Pagi ini Candy memutuskan untuk beristirahat dan absen sekolah. Meskipun tidak terlalu parah, Candy yakin dia akan drop karena terlalu banyak yang ia pikirkan.
Candy berjalan keluar dari kamar Galang di lantai dua dan menuruni tangga menuju lantai satu. Di ruang keluarga, terlihat Galang sedang bersantai sambil menonton TV, rupanya cowok itu tidak menyadari kehadiran Candy.
"Ehm." Candy berdeham pelan.
Galang menoleh dan tersenyum. "Eh, tuan putri udah bangun."
Candy tak menanggapi perkataan Galang, gadis itu menjatuhkan dirinya di sofa tepat di sebelah Galang duduk, tentunya dengan menciptakan jarak di antara mereka.
"Lo nggak berangkat sekolah?" tanya Candy sambil mengubah posisi duduknya menghadap Galang.
"Gue pengen nemenin lo, gue nggak mau lo sendirian." ucapnya santai.
"Gue nggak papa, nggak usah lebay deh. Mending lo buruan siap-siap terus berangkat sekolah. Kasian fans lo, kalau lo nggak berangkat."
"Emang susah ya jadi orang ganteng, banyak yang naksir. Tapi lo nggak cemburu kan sama fans-fans gue yang sejagat?" ucap Galang yang langsung dihadiahi tatapan sinis dari Candy.
"Sorry nih ya, 'tuan' Galang Adelardo, bisa nggak sih lo itu kurangin tingkat percaya diri lo itu?" tanya Candy dengan penuh penekanan saat mengucapkan kata 'tuan'.
Tidak ada respons dari Galang, cowok itu hanya memandang Candy lekat, menelusuri tiap inci wajah Candy yang masih terlihat sedikit pucat.
"Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu?" tanya Candy sambil menggeser posisi duduknya menjauhi Galang.
"Gue baru sadar kalau lo itu bener-bener cantik. Kenapa nggak dari dulu gue kenal sama lo? Dan kenapa pertemuan pertama kita nggak berkesan manis?" kata-kata itu meluncur mulus dari mulut Galang.
"Ya mana gue tau. Lagian siapa juga yang berharap ketemu sama cowok nyebelin kayak lo." ucap Candy masih setia dengan nada sinisnya. Jauh dalam hati Candy, sebenarnya gadis itu menyetujui perkataan Galang. Kenapa pertemuan pertamanya dengan Galang tidak berkesan baik dan kenapa mereka selalu dipertemukan dengan kejadian yang tidak mengenakkan yang harus berakhir dengan adu mulut.
Sejujurnya Candy hanya bersikap sok jual mahal di depan Galang. Sebenarnya dia hanya gengsi untuk menunjukkan perasaannya, karena sejak awal dia sudah bersifat cuek dan akan aneh kalau tiba-tiba dia jadi baik hati apalagi sampai perhatian dengan Galang. Biarlah, kalau memang Galang serius dengan perasaannya, pasti dia tidak akan membiarkan Candy menunggu terlalu lama. Candy akan tetap diam dan membiarkan Galang untuk mengambil posisi di hatinya.
"Gue serius, gue pengen memperbaiki hubungan kita. Gue nggak pengen debat terus sama lo."
"Udah siang, gue mau pulang." ucap Candy mengalihkan pembicaraan.
"Oke, kalau lo nggak mau jawab. Tapi perkataan gue nggak cuma berhenti di bibir, gue bakal buktiin kalau gue pasti bisa dapetin perhatian lo!"
"Terserah lo deh!" dalam hati Candy berharap Galang benar-benar serius dengan ucapannya, sehingga dia bisa mengurangi sifat juteknya saat bersama cowok itu.
***
Galang mengantarkan Candy pulang ke rumahnya. Sebenarnya lelaki itu masih ingin menemani Candy, tapi niatnya urung setelah mendapat penolakan dari Candy. Candy beralasan kalau dia ingin benar-benar beristirahat dan menenangkan pikirannya, jadi dia tidak ingin mendapat gangguan dari siapapun. Dan akhirnya Galang hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan Candy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Dipenghujung November
Novela JuvenilTidak semua kisah akan berakhir bahagia, tetapi tidak semua kisah akan berakhir dengan derai air mata. Romansa, air mata canda dan tawa yang selalu datang silih berganti tanpa terhenti. Kepada hujan yang selalu menyimpan kenangan disetiap kehadiran...