Di eratkan kepalan tangannya seiring dengan Mori yang terus mendekat. "Akhirnya aku mendapatkan misi sesungguhnya."
....
Bayangan besar pria itu semakin besar di mata Kyouka. Anak perempuan itu mundur selangkah, berharap ia bisa bangun dari mimpi ini. Sayangnya ini bukanlah mimpi, ini realita, Kyouka harus mnghadapinya. Jantungnya berhenti sesaat saat Mori menghentikan langkah pelannya, dan berdiri di samping Kyouka setelah ia berlari menepi dari tengah ruangan.
Tentu saja ini menjadi pemandangan yang aneh dan mengejutkan untuk Kyouka. Ia tak pernah melihat wajah Mori Ogai sebegitu paniknya, tidak.
Kahwatir.
Tak lama kemudian, sebuah tangan datang mengentuh kulit dingin Kyouka dan memaksanya untuk mundur bersandar pada dinding.
Kyouka panik. Ia tak ingin bersentuhan, melihat saja tidak akan. Jadi ia berusaha untuk menepis cengkraman mantan bosnya dan pergi dari sisinya. Tapi nihil, Mori tampaknya tak akan melepaskan si mungil Kyouka.
Saat Kyouka ingin melepaskan teriakan di ujung mulutnya, Mori segera membungkam mulutnya dengan tangan kirinya. Dia melihat Kyouka sejenak, melepaskan pandangannya dari kamera di pojok sana. Kyouka menjadi jadi, ia panik dan berusaha melepaskan tangan kotor Mori dari wajahnya.
"Apa yang anda lakukan Mori san?! Lepaskan, aku!" bentak Kyouka. Matanya terpejam seraya tubuhnya melakukan gerakan perlawanan.
Menanganinya, Mori berjongkok berusaha menenangkan mantan bawahannya. "Shh...shh! aku tak akan menyakitimu, atau melakukan apapun padamu. Tenanglah Kyouka, aku butuh bantuanmu."
Si raven membuka matanya heran juga marah. Untuk apa seorang bos bermartabat meminta bantuan dari seorang anak kecil seperti dia? Hal itu membuat Kyouka menenang, tapi belum cukup untuk menghentikan perlawanannya.
"Mau apa kau, Mori san?" bisik Kyouka penuh dengan amarah.
Masih mendengar nada penolakan di balik lembutnya suara Kyouka, Mori berusaha mencairkan suasana dengan senyum sehari harinya. "Tak banyak. Kau hanya perlu untuk melemparkan pedang mini-mu ke CCTV itu. Lalu-"
Thud..
Keduanya terdiam dan masing masing melihat ke arah sebuah kamera kecil yang sudah jatuh ke tanah, dilingkup dengan aliran listrik biru. Netra violet Mori kembali memandangi Kyouka yang telah kembali dari posisi melemparnya. Ia tersenyum, dan Kyouka merasa sebulir keringat barusan melewati pelipisnya.
"Baguslah, ayo kita selesaikan ini." Mori berdiri, kembali berlari dan duduk di kursi kontrolnya. Kyouka dengan ragu mengejarnya.
"Kita?" beo Kyouka, memerlukan penjelasan.
Mori menghentikan sebentar kegiatan mengetiknya, dan memutar kursi itu menghadap Kyouka. Gadis manis itu melonjak.
"Ya, kita. Bukannya kau ingin menolong Agensi dan menangkap Dostoyevsky?"
Kyouka mengangguk, setuju kali ini. "La, lalu apa yang kau lakukan? Bukannya kau melawanku tadi?"
"...Aku tak ingin di perbudak siapa siapa, nak." Ucap Mori pelan, bahkan Kyouka hampir tak mendengarkan saat kepala itu menurun ke bawah, menyembunyikan wajah penyesalannya. Lalu memutar kembali kursinya, mengetik beberapa di keyboard.
"Kau, kau menolak permintaan Fyodor...dan...dan membelot darinya?" ucapnya gusar, kedua mata blue metalic itu tak lepas dari targetnya.
"...Ya." ucapnya lagi, melanjutkan pekerjaannya di depan layar.
Kyouka semakin bingung. Jika ia memang membelot dari Fyodor, lalu kenapa ia tak melakukannya dari awal?
"Jika...jika kau berencana melakukannya...kenapa kau tak melakukannya dari awal? Kau adalah Bos Port Mafia, tidak ada yang bisa menghentikanmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Living [DazaiOsamuxOC]
Fanfiction[Series pertama dari 4 Reason Living] Edogawa Himawari. Percayakah engkau dari sekian milyaran wanita, hanya dia sendiri yang tak mencintai seorang pria tampan yang terkenal, Dazai Osamu? Oh, mungkin tak mencintainya, tapi mengaguminya lebih tepat. ...