"Ohayou gozaimasu!!!!"
Braakk!!
Pintu berdebum keras, membuat semua mata memandang pada asal suara yang membuat keributan di pagi buta. Beberapa orang tampak terlihat terkejut dan langsung berubah layaknya biasa saat mengetahui siapa dan apa maunya ia.
Langkah wanita berumur 22 tahun itu langsung memenuhi ruangan kala sepatu bot tingginya yang berdecak dengan lantai porslen. Ia mendekati salah seorang bersurai oranye terang di sana, dan tersenyum lembut sesudahnya.
"Nee, Rampo nii dimana, Tanizaki kun?"
Pria bergelut jaket merah itu tersenyum manis sesaat, berusaha menutupi kekahwatiran ekspresinya kala menangkap wajah yang familiar dengannya itu.
"Rampo san, Hima ch...."
Swosshh
Seorang langsung berlari secepat kilat sesaat ia merasakan sesuatu yang janggal dengan ruangannya. Wanita berikat rambut merah itu terdiam membeku setelah tubuhnya di rombak ambik dengan lelaki yang lebih tinggi darinya itu. Wajahnya bahkan belum menunjukan apa apa saat lelaki bermantel merah marun itu tersenyum miris.
"Eehhh, kapan kau datang Hima chan? Ano, lama sudah tak melihatmu ya, ba, bagaimana dengan kuliahmu hmm? Oo, kau datang kesini untuk memberiku ini, a, arigato imouto chan!!"
Pria yang selalu menutup matanya hingga berbentuk garis hitam ini memegang erat bahu Hima yang berbalut jaket kuning lembut. Perlahan kedua bibirnya terangkat menyunggingkan senyum. Ia mendekatkan wajahnya ke pria bertopi mereng di depannya. Dengan tatapan manis, ia berpelukan dengan kakaknya.
"Kangen, aroma permen Rampo nii..." katanya manis seraya menenggelamkan wajahnya pada bahu kakaknya.
Alhasil Rampo memerah kuat. Ia mungkin sangat jago dengan namanya pekerjaan detektif, tapi di hadapan adik yang jarang ia temui ini, semuanya menjadi lenyap dan menyisakan ia yang seorang rapuh. Oh, mungkin ia juga sama seperti adiknya yang sehidung tingginya.
"Oke, Rampo nii, jangan lupa bento itu di makan nanti, aku pergi dulu ya, jaa"
Sahut Hima kemudian. Wanita dewasa itu melepaskan pelukannya dan bergegas mendekati pintu seraya melambaikan tangan polosnya kepada kakaknya.
Rampo sendiri senyum senyum manis. Manis seperti manis senyuman adiknya. Tak kalah oleh kedua orang di sana, semua orang di dalam ruangan itu termasuk Junichiro bersaudara dan pria berkucir kuda itu sama halnya merespon baik.
Pintu berdebum terbuka dan tertutup kembali. Tangan yang berbalut kemeja putih itu langsung tergerak membawa kotak bekal berwarna kuning itu mendekati meja kerjanya yang penuh dengan bungkus gula gula. Tangannya yang tergerak itu terhenti begitu menangkap siluet silver di sampingnya.
Pria bersurai putih silver itu duduk sambil membawa kotak file penting yang langsung berdebum mendatar di meja kayu. Helaan nafas berat dan keluhan berat di keluarkannya saat duduk bersandar tanpa mengetahui ada seorang lelaki yang menatapnya tak enak sedari tadi. Sadar akan di tatapi, ia menoleh kesamping saat sepasang mata terbuka-hijau menatapnya suram.
"Ano, Rampo san, ada apa?"
Pria itu cemberut tanpa menjawab kata kata pria disampingnya. Ia memeluk erat kotak bento di dekapannya. Tapi setelah lama menghela nafas, ia kembali pada posisinya yang lama dan membalikan posisi kotak bekal cerah itu. Tutupnya yang hendak di bukanya di hadapkan ke meja, dan membuat suara peringatan dari teman sebelahnya mencuat
"Rampo san, bentonya.."
Rampo menoleh ringan khas orang malas, tapi ia tetap terus tak menggerakkan tangannya untuk membetuli posisi tak nyaman kotak kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Living [DazaiOsamuxOC]
Fanfiction[Series pertama dari 4 Reason Living] Edogawa Himawari. Percayakah engkau dari sekian milyaran wanita, hanya dia sendiri yang tak mencintai seorang pria tampan yang terkenal, Dazai Osamu? Oh, mungkin tak mencintainya, tapi mengaguminya lebih tepat. ...