Dazai lama tak menjawab membuat Himawari menunduk dan menyerah mengulurkan tangannya. Maka Dazai dengan sigap menerima dan menariknya keluar. Karena terlalu memaksakan, tubuh Hima langsung menabrak tubuh jakung pria itu dan tampak seperti orang yang berpelukan. Keduanya tak terkejut. Tampak tak wajah mengingat wajah mereka yang terlalu dekat.
"....tentu. Bahkan ia akan saya nikahi nanti"
Tepat saat itu, first kiss Himawari terebut oleh sensei-nya sendiri.
.
.
.
.Dazai melepaskan pelukannya dengan wanita yang baru saja dikuasainya. Dengan senyuman ganjil Dazai, ia menatap Himawari yang masih terdiam, bahkan tatapannya kaku seperti mendapat berita hei, tak ada porsi donat untuk seminggu kedepan.
Pria coklat itu curiga, apa karena terlalu bingung atau marahnya perempuan di depannya tak memunculkan respon apapun semenjak Dazai membuat first kissnya. Ia lalu mengcengkram dua bahu mungil Hima, dan berhasil membuatnya merespon, walaupun hanya mendongak.
"Dazai sensei...."
"Sa, saya tau Hima.. a, apa tadi begitu kelewatan hingga membuatmu sebegitu tegangnya? Ma-..."
"Tadi itu apa?"
#lol
Dazai terdiam, membeku di tengah salju yang mendesir diluar dan kehangatan yang bersemanyam di ruangan mansionnya. Tatapannya seperti imitasi Himawari beberapa detik lalu, kosong dan tak bernyawa. Dilanjutkan dengan jemari tangan kanan Hima yang meraba pemukaan bibirnya.
"Sebenarnya yang tadi itu apa? Rasanya seperti..-shutt!!"
Dazai memotong keras perkataan Hima karena authornya masih kecil untuk memahami(?)
Ia menutup mulut hima menggunakan tangannya membuat wanita itu terkejut tak mampu memikirkan apa apa. Dazai kembali mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. Hima tak merespon apa apa saat hembusan nafas pria itu mengalir hangat di kedua pipinya menimbulkan jejak berupa garis garis rona.
"Yang tadi itu first kissmu, dan juga untuk saya..." ucapan Dazai begitu rendah dan merdu cocok di bandingkan dengan kata seksi. Tapi biarpun begitu, Hima yang begitu polosnya hanya terdiam menunggu kalimat selanjutnya.
"...kau tak merespon apa apa, hm? Kukira kau akan meminta lebih"
"DAZAI BAAAKKAAA!!!!"
Keduanya terdiam membeku dalam gelombang elektromagnetik kejutan. Suara langkah kaki yang berat mendekat cepat seperti teriakan membahana yang menginterupsi mereka berdua.
Seorang pria permen dengan pakaian lengkap mantel musim dingin merah gelap mendekati kedua makhluk yang kebingungan itu dan membawa salah satunya menjauh, saling menghindar.
Ia lalu menghadapkan wajahnya mendekati pria berkemeja biru langit itu, "Dazaiii ba..kkaah! Kau telah menodai adikku dengan ciumanmu tadi itu!! Kau pikir aku tak melihatnya?! Dari tadi sengaja aku berdiri di depan pintu, menunggu apa yang akan kau perbuat, dan rupanya aku membiarkan hal tidak pantas terjadi"
Ucapan Ranpo tadi tak begitu menegur Dazai dan Himawari yang masih kebingungan di belakangnya. Ia menepuk keras pundak pemuda 22 tahun itu berharap lelaki lebih muda di depannya akan memberikan jawaban memuaskan. Osamu menyeringai,
"Ranpo san menunggu di depan pintu sedari tadi, itu berarti Ranpo san meminta saya melakukan hal yang sa..-"
Buaghh
Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya, sebuah bogem mentah diterimanya duluan dari pria lain yang datang berlawanan arah pandangnya. Dazai terjungkir balik, dan kedua Edogawa yang terdiam-mungkin terkejut untuk Hima-juga pria kuning yang menepuk nepuk kedua telapak tangannya yang berbalut sarung tangan tebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Living [DazaiOsamuxOC]
Fanfiction[Series pertama dari 4 Reason Living] Edogawa Himawari. Percayakah engkau dari sekian milyaran wanita, hanya dia sendiri yang tak mencintai seorang pria tampan yang terkenal, Dazai Osamu? Oh, mungkin tak mencintainya, tapi mengaguminya lebih tepat. ...