03. Bagian 2

84 10 6
                                    

Tring...

Bel istrahat berbunyi dengan nyaringnya membuat sebagian siswa berdiri dan berhamburan ingin keluar dari kelasnya.

"Fris ngantin yuk" ajak Amanda yang berdiri dan melihat Friska yang masih terduduk di bangkunya, sambil mengikat tali sepatunya.

"Lo diluan aja Manda, gue masih kenyang.

"Oh... yaudah gue sama Ratih diluan yah"

"Em..." jawab Friska yang di sertai dengan anggukan.

"Oy Fris lo ngga ke kantin?" Teriakan dari arah pintu membuat Friska memalingkan wajahnya ke arah pintu kelasnya

"Ngga, ngapa emang? Lo mau neraktir gue?"

"Allla... Fris boro-boro dia mau neraktir lo, dia aja gue yang traktir". Fadli hanya menyengir lebar sambil menunjukkan gigi rapihnya karna mendengar ucapan Rizky tadi.

"Sok sokan lo bang" teriak Friska sambil tertawa.

"Yaudah gue pergi yah, gue titip si Brian noh di belakang, kasian nanti diculik tante-tante" ucap Fadli sambil menunjuk arah bangku Brian.

"Yuk bang Rizky", Rizky yang mendengar ucapan Fadli barusan, berjalan meninggalkan Fadli.

"Woy tungguin gue!" Fadli berteriak sambil mengejar Rizky yang menambah kecapatan berjalannya.

Friska hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu. Friska tiba-tiba teringat yang dibicarakan Fadli tadi, Friska memutar kepalanya 90°. Telihat di sana seseorang menatap Friska, mata mereka bertemu. Sebelah alis Brian terangkat seperti mengekspresikan pertanyaan kenapa

"Ngapain lo ngeliatin gue" tanya Friska

"Bukannya elo yang ngeliatin gue?"

"Ya...kan gue..." jawab Friska kikuk dan memegangi tengkuknya.

"Hehehe... iya juga sih" Friska menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dan orang itu menatap Friska tanpa ekspresi. Friska menurunkan tangannya dan merasa terheran-heran dengan tingkah sahabatnya yang satu ini.

"Dia itu kenapa sih? Gue penasaran. Di hidup dia, dia pernah ketawa apa enggak? Jangankan ketawa, senyum aja dia bisa ngga sih? Heran gue, emaknya makan apayah waktu ngandung dia?". Ucap Friska dalam hati, yang masih memasang ekspresi herannya dan menatap orang itu dengan mata yang disipitkan.

"Kenapa masih ngeliatin gue, lo ngga usah terpesona dengan ketampanan gue" suara bariton dari Brian membuat Friska terkejut dan berhenti menatap Brian.

"Idiiihh... kepedean banget lo, Batu" jawab Friska sambil memalingkan wajahnya.

Pria itu berdiri dari bangkunya dan berjalan ke arah pintu kelasnya.

"Brian, lo mau kemana?" Tanya Friska. Brian menghentikan langkahnya dan menengokkan kepalanya sedikit ke samping kanannya.

"Gue mau ke perpus"

"Gue ikut" Brian tidak menjawab pertanyaan Friska malah melanjutkan jalannya, Friska yang masih terduduk di bangkunya kemudian berdiri untuk menyusul Brian.

~~~

Friska dan Brian duduk berhadapan, Brian yang terfokus pada buku bacaannya, menghiraukan bisikan-bisikan wanita yang berada di dalam perpustakaan tentangnya yang dipenuhi dengan pujian-pujian. Sedangkan wanita di hadapannya itu sibuk memandang wajah Brian, mata tajam, hidung yang mancung, bibir berisi namun terlihat manis, dan rahang yang kokoh. Bagaimana tidak ada yang tertarik dengan pesona Brian yang hampir semua wanita menyukainya.

BRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang