"Hai iblis." suara itu begitu gelap dan dalam, wanita itu menepis wajah yang selalu tersenyum lebar itu dengan seringai yang jarang ditunjukannya, berarti; kemarahan"Kukira kau akan berkerja sama denganku, nona Edogawa. Sayang sekali kesempatanmu terbuang cuma cuma." suara berat Fyodor Dostoyevsky terdegar memantul di dinding batu bata ruangan dengan lampu kecil di tengahnya.
Pria tersebut berjalan ke tengah ruangan dan membiarkan dirinya tampak di penerangan. Senyuman itu, ia menampakkannya lagi kepada Himawari yang masih siap melihatnya terbalik. Ia juga tak lama tersenyum. Ia tampak menaikkan tangan kanannya dan merogoh saku mantel Dazai, mengeluarkan sebuah bulu putih yang telah rontok di sebagian sisi. Ia menyerahkan tangannya yang terkepal di depannya hingga pria Rusia itu selangkah maju kedepan, di tambah mulut mungil sang wanita mengomando bahwa ia akan memberikan sebuah rahasia, padahal jelas jelas mata emeraldnya tak lepas dari iblis di depannya.
"Mendekatlah, tampan-"
Sekali langkah Fyodor melangkah ke depan, Hima dengan segera mendorong tubuhnya maju, bersiap dengan kepalan tangannya yang berhasil mendarat kasar di pipi kanan pria itu, membuat Fyodor mundur beberapa langkah kebelakang.
Tapi Hima tak puas, ia mendorong dirinya lagi berusaha untuk maju dan menarik jubah hitam si Iblis, menariknya mendekat, lalu menghantam wajah memar Fyodor menemui dagunya, menghantamnya keras lebih dari sebelumnya. Ia kembali ke posisinya semula dengan pusing di kepalanya karna guncangan yang ia terima akibat terlalu lama di ikat terbalik. Pria itu mengeluh sakit dan menggerutu diam diam, ia tampak memegangi hidungnya yang berdarah, dan melihat kembali ke Himawari yang masih menatapnya jengkel. Fyodor tak mau kalah ia menyeringai dalam dengan mengusap hidungnya yang berdarah.
". . . kau meninggalkan bulu ushanka-mu" seiring dengan tubuhnya yang berhenti berguncang, Hima membuka telapak tangannya dan melempar sehelai bulu ushanka yang ia temukan tadi, ia sempat ingin membuangnya tapi ia menyadari bahwa bulu itu berguna sebagai pengecoh aksi seperti ini. Lalu apa yang akan di lakukan Fyodor? Apa akan marah? Tentu.
". . . sebagai sesama kriminal, aku tak menyangka penggemar manis sepertimu mempunyai keberanian seperti itu" Fyodor tersenyum lagi, ia berusaha membetulkan mantel hitamnya dengan sekali hentakan dan helaan nafas kasar yang meresponnya, Hima terkekeh mendengar pernyataan iblis di depannya. Tak lama ia merasakan darahnya sendiri, dari sudut mulutnya turun melalui pipinya dan berhenti di kelopak matanya. Sekarang rahang wajahnya bertambah sakit saat ia sedikit menyesali tindakannya memukul Fyodor menggunakan wajahnya.
"Hm, aku dengar, kau selamat dari rencanaku kemarin. Melakukan hal bodoh untuk melindungi Yokohama? Sebagai gantinya, kau mengabaikan dia." Netra ungu terang itu tak henti menatap emerald Hima yang bahkan mengikuti kemana arah telunjuk Fyodor menunjuk.
Di sana Yumeno Kyusaku melihatnya kahwatir, dan Dazai yang berusaha mengangkat kepalanya, dan saat netra chestnut Dazai Osamu menatapnya lelah, sayu dan tak bertenaga. Hima membelalak, mulutnya menganga tak percaya saat kepala bermahkota kopi itu kembali menunduk. Ia tak menyangka jika seperti ini jadinya, wajah Dazai sungguhlah pucat. Bibirnya mulai kebiruan, dan kantung mata nampak di bawah matanya, seperti mata panda. Sayangnya ia tak bisa menyentuh seberapa dinginnya suhu tubuh pria berkemeja biru tua itu.
"Hei. . ." pandangan sang wanita memblur, dan seketika merasakan sakit di kepalanya bertambah saat ia menyentuh tanah. Hanya suara Fyodor yang sampai di telinga ketika tubuhnya berbaring di atas tanah kering, berusaha duduk dan memukul pria yang mencoba mengacaukan semuanya ini. Tapi kata kata Fyodor selanjutnya akan membuatnya terdiam.
"Jangan berani berani mengacaukan rencanaku. Sebaiknya kau mencari cara agar Da-zai chanmu bisa selamat. Karna kau hanya punya 50 menit tersisa untuk berharap"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Living [DazaiOsamuxOC]
Fanfic[Series pertama dari 4 Reason Living] Edogawa Himawari. Percayakah engkau dari sekian milyaran wanita, hanya dia sendiri yang tak mencintai seorang pria tampan yang terkenal, Dazai Osamu? Oh, mungkin tak mencintainya, tapi mengaguminya lebih tepat. ...