Cemburu? Coba berfikir ulang
====================================
Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari satu jam yang lalu, sekolah pun sudah sepi. Hanya sebagian siswa yang sedang eskul biologi dan juga futsal yang masih berada di sekolah.
Dan juga, Rakka.
Sejak kejadian tadi dengan Davin, ia memilih tidak menemui Kayla. Kembali ke kelasnya dan menenangkan dirinya. Saat waktunya pulang, barulah ia berani menemui Kayla. Saat pintu ruangan dibuka, ia melihat Kayla tengah terlelap. Seragam olahraganya sudah berganti dengan seragam putih-abu. Tas nya berada disalah satu kursi. Dokter jaga pun sudah pulang dari dua jam yang lalu.
Ditatapnya gadis itu, tangannya hendak ia julurkan untuk mengelus puncak kepala Kayla namun urung dilakukan. Matanya menelusuri setiap bagian tubuhnya. Dagunya yang diperban, sikut sebelah kiri yang sedikit memar, dan juga lutut yang diplester kecil.
Lagian lo bukan siapa-siapanya Kayla.
Kata-kata itu terngiang lagi ditelinga Rakka. Kalimat itu seakan menyadarkannya, bahwa memang Kayla bukan miliknya. Harusnya Rakka menyadari itu. Bagaimana pun juga, Davin telah menolongnya, disaat Rakka tidak ada disampingnya.
Perkataan Davin, sepenuhnya benar.
Kayla akhirnya terbangun. Ia mengerjapkan matanya untuk beradaptasi dengan cahaya lampu. Lalu pandangannya beralih ke sisi kananya. Ia melihat sosok Rakka yang sedang sibuk memainkan ponselnya. Ia mencoba bangun, dan duduk ditepi ranjang.
"Kak Rakka kok belum pulang?"
Rakka mengangkat kepalanya dari layar ponsel. Ia menggeleng, sebelumnya tersenyum tipis. Lalu berjalan menuju Kayla.
"Apa aja yang sakit?" Tanyanya lembut.
Kayla menggeleng "nggak ada."
"Lo marah ya sama gue?"
Kayla menatap Rakka, sedetik kemudian tertawa ringan "kenapa harus marah?"
Rakka mengangkat bahunya "karena gue nggak ada pas lo ambil nilai tadi. Karena luka lo. Karena gue tau sebenernya lo nahan sakit."
"Gue nggak apa-apa kok. Lo nggak pulang?"
"Nungguin lo. Ayuk pulang." Seperti dapat membaca pikiran Kayla, "nggak usah nungguin Bang Mika."
Kayla pun mengangguk. Dengan bantuan Rakka, Kayla berjalan menuju parkiran. Sebelum sampai kemotornya, Rakka menghentikan langkahnya. Lalu dia menatap wajah Kayla. "Gue naik motor, lo nggak apa-apa kan?"
Kayla memutar bola matanya "hari ini lo udah nanya 'lo nggak apa-apa?' untuk kesekian kalinya Kak. Takut sih, baru pertama kali naik motor gede. Tapi kapan lagi bisa pulang bareng lo." Kayla memberikan cengirannya.
Rakka memang lebih suka bawa motor ketimbang bawa mobil. Biasanya ia memakai mobil hanya untuk hal-hal tertentu. Sejak SMP, sejak ia bisa mengendarai motor ia lebih senang menggunakan kendaraan itu dari pada harus capek-capek menyetir. Belum lagi jalanan Jakarta yang macet dan sumpek. Buang-buang waktu dijalan yang ada.
Rakka mengacak-acak rambut Kayla lembut. Kemudian mengeluarkan kunci dari saku celananya. Sebelumnya ia memberikan jaket levis nya ke Kayla. Lalu menaiki motornya serta memakai helm, dan membantu Kayla untuk duduk dengan sempurna di jok belakangnya. Motor pun melaju keluar parkiran menuju gerbang, hanya menyisahkan asap tipis diudara dan seseorang yang sedari tadi memperhatikan.
Sekiranya motor sudah menjauh, seseorang itu keluar dari persembunyiannya. Menuju mobil hitamnya. Ia sandarkan tubuhnya disamping pintu mobil. Matanya terpejam lalu ia tersenyum kecut.
"Lo sama kaya Rakka. Pengecut. Mencoba memiliki seseorang yang seharusnya nggak boleh dimiliki. Kayla terlalu berharga, buat dua orang bajingan kaya lo dan Rakka."
Davin berbicara pada dirinya sendiri, lalu ia menarik rambutnya kasar. Sorot matanya kecewa. Kecewa pada dirinya.
Apa mungkin semuanya bisa berjalan baik-baik saja? Tanpa Kayla harus tau siapa Davin dan Rakka sebenernya. Tanpa harus melihat Kayla patah, sedih, dan kecewa. Namun, apakah bisa ia menahan rasa sayangnya? Membuangnya jauh-jauh atau mungkin menelankannya kedalam bumi. Tidak. Semua pertanyaan Davin sudah jelas jawabannya.
***
Makasih buat kalian semua yang sudah baca cerita aku. Aku selalu nerima kritik dan saran kalian loh! ❤
Jangan lupa buat vote dan commenta ya❤
Gue cuma minta sama Tuhan. Kalau gue nggak bisa di kasih kesempatan buat miliki dia, tolong kasih dia seseorang yang bisa bikin dia lupa bahwa gue pernah dihatinya.
-Davin-
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Dan Senja
Teen FictionDisaat harapan membuat mereka bermimpi indah, tetapi kenyataan seakan menampar mereka. Menyadarkan mereka, bahwa cerita Tuhan tak sejalan dengan rencana mereka. Apakah bisa seorang Mikaila Jingga Askara menyembuhkan lukanya disaat sang pemahat hati...