Diwaktu aku kecil, pembantu rumah tanggaku baik-baik semua. Zaman dulu masih terpengaruh zaman feodal di mana para pembantu rumah tangga sering diperlakukan semena-mena meskipun mereka sebenarnya adalah sesama manusia yang sedang mencari nafkah. Mereka dilarang membantah ketika dibentak dan mereka dididik untuk menjadi orang-orang yang nrimo karena mereka harus menerima kenyataan bahwa mereka hanyalah orang-orang kecil. Itu adalah faham masa lalu yang sering dicekoki ke dalam benak mereka waktu itu. Jadilah mereka orang-orang yang pasrah menerima nasib mereka. Kalau dapat majikan baik mereka merasa sangat beruntung tetapi kalau dapat majikan yang jahat mereka hanya dapat menangis dan menerima nasib mereka. Tidak ada hak asasi di waktu dulu untuk para pembantu rumah tangga.
Kebanyakan dari mereka berasal dari desa atau kota kecil. Karena kurang pendidikan dan sulit mencari pekerjaan mereka datang ke Jakarta dikenalkan oleh sanak saudara mereka untuk bekerja menjadi pembantu rumah tangga. Zaman dulu belum ada agen PRT (Pembantu rumah tangga), mereka bekerja karena rekomendasi dari kenalan atau teman atau tetangga.
Beruntung hampir semua pembantu yang bekerja di rumahku baik-baik semua. Tapi ada juga yang tidak betah. Aku masih ingat ketika seorang anak tanggung tiba-tiba bekerja di rumahku. Anak perempuan itu berusia kurang lebih 14 tahun, baru datang dari desa dibawa oleh saudaranya untuk bekerja di rumahku. Tubuhnya kurus dan kecil, lebih tinggi sedikit dariku sehingga ia nyaris terlihat masih anak-anak.
Baru sehari dia bekerja sudah merasa tidak betah. Apapun yang dilakukannya tidak dapat dikerjakan dengan baik. Ketika mama memberitahukan atau bik Inah kasih tau ia malah menangis. Akhirnya aku menanyai bik Inah..
"Bik...kenapa sih dia nangis aja?" kataku pengen tau dan alisku naik...
"Gak betah dia...maklum gak biasa kerja, gak pernah kerja"
"Pan di kampung taunya cumamaen, sekarang kerja di rumah orang berasa aneh, malah takut...." bik Inah menjelaskan padaku panjang lebar dan aku yang masih kecil merasa sulit untuk mencernanya.
"Kenapa dia gak sekolah aja?" tanyaku bodoh.
"Lah namanya juga di kampung, bibik aja gak tamat SD" kata bik Inah sambil tertawa. Dan tertawa bik Inah terhenti ketika mendengar suara hardikan papa..
"Lo gimana sih bawa gelas aja ga bisa?" begitu terdengar papa marah-marah ketika pembantu kecil itu nyaris menumpahkan kopi papa. Pembantu itu langsung menangis tersedu-sedu sehingga mama menyuruh bik Inah membawanya ke belakang...
Besoknya pembantu baru itu pulang. Tidak lama kemudian datang Bondan, lelaki bertubuh kekar asal Kuningan, Jawa Barat. Papa dan Bondan sering ngomong Sunda. Bondan rajin sekali sehingga orang tuaku senang kepadanya. Ia juga sering mengajak kami bermain setiap hari ketika ia senggang.
Setiap kali Bondan selesai dengan tugasnya menyapu dan mengepel, langsung saja kami berteriak minta digendong atau bergelayutan di kedua tangannya yang kekar. Bondan merentangkan kedua tangannya dan kami mengalungkan tangan kami di tangan Bondan kemudian badannya berputar dan kami berteriak-teriak kegirangan sampai kepala kami pening...
Bondan sering berlagak jadi tarzan, karena badannya yang kekar dan kami kadang memanggilnya tarzan. Tetapi ketika Rudy juga mau jadi tarzan, aku menertawainya karena badannya begitu kecil tidak seperti Bondan. Nyaris kami berkelahi kalau saja Bondan tidak menengahi kami.
Bondan juga mau diajak main kuda-kudaan, dan kami bergantian menaiki tubuhnya yang kekar dan berkulit coklat gelap. Bik Inah hanya tertawa saja melihati kami dan mama senang melihat Bondan bermain bersama kami sehingga ia dapat lebih sering keluyuran ke rumah saudara atau teman-temannya.
Waku aku sakit, Bondan sering menjagaku bahkan tidur di lantai bawah dekat ranjangku. Ketika aku terbangun dan turun dari ranjang, nyaris aku menginjaknya. Sinar lampu dari ruangan belakang tampak menyinari tubuh Bondan yang kekar...Kemudian dengan nakal aku mengendap-endap, bermaksud untuk mencabut bulu ketiak Bondan yang lebat....tetapi ketika dekat....wush...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories from My Childhood
General FictionSebuah otobiografi tentang masa kecilku sampai remaja. Dari waktu ke waktu memori tentang masa kecil terkadang bermunculan...Banyak hal-hal menarik, lucu bahkan terkadang aneh sangat menghibur hati sehingga menurutku layak untuk dibagikan. Cerita in...