Mantra

625 51 9
                                    

Sore itu Candy hanya bisa termenung dalam kamarnya. Kedua orang tuanya belum kunjung menapakkan kakinya dalam rumah itu.

Pikirannya menerawang jauh ke masa lalu, saat dia dan kedua orang tuanya saling berbagi kasih sayang dan kehangatan. Sungguh, Candy rindu masa-masa itu. Rasa sesak seketika menjalari perasaannya.

Gadis itu mencoba tersenyum walau air mata perlahan mengalir dari kedua matanya, hatinya benar-benar sakit saat mengingat setiap moment itu. Candy tidak pernah bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau orang tuanya berpisah, apakah dia masih sanggup untuk menjalani hidupnya?

Drrrrtt Drrrttt

Ponsel Candy bergetar dan layarnya menunjukkan nama Galang disana. Candy segera meraih benda itu dan menggeser ikon warna hijau di ponselnya.

"Halo." ucapnya dengan suara parau.

"Lo nggak papa kan? Kok suara lo kayak orang habis nangis gitu?"

"Nggak kok, gue nggak papa." sergahnya cepat.

"Nggak usah bohong. Lo itu ga ada bakat buat bohongin gue."

Tiba-tiba Candy kembali terisak, tangisannya semakin menjadi dan membuat Galang kebingungan dibuatnya.

"Candy? Halo.. Lo masih bisa denger gue kan? Lo tunggu gue, jangan kemana-mana, gue ke rumah lo sekarang."

Sambungan telpon diputus secara sepihak oleh Galang.Candy membuang ponselnya asal, gadis itu menyandarkan diri pada dinding kamarnya, air mata masih mengalir dari kedua matanya.

Tak lama kemudian, Galang datang dengan wajah yang benar-benar cemas. Tanpa aba-aba lelaki itu langsung memeluk Candy erat.

"Lang.." ucap Candy lirih.

Galang merenggangkan pelukannya dan menatap Candy tepat di kedua manik matanya. Ia diam tak menyahuti panggilan Candy, tapi tatapannya memberi isyarat agar Candy segera melanjutkan kata-katanya.

"Kenapa hidup gue sesial ini? Kenapa harus gue Lang? Kenapa setiap orang yang gue sayang ga pernah bisa bertahan di sisi gue?" ucapnya lirih, terlihat jelas ada luka yang mendalam di setiap kata-kata yang ia ucapkan.

Galang kembali merengkuh tubub mungil Candy dalam dekapannya. Tubuh mungil itu tampak bergetar seiring dengan isakan yang lolos dari bibir tipisnya.

"Hidup lo itu bukan sial Can, bukan, justru hidup lo itu berwarna. Ga setiap orang punya cerita kayak lo, lo harusnya bersyukur, lo diberi kepercayaan sama Tuhan buat ngejalani hidup yang mungkin orang lain ga sanggup jalani." tuturnya sembari mengelus pucuk kepala Candy lembut.

"Lo harus kuat Can, gue yakin masih banyak kok orang yang punya hidup lebih berat dari lo. Lo ga boleh nyerah gitu aja, lo harus kuat, gue selalu disini, tepat disisi lo. Lo bisa bersandar di bahu gue kalau lo lelah."

Candy semakin mengeratkan pelukannya, membenamkan wajahnya pada dada bidang milik Galang.

"Galang.. Makasih lo selalu ada buat gue. Please..gue mohon sama lo, buat gue bahagia Lang.. Buat gue bahagia dengan cara lo, setidaknya dengan begitu gue punya sedikit semangat buat bertahan."

"Tanpa lo minta pun, gue bakal lakuin Can. Yah.. Walaupun gue ga bisa janji, karna gue tau janji itu ga selalu bisa ditepati. Tapi gue bakal berusaha."

"Stopp! Jangan bilang kayak gitu lagi! Terakhir kali gue denger kata-kata itu, orang yang gue sayang pergi ninggalin gue gitu aja. Cukup! Cukup dia aja yang pergi, gue mohon jangan lagi.. Gue ga mau lo pergi dari hidup gue."

"Sttt.. Gue ga pergi, gue masih disini Can, gue masih ada di samping lo."

"Gue takut Lang.. Gue takut sendiri."

"Gue tahu, dan gue ga akan biarin lo sendiri. Mending sekarang lo mandi, bersihin diri lo dan gue akan memperlakukan lo layaknya tuan putri malam ini. Gue akan mengembalikan senyum di wajah lo yang makin jelek itu." ucap Galang berharap Candy segera melupakan kesedihannya.

Bibir Candy mengerucut mendengar penuturan Galang, namun setelah itu ia segera mengangguk dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

Galang mengajak Candy ke sebuah pusat perbelanjaan, sudah setengah jam mereka berkeling-keliling tapi tak ada satupun yang menarik perhatian keduanya. Candy sedari tadi juga masih diam dengan wajah lesunya.

Melihat Candy yang masih murung membuat Galang berpikir keras untuk mengembalikan kecerian gadis itu. Dan tiba-tiba ide jahil terlintas dibenaknya.

"Can, lo mau denger mantra ajaib ga?" ucapnya antusias.

Candy hanya menatapnya dan tak berniat menanggapi ucapan lelaki tampan dihadapannya itu.

"Dengerin baik-baik oke?"

Setelah mengatakannya, Galang menutup matanya mencoba memasang wajah serius dan berkonsentrasi. Kedua tangannya terulur di depan wajah Candy.

"Simsalabim abrakadabra.. Putri cantik akan tersenyum dalam hitungan ke tiga, kalau tidak pangeran tampan akan mencium pipi gembulnya. Wushhh.."

Galang mulai membuka matanya dan melihat kearah Candy, gadis itu belum juga menunjukan reaksi atas perkataannya. Dalam hati Galang mulai berhitung dari satu sampai tiga, dan...

Cup

Galang mengecup pipi Candy cukup lama, membuat pemiliknya langsung merona seketika. Sedari tadi Candy tidak fokus dengan perkataan Galang, sehingga ia tidak begitu mendengar apa yang dikatakan lelaki itu. Dan dengan sangat tiba-tiba dan tanpa disangka Galang mencium pipinya! Menciumnya ditempat umum, di depan banyak pengunjung yang berlalu lalang.

Sepersekian detik Candy baru tersadar dan menarik Galang untuk segera menjauh dari tempat itu. Candy menariknya menuju parkiran dan berhenti di dekat motor Galang.

"Ya ampun Galang.. Lo sadar ga sih, tadi itu tempat umum. Dan lo main cium gue gitu aja." omelnya Candy panjang lebar.

"Lah gue kan udah bilang sama lo kalau lo ga mau senyum pangeran tampan ini bakal nyium lo, salah lo ga mau senyum yaudah lah dengan senang hati gue cium pipi lo." tutur Galang membela diri.

"Tapi ga disana juga kali Lang.."

"Berarti kalau ga disana lo mau gue cium?"

Blushh

Pipi Candy langsung memerah seketika, lagi-lagi Galang mampu menjebaknya dalam kata-kata yang ia ucapkan sendiri.
"Ciee.. Ada yang blushing nih." ucap Galang semakin gencar menggoda Candy.

"Apaan sih Lang!" ucap Candy sembari mengulum senyumnya dan menunduk untuk menyembunyikan rona merah di pipinya.

"Gue seneng Can, lo bisa tersenyum karena gue." lirih Galang.

"Makasih Lang, lo udah buat gue selalu tersenyum saat bersama lo."

Tanpa diduga Candy mulai memajukan tubuhnya dan mengecup pipi Galang singkat. Galang hanya mematung akibat perlakuan Candy. Ada berbagai rasa yang ia rasakan dan semuanya tak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata, yang jelas ia sangat bahagia, sangat!

"I Love you."

TBC


Terimakasih untuk yang masih setia menanti ceritaku yang semakin ga jelas ini.

Dan aku minta maaf karena uda ngegantungin kalian selama berbulan-bulan.

Aku tau kok di gantung itu ga enak, maka dari itu aku minta do'a dari kalian supaya aku dilancarkan idenya dan bisa menulis cerita ini sampai selesai.

—Sekian—

Hujan Dipenghujung NovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang