Resep anti ngompol dan tumbuh gigi

139 11 5
                                    

Waktu dulu mudah sekali melihat capung dan kupu-kupu beterbangan di rumah kami. Kebanyakan capung yang kulihat tubuhnya berwarna hijau, sesekali liat juga yang berwarna jingga atau kuning bahkan merah. Itu adalah capung yang berukuran biasa. Suatu pagi aku menemukan capung berukuran kecil seperti jarum, beterbangan di depan kaca jendela depan yang besar. Aku ingat, kata teman sekolahku itu capung jarum. Seringkali aku menangkapnya kemudian mengikat ekornya dengan benang kemudian kulepaskan, tetapi ketika ia terbang tinggi dan kutarik, ekornya terlepas dan capung itu mati! Dan aku menyesal karenanya. Tetapi tetap saja kutangkap capung yang hinggap untuk diajak main.

Sewaktu kecil aku suka sekali ngompol bahkan sampai kelas 3 SD masih juga suka ngompol sampai papa marah-marah dan memukulku. Saking takutnya aku malah ngompol lagi ketika dipukul papa.

Hari itu aku kena ngomel papa karena ngompol dan pipiku lebam ditampar papa. Dengan menahan rasa sakit aku pergi ke sekolah. Seperti biasa pembantuku mengantar ke sekolah dengan becak. Turun dari becak aku berjalan dengan lesu masuk ke dalam pekarangan sekolah sampai akhirnya masuk ke dalam kelas. Selama jam perjalanan aku bete banget...kepikiran masalah besarku saat itu...suka ngompol!

Teman sebangkuku, Hendra heran melihat keadaanku. Ketika jam istirahat kami berbincang di dalam kelas...

"Lo kenape? Tumben lesu banget?"

"Pipi lo kena tampar? Dipukulin di rumah?" tanya Hendra simpati.

Aku mengangguk lemah dan menahan air mataku yang nyaris runtuh tetapi aku menahan diri...

"Emangnya kenapa?" tanya Hendra lagi kepo tetapi aku tidak menjawabnya karena malu...

Tiba-tiba Hendra tertawa sambil mengernyitkan hidungnya...

"Lo masih suka ngompol ya?" kata Hendra sambil menunjuk batang hidungku...wajahku langsung merah dan dengan lesu aku mengangguk.

"Kalo gitu mah gacel" Hendra tersenyum sambil meyakinkanku kemudian dengan serius ia mendekatkan kepalanya kepadaku sambil berbicara setengah berbisik.

"Tangkap capung terus suruh gigit puser lo!" Hendra berkata dengan sangat meyakinkan, kedua pupil matanya membesar terbelalak memandangku..

"Gua dulu juga begitu terus dibilangin sama sodara gua...yakin deh...cespleng!" kata Hendra meyakinkanku dan aku langsung terbayang akan capung yang beterbangan di rumahku.

Aku mengangguk-angguk seperti orang bodoh yang kemudian mendengar beberapa nasihat Hendra yang mencoba untuk menenangkan hatiku. Maklum aku siswa termuda sedangkan Hendra berusia setahun setengah lebih tua dariku...baginya aku seperti anak kecil sedangkan dia anak yang da gede!

Ketika pelajaran di kelas sedang berlangsung, aku terus memikirkan capung yang akan kutangkap di rumah...

Ketika bel berbunyi tanda pelajaran hari itu telah usai, buru-buru aku tanya lagi sama Hendra.

"Hen, capung yang gede ato capung jarum?" tanyaku.

"Goblok banget sih lo, capung jarum mana bisa gigit tau!"

"Kalo capung gajah; bolong puser lo, capung biasa tau!" katanya gemas sambil menjitak kepalaku dan aku hanya dapat meringis campur kesal karena dijitak Hendra.

Di dalam becak yang membawaku ke rumah aku sangat gelisah menanti-nantikan sampainya becak di rumahku. Baru saja sampai, aku langsung turun dari becak dan menggedor pintu gerbang. Ketika dibukakan aku berlari masuk ke dalam rumah dan pas pengen lempar sepatu, kulihat papa ada di meja makan!

Kuncup banget hatiku melihat papa dan ia hanya melihatku sekilas dan masuk ke dalam kamar tidurnya untuk istirahat. Mama gak tau pergi kemana!

Karena ada papa, terpaksa aku mengikuti peraturan papa. Ganti baju, makan siang kemudian bikin pr sekolah. Setelah semuanya selesai, sudah hampir jam dua siang. Biasanya waktu segitu banyak capung beterbangan di halaman rumahku dan sepi! Sedangkan Rudy langsung tidur setelah bikin pr sekolah.

Stories from My ChildhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang