Candy tiba di rumah sebelum senja benar-benar berakhir. Gadis itu memasuki rumah dan melihat mamanya sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah.
"Loh kok mama udah pulang? " tanya Candy heran melihat mamanya yang pulang lebih awal dari biasanya.
"Candy, kamu dari mana aja? Kok jam segini baru pulang. " sergah mamanya tanpa menanggapi pertanyaan Candy.
"Tadi Candy abis jalan-jalan sama temen."
"Temen yang mana? Diki? "
"Bukan ma, Galang temen Candy. "
"Kok mama nggak tau kalau temen kamu ada yang namanya Galang." ucap Anita sambil mengingat teman-teman Candy.
"Iya ma, soalnya aku kenal dia juga baru kemaren." jelas Candy.
"Oh, ya udah sekarang kamu ke kamar terus mandi, nanti mama siapin makan malam."
Dering ponsel menginterupsi percakapan antara ibu dan anak itu. Ponsel Anita berbunyi cukup nyaring hingga membuat sang empu segera mengangkatnya.
Setelah menutup telepon, Anita menatap Candy yang masih duduk di sampingnya. Wanita itu menatap Candy dengan ekspresi bersalah.
"Maaf ya sayang, mama nggak bisa menemani kamu malam ini. Mama ada urusan mendesak." ucapnya dengan nada sendu.
"Iya nggak papa, Candy udah biasa kok ditinggal sendirian."
Candy menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Gadis itu langsung membersihkan diri dan mengganti bajunya.
Rasa bosan mulai menghampiri Candy, tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan sekarang. Biasanya gadis itu memilih untuk membaca novel, tapi kali ini kegiatan itu tidak menarik minatnya sama sekali.
Gadis itu melangkahkan kakinya menuju meja belajar, perlahan tangannya membuka laci di meja itu. Sekuntum mawar putih menyapa penglihatannya. Meskipun bukan bunga asli, mawar itu tetap terlihat begitu indah. Di samping bunga itu terdapat sepucuk kertas berwarna biru.
Andai aku dan kamu adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Seperti mawar dan durinya,walau aku hanyalah sebagai duri yang melindungi batangmu, aku sudah sangat bahagia karena bisa menjadi bagian dari hidupmu. –Kevin Arselino–
Tulisan itu berjajar rapih seperti kenangan yang diberikan oleh penulisnya. Kenangan yang sebisa mungkin ingin Candy buang dari ingatannya.
Candy mengambil bunga itu, jemarinya mulai menelusuri tiap bagian bunga. Ingatannya kembali pada saat dia menerimanya.
Flashback On
Saat itu SMA Tunas Bangsa sedang mengadakan camping di salah satu tempat yang lumayan jauh dari pusat kota. Tempat itu begitu asri, pohon-pohon besar berjajar dipagari oleh sungai berbatu dan berair jernih.
Candy sangat menyukai alam, dia sangat senang berada di tempat ini. Seperti serigala yang dilepas kembali ke hutan, begitu bebas dan menyenangkan, begitulah perasaannya.
Setelah mendirikan tenda, Candy berpamitan kepada teman-temannya untuk berjalan-jalan di sekitar kawasan itu. Gadis itu berhenti di pinggir sungai, mata indahnya mengamati pepohonan yang berdiri kokoh dihadapannya.
"Pohonnya nggak bakal pindah kok kalau kamu nggak perhatiin."
Suara bariton itu membuat Candy terkejut dan langsung menoleh. Senyum mengembang di wajahnya, begitu melihat Arsel yang tengah berdiri menatapnya.
"Indah banget ya tempatnya? Kok kayaknya sampai nggak rela kalau sedetik aja ngalihin pandangan." tanya Arsel penasaran.
"Iya, soalnya aku suka banget sama suasana di alam. Indahnya masih alami." jelas Candy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Dipenghujung November
Novela JuvenilTidak semua kisah akan berakhir bahagia, tetapi tidak semua kisah akan berakhir dengan derai air mata. Romansa, air mata canda dan tawa yang selalu datang silih berganti tanpa terhenti. Kepada hujan yang selalu menyimpan kenangan disetiap kehadiran...