Dipindahin ke beranda depan

79 8 3
                                    

Rumah yang kami tinggali di Kebon Jeruk ternyata cukup seram. Setelah beberapa bulan ditinggali barulah kami tau ada penunggunya. Waktu itu kami punya beberapa pembantu. Bibik tukang cuci, bibik tukang masak dan seorang lelaki tukang kebun merangkap beberapa pekerjaan berat di rumah seperti memompa air untuk cuci baju. Pompa air zaman dulu terbuat dari besi bermerek dragon fly, bikinan Cina. Pompa besi yang asli buatan Cina; berat sekali untuk memompanya. Aku masih ingat ketika aku bergelayutan di atas batang besi pompa itu, aku tidak turun tetapi tetap bergelantungan. Mungkin berat badanku terlalu ringan, hehehehehe.

Balik ke cerita seram yang pertama mengenai rumah kami...

Tukang kebun kami suka berkoar, bilang hantu itu gak ada padahal bik Inah da kasih wanti-wanti...

"Jangan suka ngomong gitu, tar da kena baru rasa!"

Tetapi si mang Ujang tetap aja kukuh bahwa dia gak percaya takhyul. Dan hari itu hari kedua ia bekerja untuk kami di rumah. Pada hari yang ketiga, pagi-pagi benar ada yang mengetuk pintu depan yang membatasi beranda rumah kami. Bik Inah yang memang sudah bangun pagi, heran kenapa ada yang bisa ketuk pintu sedangkan gerbang paling depan masih digembok.

"Jangan-jangan ada yang datang lompatin pagar besi depan??" begitu pikir bik Inah.

Pas bik Inah buka pintu, ia heran mang Ujang berdiri di depannya sambil terlihat bingung.

"Ngapain tidur di depan? Kan banyak nyamuk di situ?" begitu kata bik Inah tetapi yang ditanya malah tambah bingung...

"Semalem saya tidur di belakang, di kursi panjang...tapi tau-tau saya ada di depan" jawab mang Ujang.

"Melantur kamu!" balas bik Inah tetapi mang Ujang malah jadi marah...

"Pasti ada yang pindahin pas saya lagi tidur, tar saya ngadu sama tuan!" kata mang Ujang kesal.

"Siapa yang mau pindahin, badan gede gitu...setan kali" sahut bik Inah sebal sehingga karena pembicaraan mereka agak berisik, kami terbangun... kemudian bik Inah yang duluan ngadu kepada papa kalo mang Ujang tidur di depan.

"Iya tuan...ada yang pindahin saya ke depan padahal semalam saya tidur di belakang" kata mang Ujang membela diri.

"Terus siapa yang kunci pintu?" tanya mama.

"Gua" jawab papa kalem.

"Semalem gak ada siapa-siapa tidur di luar, gimana caranya lo bisa pindah ke depan?" tanya papa.

"Lewat genteng tuan" kata bik Inah cekikikan dan aku beserta saudara-saudaraku ikutan tertawa, menertawai mang Ujang yang terlihat runyam.

"Makanya jadi orang jangan sok, nantang-nantang...kamu dipindahin sama penunggu rumah sini...heheheheehhe" bik Inah mentertawai mang Ujang. Dan pendapat bik Inah disetujui oleh kami semua termasuk mang Ujang yang akhirnya menjadi pucat.

Kalo dipikir-pikir, memang gak mungkin mang Ujang bisa pindah tidur ke depan begitu saja. Taruh kata ia suka jalan pas tidur, terus dia buka pintu. Terus siapa yang ngunci pintunya?

Papa kunci pintu depan pukul sepuluh malam dan waktu itu mang Ujang belum tidur. Kalau mang Ujang tidur jalan, terus buka pintu depan terus tidur. Terus siapa yang kunci pintunya?

Hari itu juga mang Ujang minta berhenti dan bik Inah yang kurang begitu menyukai mang Ujang girang bukan maen.

"Tu orang terlalu pongah makanya diajar adat!" kata bik Inah sambil terkekeh. Aku yang masih kecil kurang mengerti maksud bik Inah tetapi aku ikutan tertawa gaje jadinya.

Mang Ujang orang pertama yang dipindahin tidur kedepan. Orang kedua teman papa yang lagi nginap juga mengalami hal yang sama. Orang ketiga, tukang kebun yang baru dan akibatnya langsung ngacir juga. Ketiga orang itu memiliki persamaan yaitu tidak percaya takhyul bahkan menantang penunggu rumah kami.

Pas Bondan yang masuk bekerja, dia gak pernah diganggu.  Mungkin karena Bondan orang baik-baik dan kami semua suka sama Bondan.

Catatan kaki:

Pompa air: Zaman dulu di Jakarta, air mesti dipompa dengan menggunakan pompa air besi meskipun sudah ada air Pam yang mengalir untuk mandi dan air minum. Tetapi untuk mencuci baju, kami menggunakan air sumur yang diambil pakai pompa. Mulanya kami memakai timba untuk mengerek air dari sumur. Tetapi mama takut anak-anak jatuh ke dalam sumur sehingga sumurnya ditutup. Kemudian papa menyuruh tukang memasang pompa air manual. Waktu itu yang populer pompa air yang terbuat dari besi bermerek dragon fly. Belakangan muncul pompa air dragon fly yang palsu. Bedanya besinya lebih ringan dan pompa airnya cepat rusak tidak seperti yang asli. Kalau yang asli pas dipegang bau besi sedangkan yang palsu gak ada bau besinya. Mungkin terbuat dari logam campuran.

Penunggu rumah: hantu yang berdiam di dalam rumah.


Stories from My ChildhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang