BAB 6

673 47 8
                                    

Dia, kembali?

====================================

Davin membaca pesan yang masuk untuk kesekian kalinya. Tangannya sudah berkali-kali mengetikan pesan balasan kepada si pengirim, tapi kemudian dihapus kembali pesan itu. Ia melempar ponselnya keatas kasur.

Aarrggghhhh

Ia mengacak-acak rambutnya kasar sambil memaki dirinya. Setelah merasa lebih tenang, ia mengambil ponselnya lalu menghubungi orang tersebut.

"Hallo?" Wajahnya pucat, keringatnya berkucuran.

"Masih hidup lo ternyata?"

Davin mengepalkan tangannya. "Lo ngapain hubungin gue lagi? Gue nggak mau ada urusan lagi sama lo" ucapnya dingin.

Lelaki disebrang sana tertawa. "Ayolah Vin. Itu udah setahun berlalu. Bahkan Rakka, nggak sedikitpun berubah. Nggak usah jadi baik selagi jadi bangsat bisa bikin kita seneng." ucapnya dengan diselingi tarikan nafas. Sepertinya lelaki itu sedang merokok.

Tubuh Davin menegang. Rahangnya mengeras. Keringatnya makin deras. Rakka. Dengan satu nama itu, perasaannya kembali kacau.

"Lo nggak usah bawa-bawa nama Rakka!" Davin sudah berada di puncak emosinya. "Nggak usah bohong!"

Lelaki itu tertawa lagi. "Lo bisa buktiin omongan gue. Kita masih suka ngumpul ditempat biasa. Lo boleh dateng, kapanpun. Gue dan yang lain bahkan Rakka, bakalan nyambut lo dengan tangan terbuka. Gue tunggu Vin!" Sambungan pun terputus.

Davin terduduk lemas disamping ranjang tidurnya. Matanya terpejam. Nggak mungkin, nggak mungkin Rakka! Gue nggak percaya, batinnya.

***

Sejenak Kayla diamkan panggilan itu, hingga bunyi keempat akhirnya Kayla mengangkatnya.

"Kenapa Kak? Oh udah mendingan kok. Iya besok sekolah. Hm sama Bang Mika kayanya. Iya Kak. Oh gitu, yaudah deh. Iya makasih ya Kak Davin."

Sambungan terputus, sebelumnya Kayla telah menimbang-nimbang keputusannya barusan. Ia kembali meletakan ponselnya keatas nakas. Menarik selimut hingga puncak kepalanya lalu memejamkan matanya.

Davin menghela nafasnya pelan. Ia harus bisa membuat jarak antara Kayla dan Rakka. Ia harus bisa menjaga Kayla dari hal-hal yang mungkin akan dilakukan Rakka dan berdampak buruk bagi Kayla. Ia cuma ingin, Kayla tetap terjaga. Tanpa perlu Kayla tau, tanpa perlu membuat hatinya kecewa.

***

"Pagi Bang Mika." Sapanya ramah.

Mika menatapnya sebentar lalu tersenyum, "pagi Dav. Tunggu sebentar ya, Kayla masih didapur." Ucapnya seraya mengambil kunci mobil yang tergantung disamping pintu utama. "Oh iya, hati-hati nanti bawa mobilnya. Gue berangkat dulu."

Davin memberikan tanda hormat dengan meletakan tangannya didahinya, "siap Bang!!!"

Davin kembali menatap figura yang terpajang di dalam ruang tamu, banyak potret  Kayla semasa kecil, dari yang sedang naik sepedah, camping, hingga tanpa sadar senyumnya terulas kala melihat Kayla yang sedang duduk di ayunan dan dibelakangnya ada Mika. Dari dulu udah cantik, batinnya.

"Kak Davin, maaf ya nunggu lama."

Davin menolehkan kepalanya kearah asal suara. Sebelah tangannya ia masukan kedalam saku celana kotak-kotak merahnya. "Santai Kay, udah? Yuk berangkat keburu macet."

Tidak membuang waktu lama, akhirnya mereka berjalan menuju mobil Davin.

"Silahkan princess." Ucapnya setelah membukakan pintu depan sebelah kiri.

Kayla memutarkan bola matanya lalu tersenyum geli. Duduk dengan sempurna di kursi penumpang samping pengemudi. Davin menutup pintunya setelah memastikan Kayla memasang seatbelt lalu berjalan memutar ke pintu sebrangnya.

Sepanjang jalan menuju sekolah, mereka berdua hanya terdiam. Terlihat Davin mengetuk-ngetuk stir kemudinya ketika lampu lalu lintas berwarna merah. Kayla yang sedari tadi memperhatikan akhirnya membuka percakapan.

"Kak, kata Bang Mika lo sering ada di kafe deket sekolah? Ngapain? Nungguin gue sampe dijemput Bang Mika?" Ucapnya sambil menatap Davin terang-terangan.

Davin menoleh ke arah Kayla sebentar lalu kembali menatap arah jalanan. "Iya Kay, mastiin lo pulang dengan aman atau enggak. Mastiin lo beneran dijemput Bang Mika apa enggak, masti-"

"Mastiin gue bakalan pulang sama Rakka apa sama Bang Mika." Sela Kayla sambil terkekeh.

Davin membelalakan matanya, pipinya memerah hingga telinga. "Engga gitu Kay."

Kayla menatap Davin, tidak memberi sahutan hingga akhirnya ia tertawa.

Ketika mobil Davin tiba di sekolah, berbarengan dengan Rakka yang sedang berjalan dari arah parkiran motor.

"Kak Rakka!"

Rakka menghentikan langkahnya. Senyumnya memudar ketika melihat seseorang dibalik punggung Kayla.

"Ini buat Kak Rakka." Tangannya memberikan sekotak bekal makan. Lalu mengeluarkan satu lagi, "dan ini buat Kak Davin."

Rakka dan Davin menerima pemberian Kayla. Keduanya saling menatap, tetapi langsung menatap Kayla dan memberikan senyuman terbaiknya. Kayla hanya bisa memandang mereka bergantian lalu ikut tersenyum.

"Yaudah gue ke kelas duluan ya. Jangan lupa di makan." Kemudian ia membalikan badannya dan berjalan kearah lorong kelas.

Rakka hendak membalikan badannya dan mengikuti Kayla memasuki koridor sekolah namun Davin mencengkram lengan Rakka, membuat Rakka menghentikan niatnya.

"Lo masih suka ketemu Randy?"

***

Sayangku jangan lupa vote dan comment yaaa! ❤

Jingga Dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang