"Can, lo udah jadian ya sama Galang?" lelaki itu bertanya dengan perasaan terluka yang tak dapat ia sembunyikan dari kedua matanya.
"Kak Diki tahu darimana?" sahutnya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang ia baca.
"Lo masih tanya gue tahu darimana? sedangkan berita tentang hubungan lo sama Galang udah nyebar sampe ke penjuru sekolah?"
Candy menutup buku yang sedang ia baca, lalu mengalihkan pandangannya kepada lelaki di depannya. Candy dapat merasakan kesedihan dalam raut wajah lelaki itu.
"Iya gue udah jadian sama Galang." jawabnya singkat.
Sebenarnya ia tidak ingin melukai perasaan Diki, terlebih lelaki itu sangat baik kepada Candy. Tapi dia juga tidak ingin memberikan harapan lebih kepada Diki, karena ia tahu itu akan lebih menyakitkan.
"Lo yakin udah siap buat buka hati lo untuk orang lain?" tanya Diki.
"Maksud kak Diki apa? Aku ga ngerti sama arah pembicaraan kakak." ucap Candy, kedua alisnya tertaut saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan Diki.
"Ya maksud gue, lo kan belum kenal lama sama Galang. Apalagi lo masih belum sepenuhnya lepas dari masa lalu lo." ucap Diki mencoba memberitahu Candy arah pembicaraan mereka.
"Terus kalau gue sama Galang belum lama kenal kenapa? Gue rasa itu bukan hal yang perlu dipermasalahin." ujar Candy.
"Dan tentang masa lalu, ga mungkin kan selamanya gue terjebak dalam waktu yang bahkan udah seharusnya gue jadiin sejarah?" lanjut Candy.
"Tapi Can—"
"Maaf kak, gue tahu kak Diki nyimpan perasaan buat gue, tapi maaf gue cuma anggep kakak itu murni sebagai temen dan mungkin kalau lebih cuma sebatas kakak laki-laki yang udah lama gue dambakan."
"Please Can, beri gue satu kesempatan buat masuk ke hati lo."
"maaf kak, gue bener-bener ga bisa. Permisi."
Candy melangkahkan kakinya menjauh dari perpustakaan, meninggalkan Diki yang masih belum beranjak dari tempatnya. Gadis itu berniat untuk kembali ke kelasnya, belum juga genap satu meter ia berjalan, tiba-tiba ada yang menahan lengannya dan membuat Candy terpaksa membalikkan badannya.
"Galang! Ngagetin tau!" seru Candy bercampur lega karena yang menahannya bukan Diki.
"Pacar gue nakal banget sih.. Berduaan sama cowok lain di perpustakaan." ejek Galang.
"Jadi dari tadi lo nguping obrolan gue sama kak Diki?"
"Apa salahnya? Kan emang gue punya kuping, klo ga buat nguping terus mau gue buat apa?" ujar Galang berusaha membela diri.
"Semerdeka lo aja deh Lang! Capek gue debat sama lo, ga pernah menang."
Candy mengerucutkan bibirnya kedepan, memasang ekspresi seolah dia benar-benar kesal dengan pacarnya ini.
"Nah! Itu bibir ngapain maju-maju! Mau salaman sama bibir gue?"
"Galang...!" teriak Candy frustasi.
"Apa sayang?"
"Ngomong apa lo barusan?" ucap Candy dengan semburat merah yang mulai muncul di pipinya.
"Ga tau, kan lo yang denger bukan gue." ucap Galang santai.
Candy yang mulai jengah memilih meninggalkan Galang dan segera beranjak dari tempatnya.
"Yah! Cewek gue ngambek!" teriak Galang yang masih bisa didengar oleh Candy.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Dipenghujung November
Teen FictionTidak semua kisah akan berakhir bahagia, tetapi tidak semua kisah akan berakhir dengan derai air mata. Romansa, air mata canda dan tawa yang selalu datang silih berganti tanpa terhenti. Kepada hujan yang selalu menyimpan kenangan disetiap kehadiran...