Hujan selalu bisa menghadirkan kenangan bagi setiap makhluk yang mempercayainya. Tak terkecuali bagi Candy Anindya, gadis manis penikmat semua hal tentang hujan dan senja.
Sore ini hujan turun begitu lebat hingga mengharuskan Candy untuk berteduh di sebuah halte yang nampak sepi. Gadis itu memandang lekat pada langit kelabu yang terus menerus menitikkan air matanya.
Pikirannya tertuju pada kenangan manis saat dirinya benar-benar merasakan hangatnya keluarga. Secangkir teh dan kue coklat yang selalu dihidangkan saat hujan, candaan dari ayahnya yang membuat dia dan ibunya tertawa bahagia. Sungguh Candy sangat merindukan setiap moment di waktu itu. Tapi sekarang itu semua hanya tinggal kenangan. Semua waktu yang dimiliki ayah dan ibunya tersita oleh kesibukan untuk menumpuk harta. Tanpa peduli akan perasaan anak gadisnya yang rindu saat-saat kebersamaan dan kehangatan yang selalu tercipta saat hujan datang.
Gadis itu tersadar dari lamunannya, diliriknya arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya. Tanpa sadar waktu telah menunjukkan pukul lima sore. Sudah hampir setengah jam Candy berteduh dan hujan belum juga reda.
Ia merutuki dirinya karena menolak tawaran supir yang ingin menjemputnya dengan alasan ingin menikmati indahnya kota dengan berjalan kaki.
Tiba-tiba mobil sport hitam berhenti tepat dihadapannya. Lalu turunlah lelaki jangkung dengan wajah tampan dan senyum semanis buah.
"Hai Can, pulang bareng gue yuk? " sapanya ramah tanpa melupakan senyum maut andalannya.
"Nggak deh kak, makasih." balas candy sopan.
"Mau sampai kapan lo nunggu disini? Hujannya nggak bakal reda, sebentar lagi udah mau gelap, nggak baik cewek jalan sendirian. "
Tak ada respon dari Candy dia hanya diam dengan kepala tertunduk. Akhirnya dengan terpaksa cowok tampan bernama Diki Mahendra itu menarik pelan tengan Candy untuk masuk kedalam mobil.
Tak ada obrolan yang terjadi selama di perjalanan. Keduanya sama-sama terdiam, larut dalam pikirannya masing-masing. Hanya musik bernada sendu yang mengalun dan memecah keheningan.
Candy terfokus pada lagu yang di putar di mobil Diki. Lagu yang sering ia nyanyikan bersama dengan seseorang yang pernah singgah di hatinya. Seseorang yang pernah membuatnya percaya akan cinta juga seseorang yang membuatnya terluka akan cinta.
Diki yang melihat Candy sedari tadi hanya melamun, berusaha mencari topik untuk mengawali pembicaraan.
"Ngelamunin apaan sih?"
"Eh, enggak kok nggak ngelamunin apa-apa." jawab Candy gugup.
"Udahlah Can, lo nggak usah mikirin masa lalu. Buat apa lo mikirin orang yang udah jelas-jelas ngelupain lo. Mendingan lo coba buka hati lo buat orang lain."
Diam hanya itu yang dapat Candy lakukan. Dia tahu sudah sejak lama Diki memendam perasaan untuknya. Tapi dia masih belum bisa membuka hatinya untuk orang lain. Lebih tepatnya dia belum bisa melupakan masa lalunya.
Mobil itu berhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar dan bisa dibilang cukup megah dengan gaya eropa yang khas. Candy turun dari mobil yang langsung diikuti oleh Diki.
"Makasih kak, mau mampir dulu? " ucap Candy sekedar basa-basi."Nggak usah udah sore, gue langsung balik aja. Inget kata-kata gue Can, hidup lo nggak cuma buat mikirin masa lalu, masih ada masa depan yang menanti untuk lo singgahi" selepas mengatakannya Diki tersenyum lalu berbalik dan masuk ke dalam mobilnya.
Candy masih terdiam, mencoba meresapi kata-kata yang dilontarkan Diki, gadis itu tetap berdiri di tempatnya dan terpaku menatap mobil Diki yang perlahan mulai menghilang di persimpangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Dipenghujung November
Teen FictionTidak semua kisah akan berakhir bahagia, tetapi tidak semua kisah akan berakhir dengan derai air mata. Romansa, air mata canda dan tawa yang selalu datang silih berganti tanpa terhenti. Kepada hujan yang selalu menyimpan kenangan disetiap kehadiran...