Malam itu aku tiba-tiba terbangun karena mendengar ribut-ribut yang terdengar dari luar rumah. Suara kentongan yang berisik dari peronda ditambah teriakan dari orang banyak terdengar hingar-bingar. Seisi rumah terjaga...keluar dari kamar kami. Papa yang masih trauma dengan peristiwa ketegangan politik di Indonesia agak was-was. Bondan disuruh papa mengintip di beranda rumah kami...
Ketika pintu rumah dibuka, dengan berjinjit Bondan menyelinap keluar dan baru saja ia hendak berjalan ke pintu gerbang kami semua mendengar teriakan keras sahut-menyahut dari para penduduk...
"Babi ngepet...babi ngepet...uber..uber..tangkep!" begitu teriak dari penduduk yang menjadi tetangga sekitar rumah kami.
Tanpa disuruh seluruh isi rumah langsung berhamburan keluar. Anak-anak kecil seperti aku menaiki undakan yang ada di sebelah kanan rumah kami. Dan kami mengintip dari balik pintu gerbang besi rumah kami. Aku meminta Bondan untuk menggendongku dan aku sekarang duduk di kedua bahu Bondan yang kekar sehingga dapat melihat semuanya dengan jelas.
Dan aku melihat sesosok mahluk sedang berlari di jalanan. Mahluk seperti babi itu diburu oleh penduduk dengan pentungan, kayu bakar serta berbagai senjata lain. Jaraknya dari rumah kami kira-kira cuma dua puluh meteran. Mahluk itu terus berlari ke arah ujung jalan dan terus dikejar oleh penduduk. Beberapa obor ditambah senter dan penerangan remang-remang dari lampu jalan menambah seram suasana saat itu. Dan kami semua yang menyaksikan dari balik pintu gerbang besi seperti menonton film horor saja..begitu menegangkan..dan tidak ada seorangpun yang berani bersuara.
Ketika di ujung jalan akhirnya seseorang berhasil menyarangkan senjatanya di bagian belakang mahluk itu disusul oleh senjata yang berikut dan yang berikut...dan mahluk itu terjatuh ke tanah.
Terdengar suara menguik babi yang sangat memilukan...tetapi suara gebukan dan pukulan yang menerpa mahluk itu tidak juga berhenti...dan tak lama kemudian suara adzan subuh terdengarsampai akhirnya terdengar suara manusia..
"Ampun...ampun..." suaranya terdengar memilukan dan membuat bulu kudukku berdiri semua. Aku mendekap kepala Bondan erat-erat dan Bondan juga memeluk kedua pahaku yang duduk di atas bahunya.
"Panggil polisi...panggil hansip!" terdengar teriakan dari salah seorang yang mengepung mahluk yang sepertinya menjelma menjadi manusia itu.
Tak lama kemudian hansip berdatangan bersama seorang polisi dan mereka minta semua orang berhenti memukuli mahluk tersebut. Semua orang yang memukulinya berhenti dan mereka menyingkir membentuk sebuah lingkaran sedangkan empat atau lima orang hansip beserta seorang yang berseragam coklat yang sepertinya polisi mengurung manusia yang bersimbah darah itu. Dari jauh aku dapat melihat ketika orang yang penuh darah itu digiring ke pos hansip, ia sungguh-sungguh manusia karena ia dapat berjalan meskipun terhuyung-huyung dan keadaannya sungguh mengenaskan.
Saat itu juga papa buka suara memerintahkan kami semua untuk masuk ke dalam rumah. Setelah itu papa menyuruh kami semua tidur kembali. Tetapi siapa yang bisa tidur setelah melihat peristiwa yang menegangkan seperti tadi??? Tetapi akhirnya aku tidur juga beberapa saat.
Ketika aku bangun sekitar jam tujuh, aku tidak sabaran menanyai pembantuku. Bik Inah menyuruh pembantu baru kami menyerapi kabar dari tetangga sebelah dan dapat info kalau yang ditangkap semalam beneran babi ngepet dan sekarang sudah meringkuk di kantor polisi.
Menurut bik Inah, babi ngepet mencuri harta penduduk dengan menggesekkan pantatnya di tembok rumah. Dan sewaktu operasi biasanya ia memiliki seorang partner yang menjaga lilin yang menyala ditaruh di tengah-tengah baskom yang diisi air. Apabila lilinya bergoyang-goyang keras berarti babi ngepetnya dalam bahaya dan apinya harus ditiup sehingga babi ngepet itu dapat pulang ke rumahnya dengan selamat. Sepertinya malam kemaren yang jadi partner babi ngepet itu ketiduran atau alpa menjaga lilinnya sehingga membuat babi ngepet itu tertangkap.
"Perbuatan babi ngepet itu musrik!"
"Dilarang agama" kata bik Inah menambahi sebelum ia menyudahi penjelasannnya dan aku manggut-manggut mendengarnya bersama Bondan.
Zaman itu zaman kacau, pesugihan menjadi trend karena orang sulit mencari uang. Ironisnya keadaan yang sama terulang ketika pak Harto lengser. Pada waktu itu mendadak dukun-dukun banyak dicari orang dan memang ternyata sudah lama menjadi langganan para pejabat. Bahkan iklan mengenai dukun ada di berbagai majalah minta mahar sekian-sekian. Zaman dulu; waktu aku kecil, sosok seorang dukun seolah-olah tersembunyi, orang harus mencarinya dengan susah payah. Tetapi di zaman sekarang, mereka ada di mana-mana dan mudah ditemui. Mereka tidak malu-malu lagi mendeklarasikan dirinya sebagai dukun, para normal, ahli kebatinan, dll. Dan masyarakat yang lemah imannya berpaling kepada mereka.
Catatan Kaki:
Ngepet: gak mandi. Babi ngepet adalah salah satu bentuk pesugihan dimana seseorang mempelajari ilmu hitam dari seorang dukun. Disebut babi ngepet karena ia dilarang mandi ketika mempratekkan ilmu pesugihannya. Ketika malam hari ia bisa menjelma menjadi seekor babi dan mencuri harta penduduk dengan menggesekkan pantatnya di tembok rumah. Menurut mitos, kalau gak mau dicuri babi ngepet, harta kita harus ditaruh di dalam toples yang terbuat dari gelas karena kekuatan magis dari babi ngepet tidak bisa menembus gelas.
Peronda: orang-orang yang bertugas meronda daerah sekitar kami tinggal. Zaman itu peronda biasanya satu atau dua orang. Setiap kali lewat mereka mengetuk sebuah lempengan bundar terbuat dari kuningan dan terdengar nyaring sambil berteriak: jam satu, jam dua, dst. Kalau pernah lihat film horor mandarin jadul, persis seperti peronda yang di film itu.
Aku pernah melihatnya beberapa kali sehabis makan malam keluarga bersama papa selewat pukul dua belas malam. Aku juga melihatnya ketika baru pulang hampir menjelang subuh dari Bandung bersama papa dst. Sewaktu mereka lewat aku melihatnya dari pintu gerbang yang terbuka dan aku merasa takut melihat mereka.
Pesugihan: pesugihan adalah prilaku mistis yang dilakukan antara manusia sebagai pelaku pesugihan dengan makhluk gaib dengan seorang dukun sebagai perantaranya. Pesugihan selalu menuntut tumbal atau korban dari pihak pelakunya untuk membayar makhluk gaib sehingga mereka bisa memperoleh kekayaan.
Korban tumbal pesugihan berdasarkan permintaan sang makhluk gaib dan pelaku pesugihanharus bisa memenuhinya, kalau tidak dirinya sendiri akan celaka. Biasanya korban tumbal yang diminta adalah anggauta keluarga pelaku pesugihan atau orang-orang yang tinggal serumah dengannya.
Para pelaku pesugihan adalah orang-orang yang putus asa dalam kehidupannya mencari uang secara halal dan berpaling kepada pesugihan tanpa berpikir kalau hal ini sangatlah merugikan dirinya sendiri.
Menurut mitos, kekayaan yang didapatkan lewat pesugihan tidak langeng apalagi terus menerus meminta tumbal sesuai dengan perjanjian yang dilakukannya. Apabila sang pelaku telah meninggal dunia hasil kekayaan dari hasil pesugihan juga akan lenyap jika tidak ada yang meneruskan atau mewarisi pesugihan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stories from My Childhood
General FictionSebuah otobiografi tentang masa kecilku sampai remaja. Dari waktu ke waktu memori tentang masa kecil terkadang bermunculan...Banyak hal-hal menarik, lucu bahkan terkadang aneh sangat menghibur hati sehingga menurutku layak untuk dibagikan. Cerita in...