Betapa terkejutnya gadis itu ketika membuka gerbang rumahnya. Ia mendapati seorang lelaki tampan sedang berdiri di samping mobil dengan senyum yang langsung merekah saat mengetahui Candy yang baru saja keluar dari gerbang rumahnya.
"Selamat pagi Candy..." sapa lelaki yang tak lain adalah Diki kakak kelas Candy.
"Loh kak Diki ngapain di sini? " ucap Candy bingung.
"Nungguin lo. Hari ini lo berangkat bareng gue ya? "
Candy tampak berpikir sebelum akhirnya dia mengangguk samar. Senyum kemenangan tercetak di wajah Diki. Tangannya terulur untuk membuka pintu mobil dan mempersilahkan Candy masuk.
Hanya butuh lima belas menit bagi Candy dan Diki untuk sampai di sekolah, mengingat jarak rumah Candy yang letaknya tidak jauh dari sekolah mereka.
Candy turun dari mobil setelah menggumamkan terimakasih, lalu berniat untuk segera menuju ke kelasnya. Namun niatnya terhenti ketika tangan kekar Diki menarik lengannya.
"Tunggu, kita bareng ke kelasnya." ucap Diki.
"Tapi kak, kita kan beda kelas."
Candy dan Diki memang berbeda tingkatan. Candy masih duduk di kelas X sedangkan Diki kelas XI.
"Gue anter lo ke kelas. " jawabnya.
"Enggak usah kak, gue bisa sendiri. " tolak Candy halus.
"Tapi gue enggak ingin melihat lo sendiri. "
Candy akhirnya pasrah dan membiarkan Diki mengantarkannya ke kelas. Candy malas berdebat dengan Diki karena pasti ujung-ujungnya Candy yang akan kalah.
Saat melewati koridor banyak pasang mata yang menatap mereka. Di sekolah Diki memang cukup terkenal sebagai siswa yang rajin dan berprestasi. Dan satu lagi kelebihan yang dia miliki 'kelebihan ketampanan' tentu saja itu pendapat para siswi yang menjadi penggemar berat Diki Mahendra.
"Makasih kak, gue masuk dulu. " ucap Candy setelah sampai di depan kelasnya.
"Eh Can, nanti pulangnya lo bareng sama gue lagi ya. "
"Enggak bisa soalnya nanti mama jemput, maaf. "
"Oh, yaudah gak papa. Gue cabut ya Can. See you. " setelah mengatakan itu lelaki itu berlalu meninggalkan kelas Candy dan menuju ke kelasnya di lantai dua.
Candy memasuki ruang kelas dan langsung menuju bangkunya. Di sana sudah ada Mita dan Lea yang sedang asik membicarakan berita-berita terupdate di sekolahnya.
"Pagi guys. " sapanya sambil tersenyum.
"Sumpah demi apa gue nggak lagi kesambet kan? Ini beneran lo Can? " ucap Lea histeris.
"Lo tadi pagi sarapan apaan Can? Tumben banget lo mau ngomong dan senyum kayak tadi. Gue jadi merinding." sahut Mita menimpali.
Ya, Candy memang jadi seorang yang pendiam semenjak Arsel memutuskannya. Gadis itu biasanya lebih banyak diam dan melamun dan sangat jarang tersenyum.
"Sekarang gue mau berubah. Gue mau ngelupain masa lalu gue. Gue capek sedih terus, gue juga mau bahagia. Kalian mau kan bantu gue buat berubah? "
"Ya jelas mau lah Can. Kita juga nggak rela kalik ngeliat lo murung terus, ya nggak mit? "
"Yoi. Pasti kita bakalan bantu lo kok Can. Kita pasti bakal selalu support lo"
"Makasih ya Mit, Le. Gue bersyukur banget punya sahabat kayak kalian berdua. Gue sayang kalian. " ucap Candy girang. Lalu mereka bertiga berpelukan layaknya teletubbis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Dipenghujung November
Teen FictionTidak semua kisah akan berakhir bahagia, tetapi tidak semua kisah akan berakhir dengan derai air mata. Romansa, air mata canda dan tawa yang selalu datang silih berganti tanpa terhenti. Kepada hujan yang selalu menyimpan kenangan disetiap kehadiran...