BAB 12

684 34 27
                                    

The begins

====================================

Rakka meminum segelas air putih yang sedari tadi berada di nakas samping tempat tidur. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian melirik jam yang tergantung didinding, pukul 4 sore. Ia berdecak sebal, tadi ia meminta dibangunkan jam 2 siang.

"Eh udah bangun lo." Lelaki itu melirik Rakka sebentar kemudian kembali mencari sesuatu dibalik lemarinya.

Rakka tidak menyahut, ia mengambil kaos abu-abunya yang tadi ia sampirkan diatas sofa. Langkahnya gontai menuju kamar mandi.

Setelah mandi dan kembali fresh ia beranjak menuju ruang tengah, mengambil segelas air putih lagi kemudian duduk dihadapan lelaki yang sedang sibuk membungkus tembakau.

"Mau dikirim kemana?" tangannya mengambil sehelai kertas kemudian membantu membungkus tembakau.

"Dikirim ke Bandung. Eh lo yang kirim ya, gue ada janji nih sama Rian."

Rakka menggeleng, "nggak bisa. Gue udah ada janji. Lagian besok gue sekolah." Ia berhenti membungkus, "ngapain gue bantuin lo ya Ran. Tangan gue jadi bau nanti, mau jemput Kayla nih."

Randy terkekeh, "lo yang mau." Ia merapikan sisa tembakau tersebut, lalu memasukannya kedalam kotak. "Yang ini spesial, dicampur ganja. Mahal harganya." Ucapnya santai kemudian memberikan senyum seraya menaik-turunkan alisnya.

"Anjing lo, bukan bilang. Untung aja nggak gue hirup." Rakka bangkit dari kursinya dan berjalan menuju washtafel, ia mencuci tangannya.

Randy tersenyum miring, "lebay banget lo kaya baru pertama kali." Rakka hanya memberikan tatapan sinisnya. "Ngomong-ngomong lo beneran nggak mau baikan sama Davin?"

Gerakan mencuci tangannya terhenti, untuk seperkian detik ia mencerna kata-kata terakhir Randy. Ia tidak menjawabnya, kemudian melanjutkan aktifitasnya yang sempat terhenti.

Randy hanya menggelengkan kepalanya, ia bangkit sambil membawa kotak paket tersebut. Ia menepuk punggung Rakka tiga kali. "Buruan, cewek lo pasti nunggu. Oh ya pikin juga permintaan Kayla. Gimanapun juga, Davin sahabat kita. Lo nggak kangen?"

Rakka mengangguk. Entah apa yang membuat ia menganggukan kepalanya, ia hanya tidak ingin Randy berkata lebih banyak lagi. Rakka mengambil jaketnya yang tersampir di gantungan belakang pintu, setelah memakai sepatunya ia mengambil kunci motornya yang ia letakan di meja depan. "Gue jalan dulu Ran."

"Iya hati-hati, salam buat Kayla." Ucap Randy tanpa keluar dari kamar. Rakka tersenyum kecut sebelum keluar dari pintu, salam apanya? Emang Kayla kenal lo? Gerutunya.

Rakka mengeluarkan motornya dari dalam garasi, kemudian duduk diatasnya. Tangannya yang tertopang helm full face-nya mengetik sesuatu menggunakan ponselnya. Setelah mendapat balasan, ia memasukan ponselnya kedalam saku celananya lalu memakai helm dan melajukan motornya.

Kayla kembali menatap cermin didepannya. Setelah tadi mengirim location alamat rumah Dean kepada Rakka. Ia menyisir rambutnya, dan memakai bedak tipis.

"Besok ada PR biologi, lo jangan lupa ya." Ucap Dean sambil terkekeh.

"Hemmm"

"Gue ngingetin doang takut lo keasikan main sama Rakka." Jawabnya dengan intonasi yang Kayla yakini pasti sedang mengejeknya. Kayla membalikan badannya, kesal. Ia meletakan telunjuknya didepan bibirnya.

Suara ketukan dari pintu membuat Dean dan Kayla menoleh, akhirnya Kayla beranjak membuka pintu. Seoarang pembantu rumah tangga yang sudah cukup berumur berdiri didepan pintu, ada aroma bawang yang tercium oleh indra penciuman Kayla.

Jingga Dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang