (ia tidak tahu menjawab apa lagi)".
Pertanyaan yang berikut adalah; "Siapa yang membangun Monumen Nasional (Monas)?" Dan adikku menjawab; "Disuruh Ali Sadikin (Gubernur DKI tahun itu)."
Kami semua tertawa terbahak-bahak ketika membaca kertas ulangan adikku.
Sewaktu pembagian rapor kelas empat SD, papa membaca buku rapornya dan melihat tinta merah bertebaran memenuhi buku rapor dan satu kalimat dari wali kelas yang menyatakan adikku tidak naik kelas.
Dengan marah papa menanyai adikku...
"Boy...lo gak naek kelas?"
Adikku dengan kalem menjawab...
"Gurunya salah nulis kali pa"
Dan kami semua yang ada di mobil langsung tertawa geli...
Sewaktu masih kecil Boy begitu manja dan terkadang menyebalkan. Tetapi ketika beranjak dewasa ia berubah menjadi pribadi yang mandiri, easy going dan selalu hepi. Dan aku paling dekat dengan Boy. Ia selalu membuatku tertawa dan mengingatkanku bahwa minimal dalam keluargaku ada seorang saudara yang menyayangiku. Apalagi meskipun aku sudah akil balik, pola pikirku masih kekanak-kanakan sehingga jarak usia tiga tahun tidak terasa di antara kami.
Seperti keturunan Cina yang lain di Indonesia, kami punya dua nama. Satu nama Cina dan satu nama Indonesia. Tetapi anehnya diantara kami lima bersaudara cuma aku yang dipanggil menurut nama Cinaku tetapi yang lain dipanggil dengan nama Indonesia mereka. Kalau dipikir-pikir aku merasa aneh mengapa aku selalu dipanggil dengan nama Cinaku sedangkan yang lain tidak, tetapi aku tidak berani menanyakannya karena aku tau diri, aku kurang begitu disukai oleh kedua orang tuaku...
Anehnya ketika dewasa hanya aku yang sering bolak-balik ke Cina dan sangat menyukai Cina sedangkan yang lain tidak pernah ke Cina. Apa hubungannya??? Gak tau? Tapi rasanya aneh aja....hehhehhee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories from My Childhood
General FictionSebuah otobiografi tentang masa kecilku sampai remaja. Dari waktu ke waktu memori tentang masa kecil terkadang bermunculan...Banyak hal-hal menarik, lucu bahkan terkadang aneh sangat menghibur hati sehingga menurutku layak untuk dibagikan. Cerita in...