CHAPTER 3 #Mengagumi seseorang maniak?

295 25 10
                                    


Himawari POV

Aku tak tau apa apa setelah semalam, pria yang kutebak namanya itu membawaku menuju ruangan kosong di deretan ruangan di rusun kecil ini. Tapi begitu masa memalasku habis, aku berusaha melawan diriku sendiri dengan membuka mata lalu mengerjap pelan begitu sinar menyilaukan menusuk indra penglihatanku.

Aku menoleh kesamping, dan melihat sinar terang itu masuk begitu seseorang membuka penghalang kain di hadapan jendela itu. Sekali lagi aku mengerjapkan mataku berulang kali untuk menyadarkan diriku bahwa pria di depanku itu bukanlah kakakku, Ranpo, melainkan..

Manusia tanpa jenis yang MESUM!!!!

Tiba tiba aku memberontak, menghempaskan selimut futon, dan membuatnya tampak berantakan, kupikir dengan mundur beberapa langkah disusul masih terduduk, aku bisa menghindari keterkejutanku di pagi buta. Mataku yang bahkan belum terbuka tadi, membelalak hebat dibuatnya.

"Apa yang kau lakukan disini hah?!!" Teriakku melihatnya dengan kedua tanganku mengenggam tatami di bawahku

"Aku sedang menyibak gorden. Apa salahnya, ini kan kamarku" ucapnya dengan tatapan anehnya melontar padaku. Aku yang merasa jijik melihatnya langsung berteriak kembali, yang tentunya sudah memcerma habis kata katanya.

"Ja, jadi... semalam aku tidur di ranjangmu? Berdua denganmu?!!!" Aku berteriak kembali, seraya menegakkan kakiku untuk berdiri. Mengepalkan tanganku lalu menatapnya setengah aneh plus berbinar...

"Ya... aku tidur di sofa sih tadi. Karna aku tidak bisa membuka kamar Ranpo san, aku terpaksa membawamu ke dalam kamarku daripada kau tidur diluar bukan?"

"Keren!!!! Bagaimana, bagaimana cara kau melakukannya?!"

Pria itu langsung menatapku terkejut, sama seperti ekspresiku tadi. Aku segera mendekati wajahnya agar menatapku intens sesaat setelah dia mengatakan kalimatnya tadi.

"Entahlah, mungkin naluri pria.. eh, apa yang kau lakukan?"

Aku memang mendengarnya, tapi langsung tergerak saat mendekati tali yang tergantung di langit langit ruangan ini. Begitu senangnya aku, ku mengambil kursi dekat di sana, dan mencoba menyangkutkan kepalaku di lobang tali yang melingkar itu, tapi

"Apa kau sengaja menaruh ini disini? Kukira ini untuk menaruh baju atau gantungan lampu, makanya aku tertarik. Sayangnya..."

Ia menatapku sejenak dengan ekspresinya yang tak berubah, lalu tertawa terbahak begitu melihat posisiku

"Hua hahahahahahaa!!! Hei, jika kau ingin bunuh diri ganda bersamaku, kau harus lebih tinggi sedikit, jangan jadi si pendek chibi itu, hehehe" ia tertawa sambil menundukkan kepalanya ke bawah untuk menahan tawanya yang menggema.

Aku terdiam sejenak dan tak lama tertawa kecil. Memang, jika diukur lagi, tinggiku hanya sebatas lehernya. Menyebalkan, kenapa ia terlalu tinggi

"Aku tidak pendek, kau saja yang ketinggian"

"Oh ya, kalau begitu selanjutnya mau ngapain?" Ucapnya dengan senyuman yang belum hilang di wajahnya.

Aku kembali sunyi dan memandang sekitar ruangan bermuatan 5 tatami ini. Yah ruangan yang terlalu kecil untuk dua orang. Akhirnya, aku menoleh ke arah sekat ruangan yang memisahkan kamar dan dapur.

Senyumku mengembang saat membayangkan ada apa disana, kakiku juga mendukungku dengan berlarian kecil ke arah kulkas kecil di sana.

Aku tak tau apa yang terjadi pada pria itu, tapi ia tampaknya mengikutiku dan mendekatiku sesaat aku membuka isi kulkasnya

"Ne nee Dazai san, bagaimana jika kau buat bubur kacang hijau? Hm, yang panas hangat juga enak di pagi yang sejuk ini. Bagaimana?"

Dazai POV

Reason Living [DazaiOsamuxOC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang