Sesuai janji, Sakin akan mempersembahkan kalian satu chap bonus.
Dan ini murni ide imajinasi Sakin. I'm warning you there can be hurt and fatherson moment.
Sebenarnya Sakin mau buat Dazai diganti dengan Tsushima, karna itulah marga sebenarnya Osa. Tapi karena sudah biasa, dan itupun sudah termasuk ke line cerita, apa daya Sakin ini ˚ω˚
Hope you like ^ω^
.
.
.
“Tou san! Tou san, hentikan!”
Anak lelaki itu berteriak tanpa henti melindungi tubuhnya menggunakan kedua lengan dari cabukan rotan yang terasa perih dan panas itu. Seakan tak peduli teriakan si bocah mungil itu, lelaki dewasa yang tepat di depannya tetap mencambukinya menggunakan rotan dengan gerigi di sisinya. Ia melayangkan ke kulit putih nan halusnya, memaksa sebuah teriakan keras berdengung di sisi ruangan.
“Tou san! Kumohon, sakit....”
Satu cambukan kembali melayang dan membuat anak itu berteriak menangis lebih keras. Air mata telah membendungi kedua matanya hingga kelopak matanya membengkak, memerah. kedua matanya tertutup dan wajahnya memerah marun menahan sakit. Keringat dan air matanya bersatu melembabkan pipi chabi itu.
Sementara satu cambukan lagi mendarat di tangan halus si bocah, lelaki didepannya berdiri tegap. Dada yang tertutupi kemeja putih nan basah itu naik turun berusaha menetralkan degub jantungnya. Nampak dari ujung rambut sampai tangannya yang memegang cambuk panjang, basah karena keringat. Ia telah melakukan kegiatan ini selama 30 menit yang lalu dan tanpa berhenti.
Melihat balita di bawahnya, yang duduk memeluk tubuhnya menggunakan tangan kanannya dan tangan kirinya menggantung berusaha melindungi tubuhnya dari serangan yang akan datang. Wajah ovalnya sama sekali tidak tampak karena ia menunduk dan rambut kopinya yang lebat. Dengan satu pandang saja, pria dewasa itu bisa melihat luka sayatan, darah menetes, dan lebam di mana mana. Khususnya di lengannya dan kaki yang memakai celana sepaha itu.
Pria dewasa itu bergetar saat melihat balita di depannya, anaknya sendiri sedang menangis di pojokan, dan perasaan takut yang berlebihan.
Melihat ke samping kirinya, tepatnya di jam besar nan megah itu, menunjukan kepada pria dewasa ini bahwa waktunya telah usai. Ia membetulkan kacamatanya dengan jari tengahnya dan pergi ke meja jati terdekat. Di taruhnya sebuah cambuk itu sebelum di betulkan ke posisi semula dan mengambil sebuah botol berwarna putih dan sebuah gelas penuh air putih. Lalu ia kembali berjalan ke pojok ruangan.
Selama melangkah mendekatinya kembali, ia berpikir kali ini.
Ia gagal. Ia telah gagal ke 56 kalinya. Ia telah mencoba membunuh darah daginya sendiri selama itu, dan ia masih belum bisa merelakan hatinya berkehendak demikian. Apakah jiwa sang ayah yang masih melengket di dadanya? Ataukah masih ada perasaan kasih sayang saat kedua mata chesnut-kesakitan itu melihatnya, memohon untuk tetap hidup?
Pria itu tak tau. Tapi yang penting, ia harus bisa menyingkirkan jiwa sang ayah pada dirinya, harus. Dan dia juga harus membunuh putra tunggalnya sendiri. Karena takdir tanah air tercintanya ini akan terubah di tangannya. Jika ia membiarkannya, Yokohama akan jatuh ke dalam jurangnya sendiri.
Dazai Tsushima sudah tau akan hal itu pasti datang. Ia sudah memprediksikan sejauh 15 tahun ke depan, dimana sebuah organisasi mafia akan bangkit, dan anaknya ini, akan menjadi landasan pokok, bahkan menjadi tangan kanan sang otak dari Mafia itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Living [DazaiOsamuxOC]
Fanfiction[Series pertama dari 4 Reason Living] Edogawa Himawari. Percayakah engkau dari sekian milyaran wanita, hanya dia sendiri yang tak mencintai seorang pria tampan yang terkenal, Dazai Osamu? Oh, mungkin tak mencintainya, tapi mengaguminya lebih tepat. ...