CHAPTER 5 #Chu-uu-yaa

193 15 3
                                    


"Dazai sensei, bagaimana bisa tau kalau aku mempunyai dua kemampuan itu? Padahal kita belum lama saling mengenal"

Di bahu lebar pria itu, sang wanita berkata dengan selalu berakhir hembusan nafas yang dingin. Meski begitu, pria maniak itu sama sekali tak memperdulikannya selama ia dan wanita yang di ambingnya sekarang merasakan sedikit hangat dengan syal yang melilit mereka berdua. Syal hangat berwarna merah yang pernah di jahitkan oleh Yosano sensei untuk Hima.

Di tepi jembatan besar, tempat khusus pejalan kaki, pria dengan mantel tebal berwarna coklat berjalan sedikit sempoyongan membawa perempuan mungil di belakang punggungnya. Sama dengan sang wanita, setiap nafas yang dikeluarkannya selalu berakhir hembusan dingin.

"Aku hanya menganalisa. Sejak pertama kali bertemu denganmu, saat malam itu aku tau kau bisa menembus tong sampah sebagai tempat dudukmu dengan mudah. Lalu kekacauan di toko tadi pagi sudah membuktikan segalanya." tutur Dazai ringan. Nafasnya yang berhembus dingin seakan menggambarkan betapa dinginnya malam ini. Tanpa ia sadari, sang wanita di belakangnya tersenyum terkekeh.

"Hehehe, maaf ya Dazai sensei. Tapi berkat rekomendasimu tadi, aku bisa makan doubutsu doonatsu tadi. Walaupun tak ada bentuk panda tadi" diakhir kata, Hima menuturkan itu dengan pelan dan mengarah langsung ke leher belakang Dazai Osamu. Menyadari daerah sensitifnya di ganggu, Dazai langsung bergejolak geli

"Hima, hentikan itu kau membuatku hampir kehilangan keseimbangan. Sudahlah jembatan ini sepi di kunjungi warga, terlebih larut malam begini. Kalau terjadi apa apa pada  kita berdua, aku saja mungkin bingung akan melakukan apa" dengan wajah cemberut sambil mengerucutkan bibirnya Dazai berkata seperti itu setelah melihat keadaan sekitar yang memang sepi di lalui kendaraan ataupun warga sekitar. Pantas saja, jam 3 seperti ini, jembatan di Yokohama ini menjadi sepi penglalu lalang.

Hima hanya terkekeh kembali sambil tertawa renyah, "kalau begitu maafkan aku karna telah merepotkanmu Dazai sensei.."

Dazai mempercepat langkahnya

"...aku memang bodoh karna tak memakai sepatu padahal cuaca sedang dingin dinginnya sekarang. Akibatnya lihatlah, aku menyusahkan senseiku sendiri dan aku sangat kedinginan..."

Lama kelamaan, tubuh Hima bergetar karna efek larian Dazai yang membuat tubuhnya merasa tak nyaman. Sementara tangan Dazai yang begitu kelu masih tetap berusaha untuk terus menjaga agar perempuan tanggung jawabnya ini tak jatuh. Ia semakin berlari kencang.

"Lho, tidak ada yang mengejar kita Dazai sensei. Kenapa dengan Dazai sensei yang terus berlari, hatsyuu" seakan tak ada yang memanggil mengajaknya bicara, Dazai tetap diam dengan semakin mempercepat langkahnya. Lama kelamaan, dan bagaimanapun caranya berlari, gerakan larinya mulai melambat dan tampak kehilangan energi yang di pakainya habis selama dua jam lalu.

"Mm, kalau begitu. Aku serahkan semuanya pada Dazai sensei saja ya, tolong ya..." salju turun dengan sedikit lebat kala wanita cantik itu menutup matanya. Lembut sekali seperti buliran salju yang turun di sela sela rerumputan.

Dazai yang sekalipun sudah memprediksi hal ini akan terjadi tetap limbung dan terasa bingung harus melakukan apa. Terjun ke bawah jembatan, dan mengakhiri nyawa bersama wanita yang di gendongnya tidak buruk juga. Tapi permasalahannya bukan itu sekarang. Ia sama sekali belum meminta izin kepadanya terlebih lagi kondisi yang kurang mendukung.

Ditambah lagi, gadis itu pingsan dengan tubuh berkerut dingin.

Entah sengaja atau tidak, Dazai lupa untuk mengantisipasi hal ini dengan membawanya ke tempat hangat atau membalutnya dengan kain yang lebih tebal seperti mantel coklatnya itu. Tapi tetap saja pikiran itu tak terlintas di benaknya. Yang ia pikirkan ialah keadaan wanita di belakangnya dan prediksi tindakan tepatnya kemudian.

Reason Living [DazaiOsamuxOC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang