"MAS."
Panggilan itu kejutkan Pak Aryawan. Dadanya dipegang. Segera dia paling ke belakang.
"Aduh, ma! Kaget, tau nggak? Mujur tidak jatuh ke kolam!"
Ibu Dian senyum hambar. "Maaf, mas. Mama nggak sengaja."
"Ya nggak apa-apalah."
Pak Aryawan beredar dari tepi kolam renang. Duduknya lansung dilabuh atas kerusi rehat panjang.
Ibu Dian turuti sama sang suami. Ruang kosong sebelah Pak Aryawan, diambil.
"Mas kenapa?"
"Nggak apa-apa, sih."
"Terus, mukanya kok lagi muram? Nelefon sama siapa tadi?"
"Teman."
"Ada apa?"
Pak Aryan tak jawab. Hanya wajah isterinya dikerling sekilas.
"Loh! Mas kok malah diam? Mama lagi nanya ini, kan?"
"Teman mas itu bilang, berita Aryan diculik udah viral."
"Viral? Yang benaran, mas? Gimana bisa terjadi?"
"Nggak tau, sih. Katanya mungkin lagi kerja wartawan. Sekarang aja udah tersebar di media, di internet, malah di mana-mana juga orang sibuk memperkatakan tentang hal penculikan anak kita."
"Waduh! Gawat ini! Kalau sampei penculiknya Aryan ketahuan, habis kita mas!" tingkah Ibu Dian cemas.
"Mama ngapain ya udah kayak cacing kepanasan? Usah ribut-ribut, dong. Tenang!"
"Gimana mama bisa tenang? Nyawa Aryan pasti lagi dalam bahaya sekarang, mas!"
"Iya. Mas tau."
"Lalu? Mas mau duduk diam dan nungguin aja? Udah tiga minggu mas Aryan itu diculik. Tapi khabar beritanya masih nggak ada. Sampei sekarang juga kita nggak tau keadaan dia gimana. Entah masih hidup atau nggak lagi anak itu!"
"Isk, mama ini! Mulut itu ngomongnya usah yang macem-macem, tau!"
"Ya mau mama ngomong apa lagi, sih!"
Pak Aryawan pandang Ibu Dian. Dia tahu isterinya tengah kerisauan.
"Mas juga lagi bingung, ma. Tapi apalagi yang bisa kita lakuin selain tunggu dan tunggu."
"Sampei kapan? Sebulan? Setahun? Atau sepuluh tahun?"
Pak Aryawan lepas keluhan. Cermin mata yang melurut turut ditanggalkan.
Dirinya juga dah buntu memikirkan. Sejak penculik Aryan telefon minta wang tebusan, dia tak henti-henti ikhtiar mencari jalan. Rakan-rakan di Malaysia semua habis dihubungi untuk minta bantuan. Duit tebusan juga awal-awal dah disediakan. Namun sampai ketika ini, penculik Aryan masih belum beri sebarang jawapan.
"Mas... usah duduk diam terus, ah. Lakuin sesuatu, dong. Mama udah kangen banget mau ketemu sama Aryan!" bicara Ibu Dian lagi. Suaranya mula bergetar. Tangan si suami turut digenggam erat.
Untuk kesekian kali, Pak Aryawan pandang isterinya.
Luluh hati mendengar rayuan wanita itu. Lebih luluh bila melihat airmata Ibu Dian sudah mula bertakung. Spontan kepala yang bertudung itu dielus lalu diraih ke bahu.
"Mama usah menangis, dong. Asal mama tau, mas nggak akan pernah berhenti ikhtiar buat menyelamatkan anak kita. Mama terus doain aja, ya. Insya-ALLAH... Aryan pasti akan selamat. Lagian anak kita itu juga kuat, berani, penuh semangat! Kayak Ibnu Batutah, kan!"
![](https://img.wattpad.com/cover/118817462-288-k89015.jpg)
YOU ARE READING
🍂 ReLaKu PuJuK (Published) 🍂
RomantikARYAN ALFIANSYAH WONG, a son to one of the 'World Richest Man', been kidnapped by EMERLINE SEFHIA a.k.a Miss of Crazier, the most wanted criminal gang in Malaysia. But who knows... it begins a story of them. ARYAN ALFIANSYAH WONG, anak kepada sal...