BAB 2

1.1K 74 6
                                    

Apapun, asal kamu tersenyum

====================================

Harum jalanan yang terguyur hujan menemani langkah kaki Kayla menuju sekolah. Pagi ini ia sengaja diturunkan di persimpangan jalan dekat sekolahnya. Ini akibat dia kesiangan bangun. Malamnya, Mika sudah mewanti-wanti agar besok pagi Kayla bisa bangun pagi karena ada rapat penting. Tapi nyatanya, Kayla yang baru bisa tidur jam 2 pagi tidak sengaja bangun jam 6. Lantas, Mika ngedumel sepanjang jalan dari rumah menuju sekolah, dan tepat di persimpangan jalan itu Kayla diturunkan. Kayla tak masalah. Bukan untuk satu atau dua kalinya seperti ini. Kayla mempercepat jalannya dengan tangan mengeratkan cardigan tipisnya. Pagi ini cukup dingin, mengingat semalaman diguyur hujan.

SMA Global High.

Sekolah yang menarik banyak peminat. Sekolah yang memiliki segudang prestasi baik itu akademis maupun non-akademis. Sekolah yah.. Yang bisa dibilang menjadi favorit mereka. Namun tidak semua memiliki keberuntungan untuk masuk sekolah ini. Bagaimana tidak, hanya ada dua kalangan yang masuk ke sekolah ini. Yang pertama, kalau bukan karena orang tua mereka mempunyai jabatan atau koneksi ya berarti opsi yang kedua yaitu siswa itu memang pintar. Pintar yang kebangetan. Karena mengingat tidak mudahnya memasuki sekolah ini. Lalu bagaimana dengan Kayla? Jangan ditanya, ia memiliki keduanya. Anugrah yang seharusnya patut ia syukuri.

Kayla melangkah kan kaki memasuki gerbang sekolah, setelah melalui pemeriksaan yang super ketat oleh guru bidang kedisiplinan. Semua mata tertuju pada Kayla, disapanya mereka satu-satu dengan mata coklat gelapnya serta seulas senyum tipis. Ah siapapun itu, pasti akan jatuh cinta melihatnya.

Langkahnya terhenti. Senyumnya melebar. Jalannya dipercepat. Menuju seorang lelaki yang menunggu didekat lokernya. Lelaki itu mengangkat kotak makannya tinggi, seakan-akan dengan begitu Kayla dapat melihat apa yang dibawanya.

Pasta katanya, seraya menyodorkan tempat makan itu dan tersenyum tipis. Lelaki itu lalu pergi meninggalkan Kayla yang masih tersenyum menatap kotak makan tersebut.

"Makasih!" Ucapnya sedikit berteriak dan terus melihat punggung lelaki yang semakin lama memudar.

Kenalkan, lelaki itu bernama Rakka. Rakka Senja Adyatama. Kakak kelasnya yang entah kenapa dengan sikapnya bisa membuat Kayla jatuh hati. Bukan hanya Kayla, mungkin seluruh siswa perempuan yang ada di GeHa. Oke. Itu singkatan untuk sekolah mereka. Entah siapa pencetus pertamanya, tapi para siswa lainnya berterima kasih karena tidak harus susah payah capek-capek menyebut nama sekolah mereka. Cukup GeHa. Sudah membuat orang lain berdecak kagum.

Kembali ke Rakka.

Lelaki dengan bermata hitam legam itu kontras dengan rambutnya yang hitam sudah tidak bisa lagi dipungkiri keberadaannya di sekolah ini. Bukan karena dia ahli taekwondo ataupun Kapten bermacam eskul. Tapi karena sifatnya yang kalem dan tenang. Sifatnya yang bagaikan air, yang siapapun didekatnya entah kenapa merasa terhipnotis. Senyumnya yang jarang terukir diwajahnya tidak menyurutkan rasa kagum para kaum hawa.

Oh, Kak Rakka? Iya tau. Yang jarang senyum tapi tetep gantengkan?

Iya Kak Rakka yang, aduh pokoknya yang itu yang ganteng.

Rakka yang diem-diem tapi bikin gue deg-deg-an.

Si Rakka? Yang cuma ngelirik aja, udah bikin jantung gue merosot keperut.

Mungkin itu sebagian jawaban dari mereka yang ditanya soal Rakka. Tanpa mereka tau, dibalik itu ada satu kisah yang bisa membunuh hati Rakka secara perlahan.

Lalu bagaimana dengan seseorang yang sedari tadi melihatnya dibalik pilar sekolah? Seseorang yang sejak tadi mengepalkan tangannya tanda tak terima. Namun, hatinya tak bisa berdusta. Melihat Kayla tersenyum bukan kah itu yang ia inginkan? Lantas, apa bedanya jika ia atau orang lain yang membuatnya tersenyum?

Jingga Dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang